ROMA, Pena Katolik – Pier Giorgio Frassati adalah aktivis sosial Katolik Roma dan anggota Persaudaraan Dominikan Awam. Ia adalah aktivis keadilan sosial dan ikut beberapa organisasi amal kasih, termasuk aksi Katolik dan Serikat Sosial Vinsensius. Ia ingin lebih membantu orang miskin dan kurang beruntung yang tinggal di kampung halamannya di Turin, Italia.
Proses kanonisasinya dimulai tahun 1932 berdasarkan permohonan orang-orang miskin Turin. Pada masa kepausan Pius XII, proses beatifikasi Frassati ditangguhkan tahun 1941 karena serangkaian tuduhan yang kemudian terbukti salah. Maka prosesnya dilanjutkan. Paus Yohanes Paulus II membeatifikasi Frassati tanggal 20 Mei 1990 di Lapangan Santo Petrus dan menjulukinya “Manusia Delapan Sabda Bahagia”.
Konon di masa mudanya, Yohanes Paulus II membaca kesaksian hidup Frassati. Dari kisahnya, Karol Wojtyla merasakan pengaruh positif dari teladan Frassati. Sebagai seorang mahasiswa, ia terkesan dengan kekuatan kesaksian Kristennya.
Masa Muda dan Pendidikan
Pier Giorgio Frassati lahir pada tanggal 6 April 1901 pada Sabtu Suci. Kedua orangtuanya adalah Alfredo Frassati (28 September 1868 – 21 Mei 1961; seorang agnostik yang memiliki surat kabar liberal terkenal La Stampa) dan Adélaïde Ametis (17 Februari 1877 – 18 Juni 1949) yang merupakan seorang pelukis terkenal. Sedangkan satu-satunya saudara kandungnya adalah Luciana Gawronska (18 Agustus 1902 – 7 Oktober 2007).
Frassati menerima Komuni Pertama pada tanggal 19 Juni 1911. Selanjutnya, ia menerima Penguatan di gereja parokinya pada tanggal 10 Juni 1915.
Perkembangan hidup rohani ini selaras dengan kepeduliannya. Ini menunjukkan, bahwa bagi Frassati, iman tak dapat berjalan tanpa tindakan nyata. Keduanya harus berjalan beriring.
Kepedulian Frassati untuk membantu orang lain sudah terbangun sejak usia kanak-kanak. Suatu hatri, ia membuka pintu rumahnya dan menemukan seorang ibu sedang mengemis bersama putranya yang tidak bersepatu. Sontak, Frassati melepas sepatunya dan memberikannya kepada anak itu.
Pada kesempatan lain, ayahnya menolak membantu seorang pria yang datang ke rumah mereka, ternyata, pria itu sedang mabuk. Saat Frassati dengan terisak menceritakan hal ini kepada ibunya, sang ibu memerintahkan anak itu menemukan pria itu dan membawanya ke rumah untuk makan.
Namun, seperti anak pada umumnya, Frassati juga gemar bercanda. Untuk urusan belajar, ia pernah gagal dalam ujiannya pada tahun 1913. Sesuatu yang akhirnya membawanya ke sebuah sekolah swasta yang dikelola oleh para Jesuit.
Pemukul Fasisme
Masa-masa fasisme di Italia adalah sejarah kelam bagi negara itu. Di bawah kekuasaan Benito Mussolini, Italia memiliki pemerintahan paling ateis di dalam satu negara yang sebenarnya menjadi “tuan rumah” bagi Gereja Katolik. Mussolini memimpin sebagai dictator dan menjadikan Italia sebagai negara fasis.
Berhadapan dengan pemerintahan fasisme Mussolini, sudah jelas sika papa yang harus dimiliki Frassati. Gereja Katolik tak mungkin hidup berdampingan dengan fasisme. Karena itulah, Frassati juga dikenal sebagai penentang paling keras Mussolini. Sebagai anak pendiri La Stampa, Frassati memanfaatkan media buatan ayahnya ini untuk menunjukkan perlawanannya pada fasisme.
Dia pernah ditangkap di Roma ketika melakukan protes bersama Kongres Pekerja Muda Katolik tahun 1921. Dia terlibat dengan kelompok mahasiswa serta Apostolato di preghiera dan Catholic Action (bergabung pada tahun 1919).
Kehidupan politik Frassati terutama dipengaruhi ayahnya, Afredo yang menjadi senator ketika Pier Giorgio baru berusia 12 tahun. Frassati mencintai negaranya dan dia benci apa yang terjadi padanya. Berhadapan pemerintahan fasisme, Frassati pernah menulis kepada teman baiknya Antonio Villani.
“Saya telah tertipu oleh perilaku yang sangat memalukan dari anggota Partai Rakyat. Di manakah program yang bagus, di manakah iman yang memotivasi umat kita? Sayangnya, jika menyangkut soal mengejar kehormatan duniawi, manusia menginjak-injak hati nuraninya sendiri.”
Menurut saudara perempuannya Luciana, Pier Giorgio tidak dapat memahami mengapa politisi Katolik, yang dia dukung, tidak berperilaku sesuai dengan iman mereka. Ia menaruh harapan besar terhadap partai yang baru dibentuk dan kecewa dengan “runtuhnya semangat dan tanggung jawab moral” para pemimpinnya.
