Sabtu, Oktober 5, 2024
26.3 C
Jakarta

Kisah Paus Fransiskus yang Selalu Memakai Pesawat Komersial dan Pengakuannya Merasa Nyaman Memakai Pesawat Garuda Indonesia

ROMA, Pena Katolik – Paus Fransiskus kembali ke Roma pada hari Jumat setelah perjalanan 12 hari yang membawanya ke Asia dan Oseania. Paus mengunjungi Indonesia, Papua Nugini, Timor Timur, dan Singapura, Paus Fransiskus, usia 87 tahun, menghabiskan 44 jam di udara.

Saat terbang, Paus Fransiskus biasanya menempati baris depan kiri pesawat, tepat di belakang kokpit. Di setiap perjalanan, penumpang lain menghormati hierarki tertentu: “semakin dekat Anda dengan Paus, semakin penting Anda”.

Di bagian belakang pesawat terdapat wartawan. Mereka dipisahkan dari area kepausan oleh tirai yang ditarik.

Bagi media, kursi Paus Fransiskus menjadi semacam titik acuan, yang dapat dilihat dengan menjulurkan kepala ke koridor. Mereka akan melihat sepotong “mozzetta” putihnya mencuat keluar. Terkadang, wartawan yang duduk di belakang, bahkan bisa melihat zucchetto-nya dengan warna senada.

Namun, dari kursi belakang, wartawan tidak tahu banyak tentang apa yang terjadi di baris depan. Mereka tak melihat, seperti apa tampilan kompartemen ini, selain dari beberapa testimoni atau foto istimewa.

Paus Fransiskus saat memasuki Pesawat Garuda Indonesia untuk bertolak ke Papua Nugini. Agus Suparto
Paus Fransiskus saat memasuki Pesawat Garuda Indonesia untuk bertolak ke Papua Nugini. Agus Suparto

Tidak Selalu Kelas Satu

Tetapi apakah ini berarti Paus terbang di kelas satu? Kenyataannya, kenyamanan Paus bervariasi menurut maskapai penerbangan yang ditumpanginya.

Kenyamanan dapat bervariasi dari satu maskapai ke maskapai lainnya. Seorang pramugari dari Garuda Indonesia memberi tahu, bahwa Paus Fransiskus merasa nyaman dalam penerbangannya dari Jakarta ke Port Moresby.

Dalam perjalanannya dari Roma ke Jakarta, Paus terbang dengan ITA Airways A330. Menurut foto yang dipublikasikan oleh seorang penumpang yang dekat dengan Paus, Pastor Antonio Spadaro SJ, kursi ini benar-benar kelas satu. Ada layar besar di depan kursinya.

Selama perjalanan Asean Oseania, seorang jurnalis merayakan ulang tahunnya pada hari penerbangan ke Singapura. Ia diantar ke bagian depan pesawat oleh manajer ruang pers Takhta Suci. Ia sangat terharu. Ia tidak memperhatikan semua detail, tetapi memperhatikan bahwa Paus memiliki lebih banyak ruang untuk merentangkan kakinya. Satu detail yang ia lihat, ikona Perawan Maria Argentina dari Lujan ditempelkan tepat di hadapannya. Ada juga diletakkan bunga di dekat Paus.

Di sisi lain, kondisi di dalam pesawat Angkatan Udara Australia C-130 yang menerbangkan pesawat pulang pergi yang sulit antara Port Moresby dan Vanimo, Papua Nugini, lebih sederhana.

Untuk penerbangan yang dioperasikan oleh Air Niugini dan Aero Dili, pesawatnya lebih sederhana. Paus memiliki kursi yang jauh lebih “standar”. Wartawan mengajukan banyak pertanyaan tentang bagaimana perasaan Paus setelah pendaratan yang “agak kasar” di Dili. Apa pun yang dirasakannya, itu tidak cukup penting untuk dilaporkan kepada wartawan.

Seorang wartawan yang sangat berpengalaman, yang telah bepergian dengan Paus selama lebih dari 30 tahun, mengatakan bahwa Paus Fransiskus cenderung puas dengan “kelas bisnis kecil” daripada kursi pesawat kelas satu. St. Yohanes Paulus II terbang dengan kursi kosong di sebelahnya.

Terakhir, Paus Benediktus XVI “sama sekali tidak suka bepergian”. Di banding dua Paus lain dalam tulisan ini, Paus Benediktus XVI cenderung mendapat tempat duduk lebih baik. Namun, meski nyaman, tetap saja Paus Benediktus XVI sulit tidur selama perjalanan. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini