JAKARTA, Pena Katolik – Menjelang kedatangan Paus Fransiskus di Indonesia, 3-6 September 2024, menarik untuk melihat karya sosial Gereja. Selama masa kepausannya, Paus Fransiskus begitu punya perhatian pada karya amal Gereja. Hal ini salah satu ia tunjukkan dengan kedekatannya pada jariangan Caritas Internationalis.
Caritas Internationalis adalah badan amal terbesar Gereja Katolik yang jaringannya ada di seluruh dunia. Tahun lalu, Paus Fransiskus bertemu dengan para peserta Sidang Umum (General Assmbly) Caritas Internationalis di Vatikan, 11 Mei 2023. Ia berterima kasih kepada konfederasi badan-badan bantuan Katolik itu atas upaya tak kenal lelah dan cinta kasih mereka di seluruh dunia.
Saking istimewanya gerakan Caritas ini, Paus Benediktus XVI bahkan menyebutnya secara khusus dalam salah satu ensikliknya, Deus Caritas Est, artikel 31. “Caritas (diosesan, nasional dan internasional) harus melakukan apa yang mungkin, agar tersedia sarana untuk itu dan terutama orang-orang untuk melaksanakan tugas-tugas seperti itu (pelayanan kasih-red)”.
Karya Terbesar Gereja
Caritas Internationalis adalah sebuah konfederasi dengan lebih dari 162 anggota yang bekerja di akar rumput di hampir setiap negara di dunia. Dengan jangkauan ini, Caritas bisa dikatakan sebagai badan amal terbesar, dengan jangkauan sampai ke pelosok dunia.
Dalam menjalankan karyanya, Caritas diilhami oleh iman Katolik, membantu dengan menjangkau orang miskin, rentan, dan dikucilkan, tanpa memandang ras atau agama, untuk membangun dunia berdasarkan keadilan dan cinta persaudaraan.
Dalam pertemuan dengan delegasi Caritas Internationalis, Paus Fransiskus mengatakan, bahwa Caritas adalah perwujudan nyata dari kasih saying Gereja kepada umatnya. Caritas secara jelas menunjukkan dalam karya-karyanya kasih saying Ibu Gereja kepada “anak-anaknya”.
“Caritas adalah kasih sayang Gereja kepada umatnya, kasih sayang Ibu Gereja kepada anak-anaknya, kelembutan dan kedekatannya,” ujar Paus Fransiskus.
Bapa Suci memuji karya amal mereka yang luar biasa secara global, yang dilakukan karena cinta dan meniru cinta Kristus. Paus menegaskan, setiap orang yang bekerja dalam Caritas tidak boleh lupa asal mula semua kegiatan amal dan sosial mereka yaitu bersumber dari Kristus sendiri yang mengasihi milik-Nya yang ada di dunia, mengasihi mereka sampai akhir.
“Kita masing-masing dapat membalas cinta Tuhan kepada kita dengan menjadi tanda dan alatnya bagi orang lain. Tidak ada cara yang lebih baik, untuk menunjukkan kepada Tuhan bahwa kita memahami arti Ekaristi selain dengan memberikan kepada orang lain apa yang telah kita terima sendiri ketika, sebagai tanggapan atas kasih Kristus, kita menjadikan diri kita sebagai hadiah untuk orang lain,” ujar Paus.
Paus mendesak mereka untuk kembali ke sumber kasih Allah, tepatnya karena identitas Caritas Internationalis bergantung langsung pada misi yang telah diterimanya. Bapa Suci lalu mengambil waktu sejenak untuk berbicara tentang bagaimana Ekaristi dapat memberi mereka kekuatan, mengingat bahwa dalam Ekaristi adalah kehadiran Kristus yang nyata dan berkelanjutan yang menawarkan diri-Nya untuk kita dan yang mencintai kita terlebih dahulu tanpa meminta imbalan apa pun.
Caritas di Indonesia
Di Indonesia gerakan Caritas sudah ada sejak 17 Mei 2006. Di Indonesia gerakan amal kasih ini dihadirkan melalui Caritas Indonesia yang merupakan badan amal resmi Konferensi Waligereja Indonesia (KWI).
Saat ini, Caritas Indonesia sering juga disebuh Karina, akronim dari Caritas Indonesia. Lembaga ini berada di bawah badan hukum Yayasan Karina KWI. Lembaga ini menjadi badan amal resmi milik KWI dan memiliki karya di seluruh keuskupan di Indonesia.
Direktur Eksekutif Caritas Indonesia, Romo Fredy Rante Taruk menjelaskan perjalanan 18 tahun Caritas Indonesia . Caritas Indonesia adalah bagian dari Konfederasi Caritas Internationalis yang ada di 162 negara dan berpusat di Roma, Italia. Di dunia internasional, gerakan Caritas bahkan sudah berusia lebih dari satu abad.
“Caritas ini bagian dari pelayanan utama Gereja Katolik di bawah paus langsung. Maka sebenarnya, di setiap negara yang memiliki konferensi waligereja, ada Caritas Nasional,” jelas imam asal Keuskupan Agung Makassar ini.
Untuk di Indonesia, Gereja Katolik memang baru memiliki Caritas Nasional selama 18 tahun, namun sebelum masa itu KWI sudah memiliki Komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) yang pada 2006 sudah berusia hampir 40 tahun. Saat ini, antara Caritas Indonesia dan PSE dan sudah mengambil bagian dalam pelayanan kemanusiaan, khususnya yang berkaitan dengan pengembangan sosial dan ekonomi umat.
“Namun Komisi PSE tidak memiliki komisi tanggap darurat dan tanggap bencana. Setelah berbagai bencana seperti tsunami Aceh, bencana Padang, Sibolga, kita didorong oleh Caritas Internasional untuk untuk memikirkan segera berdirinya Caritas Nasional,” jelas Romo Freddy.
Bentuk Kemurahan Hati Gereja
Apresiasi karya Caritas Indonesia salah satunya diungkapkan Ketua KWI, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC pada Misa Syukur 18 tahun Caritas Indonesia, 17 Mei 2024 di Kantor KWI, Jakarta Pusat. Mgr. Anton mengapresiasi kerja keras Karina selama ini. Ia mengatakan, saat ini Karina tidak saja memberi sumbangan bagi kejadian bencana di dalam negeri namun juga di luar negeri. Ia mencontohkan bantuan ini pernah diberikan untuk bencana di Bangladesh dan Turki.
Karina Indonesia menghadirkan belarasa Gereja Katolik Indonesia melalui karya-karyanya. Karya kasih ini disatukan dengan gerak amal kasih Gereja universal.
“Karena itu, dengan cara yang pantas dan sikap sukacita dan sukarela, Karina melakukan berbagai tindakan pertolongan karena tergerak oleh belas kasih. Selama 18 tahun, Karina telah melakukan tindakan preventif lewat advokasi dan mitigasi termasuk pencegahan tindak kriminal perdagangan orang,” jelas Uskup Bandung ini.
Pada kunjungan ke Indonesia nanti, Paus Fransiskus dijadwalkan mengadakan pertemuan dengan badan-badan amal. Dengan perjumpaan ini, Paus ingin memastikan bahwa di setiap negara, Gereja Katolik hadir dengan karya kasihnya. (AES)