Frassati tidak hanya duduk diam dan mengeluh tentang apa yang dilakukan para pemimpin negara, ia berusaha membuat perbedaan. Tindakan Frassati dalam politik berdampak pada setidaknya satu orang terdekatnya yaitu ayahnya sendiri.
Setelah Mussolini berkuasa, Alfredo yang saat itu Duta Besar Italia untuk Jerman mengajukan pengunduran diri. Alfredo adalah orang yang memiliki hati nurani yang besar. Ketika ditanya tentang pengunduran dirinya, Alfredo memberikan alas an, hal ini karena anaknya.
“Saya tidak akan pernah mampu menghadapi anak saya,” ujar Alfredo.
Dominikan Sejati
Beato Frassati adalah anggota Ordo Ketiga St. Dominikus (Tertius Ordo Praedicatorum/TOP). Ia dikenal karena semangatnya dalam memberikan kesaksian tentang kekudusan yang mencapai “ke puncak”.
Ia lahir di Kota Turin, Italia Utara. Ia adalah seorang yang gemar mendaki gunung dan seorang Dominikan awam yang terkenal karena kegiatan amalnya. Pada usia 17 tahun, ia bergabung dengan Komunitas St. Vincent de Paul. Di komunitas ini, ia mendedikasikan sebagian besar waktu luangnya untuk merawat orang miskin, tunawisma, dan orang sakit.
Ketika para Prajurit Italia didemobilisasi dan kembali dari Perang Dunia I, Beato Frassati membantu mereka dalam kehidupan untuk kembali tinggal di dalam masyarakat. Ia mendampingi para tentara ini dengan penuh kasih sayang.
Frassati juga terlibat dalam Kerasulan Doa dan Aksi Katolik. Ia memperoleh izin untuk menerima Komuni setiap hari.
Frassati bergabung dengan Dominikan Awam pada tanggal 28 Mei 1922. Frassati kemudian mengambil nama Girolamo. Di mana ia ingin meneladan St. Girolamo Savonarola. Setelahnya, ia sangat mencintai para Dominikan dan Rosario. Rosario Dominikan miliknya masih tersimpan sampai saat ini, menjadi saksi akan kehidupan rohaninya.
Sebagai Dominikan, ia memiliki gaya hidup rohani yang khas. Ia gemar naik gunung. Selama perjalnan pendakian, ia memulai perjalanannya dengan Misa dan menghabiskan waktu pendakian ini untuk berdoa di puncak gunung. Setelah kembali, ia akan mengikuti Adorasi.
Frassati juga mempunyai kecintaan yang besar terhadap Ekaristi, dan mendapat izin pada usia muda untuk menerima Komuni Kudus setiap hari, sesuatu yang cukup baru pada saat itu. Dia mendapatkan kekuatan dari Ekaristi dengan cara yang mungkin membuat banyak dari kita iri. Bukan hal yang aneh baginya untuk menghabiskan sepanjang malam dalam pemujaan, dan kemudian, dengan penuh energi, pergi mendaki gunung bersama teman-temannya.
Penggelaran Kudus
Frassati meninggal karena polio pada tanggal 4 Juli 1925. Dokternya kemudian berspekulasi bahwa pemuda tersebut terjangkit polio saat melayani orang sakit. Pada foto pendakian terakhirnya, Frassati menulis kalimat “Verso L’Alto,” yang berarti ‘menuju ke atas ke ketinggian’. Ungkapan ini menjadi motto umat Katolik yang diilhami oleh Frassati untuk berjuang mencapai puncak hidup kekal bersama Kristus.
Paus Yohanes Paulus II, yang membeatifikasi Frassati pada tahun 1990, menyebutnya sebagai “pria yang memiliki Delapan Sabda Bahagia,” menggambarkannya sebagai “seorang yang sepenuhnya tenggelam dalam misteri Tuhan dan sepenuhnya mengabdi pada pelayanan terus-menerus kepada sesamanya.”
Teladan hidup Beato Frassati mengingatkan bahwa upaya mengejar kekudusan tidak harus mengorbankan kehidupan sosial, atau menjadi normal secara sosial. Ia menunjukkan sukacita sejati yang datang dari upaya mengejar kekudusan.
Ada kemungkinan, Beato Pier Giorgio Frassati TOP akan dikanonisasi sebagai santo pada Tahun Yobel Gereja Katolik tahun 2025. berita ini disampaikan Kardinal Marcello Semeraro, Prefek Dikasteri Penggelaran Para Kudus. Kabar ini diumumkan pada sidang nasional Catholic Action di Sacrofano, Italia, pada tanggal 26 April.
“Saya ingin memberitahukan bahwa kanonisasi yang Terberkati Giorgio Frassati kini sudah di depan mata untuk Tahun Yobel mendatang,” ungkap Kardinal Semeraro, seperti diberitakan Avvenire, surat kabar resmi konferensi para uskup Italia.
Untuk dapat dikanonisasi sebagai orang suci di Gereja Katolik, mukjizat yang dilakukan oleh perantaraan Frassati perlu diakui secara resmi dalam sebuah dekrit yang ditandatangani oleh Paus. Kabar yang disampaikan Kardinal Semeraro menjadi indikasi bahwa syarat mukjizat ini telah terpenuhi. Beato Pier Giorgio Frassati, doakanlah kami. (AES/Romanus)