Sabtu, Juli 27, 2024
30.6 C
Jakarta

Vatikan Menyatakan, Paus Tidak Bermaksud Menyinggung Siapapun Terkait Ucapannya dalam Pertemuan Tertutup dengan Uskup Italia

Paus Fransiskus dalam pertemuan dengan para Uskup Italia. Vatican Media

VATIKAN, Pena Katolik – Direktur Kantor Pers Tahta Suci, Matteo Bruni, mengatakan kepada wartawan, bahwa Paus Fransiskus, membaca artikel-artikel tentang percakapan tertutup dengan para Uskup Italia. Bruni menegaskan, bahwa Paus tidak pernah bermaksud menyinggung atau mengekspresikan dirinya dalam istilah “homofobik”. Namun, Paus meminta maaf kepada mereka yang merasa tersinggung.

“Paus tidak pernah bermaksud menyinggung atau mengekspresikan dirinya dalam istilah ‘homofobik’, dan namun ia meminta maaf kepada mereka yang merasa tersinggung dengan penggunaan istilah tersebut, seperti yang dilaporkan oleh orang lain,” kata Bruni Selasa, 28 Mei 2024.

Bruni menyampaikan pernyataan ini sebagai jawaban kepada wartawan tentang penggunaan istilah terkait penerimaan kaum homoseksual ke seminari.

“Paus Fransiskus mengetahui artikel-artikel baru-baru ini mengenai percakapan tertutup dengan para uskup Konferensi Waligereja Italia (Conferenza Episcopale Italiana/CEI). Seperti yang telah ia nyatakan dalam banyak kesempatan, Ada ruang bagi semua orang di Gereja, untuk semua orang. Tidak ada yang tidak berguna; tidak ada yang berlebihan; ada ruang untuk semua orang. Paus tidak pernah bermaksud menyinggung atau mengekspresikan dirinya dalam istilah homofobik, dan dia meminta maaf kepada mereka yang merasa tersinggung dengan penggunaan istilah tersebut, seperti yang dilaporkan oleh orang lain,” ujad Bruni.

Media Italia melaporkan bahwa Paus Fransiskus telah bertemu dengan CEI pada 20 Mei di Aula Sinode Vatikan. Pada pertemuan itu,Paus ditanya tentang penerimaan laki-laki yang dinyatakan gay ke seminari.

Pada kesempatan ini, Paus mengatakan kepada para uskup italia bahwa laki-laki gay tidak boleh diterima dalam formasi imam. Atas apa yang disampaikan Paus ini, Bruni mengatakan, bahwa Paus tidak pernah bermaksud menyinggung atau mengungkapkan dirinya dalam istilah homofobik.

Pernyataan tersebut pertama kali dilaporkan oleh situs tabloid Italia Dagospia dan kemudian dikonfirmasi oleh surat kabar besar Italia La Repubblica dan Corriere della Sera.

Dalam terbitannya, Corriere della Sera memberi catatan bahwa Paus tidak memahami pentingnya istilah tersebut dalam bahasa Italia. Sehingga ada kemungkinan salah pemahaman dalam peristiwa ini.

Vatikan hampir dua dekade yang lalu mengangkat topik mengenai laki-laki yang diidentifikasi sebagai gay yang memasuki seminari Katolik. Pada tahun 2005, Kongregasi Pendidikan Katolik mengeluarkan instruksi yang menyatakan bahwa “perlu dinyatakan dengan jelas bahwa Gereja, meskipun sangat menghormati orang-orang yang bersangkutan, tidak dapat menerima masuk seminari atau ordo suci mereka yang mempraktikkan homoseksualitas. Ada larangan untuk menerima calon imam atau biarawan untuk mereka yang menunjukkan kecenderungan homoseksual yang mendalam, atau mendukung apa yang disebut “budaya gay”.

Instruksi tersebut selanjutnya mencatat perbedaan antara mereka yang menunjukkan “kecenderungan homoseksual yang mendalam” dan mereka yang “berurusan dengan kecenderungan homoseksual” yang hanya merupakan ekspresi dari masalah sementara.

Paus Fransiskus menguatkan keputusan tersebut pada tahun 2016. Pada tahun 2018, ia kembali meminta para uskup Italia untuk hati-hati memeriksa calon uskup.

La Repubblica mencatat bahwa para uskup Italia selama pertemuan mereka di Assisi November lalu menyetujui Ratio Formasiis Sacerdotalis yang baru, sebuah dokumen yang merinci kriteria dan standar penerimaan bagi pria di seminari-seminari Italia. Dokumen tersebut “telah dipertimbangkan oleh Dikasteri Vatikan untuk para Klerus untuk mendapatkan persetujuan akhir.

Penulis biografi kepausan, Austen Ivereigh, menulis di X pada hari Selasa, 28 Mei 2024, bahwa keprihatinan Paus adalah terhadap laki-laki gay yang memandang imamat sebagai cara untuk menghayati seksualitas mereka, dan subkultur gay di banyak seminari.

Selama ini, Paus kadang-kadang dipuji atas upayanya menjangkau komunitas yang teridentifikasi LGBT. Hal ini menunjukkan bahwa Gereja Katolik menentang diskriminasi terhadap siapapun namun tetap kritis dalam masalah moral terkait isu homoseksual.

Selama konferensi pers dalam penerbangan pada tahun 2013, Paus menanggapi pertanyaan dari seorang jurnalis tentang pengalamannya sebagai seorang bapa pengakuan bagi orang-orang homoseksual dengan berkata retoris: “Siapakah saya sehingga bisa menghakimi orang itu?”

Paus Fransiskus memperluas pernyataan ini dalam sebuah wawancara sepanjang buku pada tahun 2016, di mana ia mengatakan, bahwa orang-orang ini harus diperlakukan dengan hati-hati.

“Saya senang bahwa kita berbicara tentang orang-orang homoseksual. Karena yang terpenting adalah individu, dalam keutuhan dan martabatnya.”

Sementara itu, pada bulan Desember tahun lalu, Departemen Ajaran Iman Vatikan mengeluarkan Fiducia Supplicans, sebuah deklarasi yang mengizinkan pemberkatan non-liturgi bagi pasangan yang berada dalam situasi “tidak biasa”, termasuk pasangan sesama jenis.

Paus juga pernah menanggapi kritik keras yang diterima dokumen tersebut. Ia memberi catatan mengapa berkat non-liturgis untuk pribadi homoseksual begitu dicemooh, sedangkan kalau seseorang memberi berkat kepada seseorang dengan dosa ekspoitasi kepada sesama dapat dimaklumi.

“Tidak seorang pun akan tersinggung jika saya memberikan berkat kepada seorang pengusaha yang mungkin mengeksploitasi orang lain. Padahal ini adalah dosa yang sangat serius,” kata Paus dalam wawancara dengan majalah mingguan Italia, Credere.

“Padahal, mereka (pengkritik Fiducia Supplicans-red) tersinggung jika saya memberikan berkat kepada seorang homoseksual. Ini munafik. Kita semua harus menghormati satu sama lain. Semuanya,” kata Bapa Suci. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini