Selasa, November 5, 2024
26.1 C
Jakarta

Paus Fransiskus Serukan Persatuan dan Toleransi di Tengah Ketegangan Sosial Indonesia

Jakarta, Pena Katolik | 4 September 2024 – Dalam pidato bersejarah di Istana Negara, Jakarta Pusat, pada Rabu (4/9/2024), Paus Fransiskus menyampaikan pesan penting yang berfokus pada persatuan, keragaman, dan pentingnya dialog antaragama di Indonesia.

Pidato ini hadir di tengah situasi sosial yang semakin menantang, terutama terkait dengan isu peperangan, intoleransi, dan radikalisme.

Dalam pidatonya, Paus menekankan bahwa keragaman Indonesia adalah “kekayaan luar biasa” yang merupakan anugerah yang harus dijaga dengan sepenuh hati.

Paus dengan nama lahir Jorge Mario Bergoglio mengatakan bahwa harmoni di tengah perbedaan adalah fondasi utama bagi kedamaian di Indonesia.

Pada hari kunjungan bersejarahnya ke Indonesia, ia juga menyinggung situasi sosial yang semakin tegang akibat meningkatnya kasus intoleransi. Ia menyatakan keprihatinannya terhadap fenomena tersebut dan menegaskan bahwa menjaga kerukunan adalah tugas bersama.

“Kita harus berjuang melawan kekerasan dan pemaksaan, yang sering kali muncul ketika perbedaan tidak dihargai,” kata Paus.

Beliau juga menyerukan pentingnya dialog antaragama sebagai sarana untuk menghapus prasangka dan membangun kepercayaan di antara masyarakat yang berbeda keyakinan.

Menurut Paus, dialog merupakan kunci untuk melawan ekstremisme dan intoleransi yang mengancam persatuan kita, sehingga Gereja Katolik mempunyai keinginan besar untuk membangun dialog antaragama dalam rangka menghapus prasangka dan meningkatkan rasa saling percaya.

Di akhir pidatonya, Paus Fransiskus memberikan harapan agar Indonesia terus menjadi contoh bagi dunia dalam hal toleransi dan kerukunan. Selain itu ia pun mengatakan bahwa negara Indonesia, dengan semangat Bhinneka Tunggal Ika, memiliki potensi besar untuk menjadi cahaya perdamaian dan persatuan di dunia.

Berikut adalah pidato lengkap Paus Fransiskus di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (4/9/2024).

Pidato Lengkap Paus Fransiskus

Bapak Presiden, para pejabat yang terhormat, perwakilan masyarakat sipil yang terhormat, para anggota korps diplomatik.

Dengan sepenuh hati, saya berterima kasih kepada Anda, Bapak Presiden, atas undangan yang menyenangkan untuk mengunjungi negara Anda dan atas kata sambutan Anda yang ramah.

Saya mengucapkan salam hangat kepada Presiden terpilih untuk masa tugas pelayanan anda yang membawa buah untuk Indonesia, sebuah negara kepulauan yang luas yang terdiri dari ribuan dan ribuan pulau yang dikelilingi laut yang menghubungkan Asia ke Oseania.

Dapat dikatakan bahwa sebagaimana samudera adalah unsur alami yang menyatukan seluruh kepulauan di Indonesia, demikian pun sikap saling menghargai terhadap kekhasan karakteristik budaya, etnis, bahasa, dan agama dari semua kelompok yang ada di Indonesia adalah kerangka yang tak tergantikan dan menyatukan yang membuat Indonesia sebagai sebuah bangsa yang bersatu dan bangga.

Semboyan negara Anda Bhinneka Tunggal Ika mengungkapkan realitas beraneka sisi dari berbagai orang yang disatukan dengan teguh dalam satu bangsa.

Semboyan ini juga memperlihatkan bahwa, sebagaimana keanekaragaman hayati yang ada dalam negara kepulauan ini adalah sumber kekayaan dan keindahan, demikian pula perbedaan-perbedaan anda secara khusus berkontribusi bagi pembentukan mosaik yang sangat besar, yang mana masing-masing keramiknya adalah unsur tak tergantikan dalam menciptakan karya besar yang otentik dan berharga.

