SINGAPURA, Pena Katolik – Saat masih usia remaja, Suster Linda Sim sempat mendalami taekwondo untuk membela diri. Dia terus berlatih dan mengasah keterampilannya, bahkan setelah dia bergabung dengan ordo Fransiskan Misionaris Keibuan Ilahi (FMDM) 43 tahun yang lalu.
Berkat keuletannya, Sr Linda menjadi orang Singapura pertama yang memenangkan medali emas di Kejuaraan Dunia Taekwondo Poomsae. Kompetisi tingkat dunia ini diadakan di Korea Selatan.
Pada kejuaraan di Poomsae, atlet melakukan serangkaian gerakan untuk melawan lawan imajiner. Sister Linda mengalahkan enam atlet lainnya untuk merebut emas dalam kategori usia di atas 65 tahun untuk wanita.
“Saya merasa berada di puncak dunia karena saya telah mencapai tonggak penting dalam perjalanan taekwondo saya. Saya merasa luar biasa karena ini adalah pertama kalinya Singapura memenangkan medali emas dan saya juga merasakan rasa syukur yang luar biasa kepada Tuhan,” katanya.
Di masa remajanya, Suster Linda merasa Tuhan memanggilnya untuk hidup religius tetapi dia mengatakan bahwa mendiang ibunya pada awalnya menentang rencana ini. Sang ibu takut kehilangan putrinya.
Di antara alasan lain, para suster tinggal di biara dan tidak di rumah. Para suster dapat dikirim ke mana saja di dunia untuk misi mereka. Meski sangat dekat dengan ibunya, Suster Linda akhirnya bergabung dengan FMDM. Kongregasi ini mengelola Rumah Sakit Mount Alvernia di Thomson Road.
“Saya pergi ke semua pesta dan melakukan semua olahraga, tetapi ada kekosongan dalam diri saya. Saya terus merasakan gejolak ini bahwa Tuhan memanggil saya dan saya hanya menemukan kedamaian setelah saya bergabung dengan para suster.”
Butuh lebih dari satu dekade bagi ibunya untuk menerima keputusannya. Selainjutnya, Suster Linda menghabiskan 20 tahun di luar negeri, 17 tahun di Inggris dalam berbagai peran di biara dan tiga tahun sebagai administrator rumah sakit di Zimbabwe.
Sekitar 15 tahun yang lalu, dia mengetahui bahwa STF mengajar taekwondo kepada anak-anak yang terkena kanker di Assisi Hospice, yang juga didirikan oleh para suster FMDM. STF kemudian memintanya untuk mengajar anak-anak, setelah dia memberi tahu mereka tentang minatnya pada taekwondo. Untuk mempersiapkan Kejuaraan Dunia baru-baru ini di Korea Selatan, dia berlatih setidaknya tiga kali seminggu selama sekitar sembilan bulan. (straitstimes.com)