Home BERITA TERKINI Keuskupan Purwokerto: Gereja Hidup dalam Masyarakat Banyumas Sebagai Cablaka, ‘yang Terbuka’

Keuskupan Purwokerto: Gereja Hidup dalam Masyarakat Banyumas Sebagai Cablaka, ‘yang Terbuka’

0

PURWOKERTO, Pena Katolik – Perjalanan sejarah Keuskupan Purwokerto berjalan melalui tiga babak. Dimulai dengan masa pra misi sebelum tahun 1927, zaman misi yang dimulai tahun 1932, dan periode sejarah. Babak yang terakhir ini ditandai dengan dua titik penting, pertama saat mulai menjadi Perfektur Apostolik Purwokerto pada 1949 dan ketika Paus Yohanes XXII menetapkan Keuskupan Purwokerto pada 1961.

Ada beberapa titik sejarah yang menandai era-era dalam laju sejarah Keuskupan Purwokerto. Dalam peristiwa-peristiwa ini terlihat bagaimana Gereja Katolik mencoba hidup di tengah orang Banyumas disebut sebagai cablaka, artinya orang yang ‘terbuka’. Mereka menganggap yang lain itu sejajar.

“Cablaka atau blakasuta” adalah salah satu karakter khas masyarakat Banyumasan yang bermakna berterus terang/apa adanya/apa mestinya/tanpa basa basi/blak-blakan. Dalam hal mengungkapkan sesuatu termasuk mengritik, masyarakat Banyumasan selalu melakukannya dengan terbuka tetapi dengan cara tidak membuat sakit yang dikritik dan umumnya diungkapkan dengan nada humor bahkan mengarah ke seronok sehingga dapat tetap menjaga suasana baik.

Keuskupan Purwokerto adalah salah satu keuskupan yang terletak di Indonesia, serta menjadi keuskupan sufragan dalam Provinsi Gerejawi Semarang Bersama. Selain Keuskupan Purwokerto tiga keuskupan dalam Provinsi Gerejawi ini adalah Keuskupan Agung Semarang, Keuskupan Malang, dan Keuskupan Surabaya.

Wilayah Keuskupan Purwokerto meliputi wilayah seluas 15.300 km2 dan mencakup Provinsi Jawa Tengah sebelah barat, yaitu Kabupaten Banjarnegara, Banyumas, Batang, Brebes, Kebumen, Pekalongan, Pemalang, Purbalingga, Purworejo, Tegal, Cilacap, dan Wonosobo, serta Kota Pekalongan dan Kota Tegal.

Masa Gereja Awal

Pada tahun 1927 para Misionaris Hati Kudus (Missionarii Sacratissimi Cordis/MSC) mulai menetap di Purwokerto. Sebelum itu, wilayah yang kini menjadi Keuskupan Purwokerto dilayani oleh imam Serikat Jesus (Societas Jesu/SJ) yang datang dari Yogyakarta, Semarang, dan Magelang. Kemudian saat sudah terdapat jalur kereta api, datanglah tiga misionaris pertama di Kutoarjo, yaiu tiga imam dari Belanda adalah BJJ Fisser, De Lange dan Be Tin pada1927.

Perfektur Apostolik

Perfektur Apistolik Purwokerto ditetapkan 18 Mei 1932 dengan Prefek Apostolik Purwokerto : Mgr Bernardo Visser MSC (18 Mei 1932–1941, wafat). Prefektur Apostolik didirikan ketika jumlah umat 4000 orang pada 25 April 1932. Setalah wafatnya Mgr Visser kepemimpinan di perfektur ini mengalami sede vacante antara tahun 1941–31 Mei 1950.

Vikaritat Apostolik

Paus Pius XII meningkatkan status Perfektur Apostolik Purwokerto pada 16 Oktober 1941. Namun meski meningkat statusnya, ada periode kekosongan kepemimpinan yang cukup lama di Vikariat Apostolik Purwokerto ( 1941–31 Mei 1950). Paus Pius XII akhirnya menunjuk Mgr Guillaume Schoemaker MSC untuk menjadi Vikaris Apostolik Purwokerto pada 31 Mei 1950.

Keuskupan Purwokerto

Seiring dengan dibentuknya hierarki di Indonesia, maka status Vikariat Apostolik Purwokerto berubah menjadi Keuskupan Purwokerto sejak 3 Januari 1961. Mgr Guillaume pun menjadi uskup pertama di sini.

Setelah Mgr Guillaume mengundurkan diri, maka Paus Paulis VI mengangkat Mgr Paskalis Soedita Hardjasoemarta MSC sebagai Uskup Purwokerto dan ditahbiskan pada 17 Desember 1973.

Setelah keuskupan mengalami sede vacante karena wafatnya Mgr Hardjasoemarta pada 23 Mei 1999, Paus Yohanes Paulus II mengangkat Mgr Julianus Sunarko SJ menjadi Uskup Purwokerto dan ditahbiskan pada 10 Mei 2000.

Mgr Christophorus Tri Harsono terpilih menjadi Uskup Purwokerto yang baru dan ditahbiskan pada 16 Oktober 2018. Ia mengisi kekosongan takhta keuskupan setelah pengunduran diri Mgr Sunarko dikarenakan memasuki usia pensiun.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version