Kerukunan di dalam perbedaan dicapai ketika perspektif-perspektif tertentu mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan bersama dari semua orang dan ketika setiap kelompok suku dan denominasi keagamaan bertindak dalam semangat persaudaraan, seraya mengejar tujuan luhur dengan melayani kebaikan bersama.

Kesadaran untuk berpartisipasi dalam sejarah bersama, yang di dalamnya solidaritas adalah unsur hakiki dan semua orang memberikan sumbangsihnya, membantu mengidentifikasi solusi-solusi yang tepat untuk menghindari kejengkelan yang muncul dari perbedaan dan untuk mengubah perlawanan kepada kerja sama yang efektif.

Dengan cara ini, prasangka dapat dihapus dan suasana saling menghargai dan saling percaya dapat bertumbuh. Hal ini sangatlah penting untuk menghadapi tantangan-tantangan bersama termasuk tantangan untuk melawan ekstremisme dan intoleransi, yang melalui pembelokan agama, berupaya untuk memaksakan sudut pandang mereka dengan menggunakan tipu muslihat dan kekerasan.

Gereja Katolik bekerja untuk melayani kebaikan bersama dan berkeinginan untuk menguatkan kerja sama dengan berbagai lembaga negara dan aktor-aktor lain dalam masyarakat sipil, mendorong pembentukan struktur sosial yang lebih seimbang dan memastikan pembagian bantuan sosial yang lebih efisien dan adil.

Berkaitan dengan ini, saya ingin merujuk kepada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 anda yang menawarkan wawasan berharga bagi jalan yang dipilih oleh Indonesia yang demokratis dan merdeka.

Dua kali dalam beberapa baris Pembukaan Undang-Undang Dasar anda merujuk kepada Allah yang Maha Kuasa dan perlunya berkat Allah turun atas negara Indonesia yang baru lahir.

Dengan cara yang sama, kalimat Pembuka Undang-Undang Dasar anda merujuk dua kali pada keadilan sosial: sebagai pondasi tatanan internasional yang diinginkan dan sebagai salah satu tujuan yang harus dicapai demi kepentingan seluruh rakyat Indonesia.

Bhinneka Tunggal Ika, keadilan sosial, dan berkat ilahi karenanya adalah prinsip-prinsip hakiki yang bermaksud untuk menginspirasi dan menuntun tatanan sosial.

Prinsip-prinsip ini dapat disamakan dengan struktur pendukung, sebuah fondasi yang kokoh untuk membangun rumah.

Bukankah kita pasti menyadari bahwa prinsip-prinsip ini sangat sesuai dengan moto kunjungan saya ke Indonesia: iman, persaudaraan, bela rasa?

Sayangnya bagaimanapun, kita melihat di dunia saat ini, kecenderungan-kecenderungan tertentu yang menghalangi perkembangan persaudaraan universal.

Di berbagai daerah kita menyaksikan munculnya konflik-konflik kekerasan, yang seringkali adalah akibat kurangnya sikap saling menghargai, dan dari keinginan intoleran untuk memaksakan kepentingan sendiri, posisi sendiri dan narasi historis sepihak dengan segala upaya, bahkan kalaupun hal ini membawa kepada penderitaan tiada akhir bagi seluruh komunitas dan berujung pada peperangan dan banyak pertumpahan darah.

Kita menyadari bahwa prinsip-prinsip tersebut tidak selalu diterapkan dengan sempurna di masa lalu, tetapi mereka tetap relevan sebagai panduan yang dapat mencegah kesalahan yang sangat berbahaya.

Bapak Presiden, para hadirin sekalian, saya berharap agar setiap orang, dalam kehidupan mereka sehari-hari akan mampu menimba inspirasi dari prinsip-prinsip ini dan menerapkannya ketika melaksanakan kewajiban mereka masing-masing, karena Opus Justitiae Pax, perdamaian adalah karya dari keadilan.

Kerukunan dicapai ketika kita berkomitmen tidak hanya demi kepentingan-kepentingan dan visi kita sendiri, tetapi demi kebaikan bersama, dengan membangun jembatan, memperkokoh kesepakatan dan sinergi, menyatukan kekuatan untuk mengalahkan segala bentuk penderitaan moral, ekonomi, dan sosial, serta untuk memajukan perdamaian dan kerukunan.

Semoga Allah memberkati Indonesia dengan perdamaian demi masa depan penuh harapan. Allah memberkati Anda sekalian!

*(J)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini