Bacaan I – Yud 17:20b-25
Adapun rakyat bersukaria di Yerusalem di hadapan Bait Suci tiga bulan lamanya dan Yuditpun tetap tinggal serta mereka. Sesudahnya mereka pulang ke milik pusakanya masing-masing. Adapun Yudit pergi ke Betulia dan tinggal pada miliknya. Namanya tetap harum di seluruh negeri seumur hidupnya.
Memang banyak orang meminang dia, tetapi ia tidak disentuh oleh seorang laki-laki lagi sepanjang masa hidupnya, semenjak Manasye, suaminya, meninggal dan dipersatukan dengan kaumnya.
Yudit menjadi sangat tua dan menguban di dalam rumah suaminya sampai seratus lima tahun. Ia memberikan kebebasan kepada dayangnya. Ia meninggal di kota Betulia dan dikubur dalam dua kubur Manasye, suaminya.
Tujuh hari lamanya keluarga Israel berkabung. Sebelum meninggal Yudit membagikan-bagikan harta bendanya kepada sanak saudara suaminya Manasye dan kepada sanak saudaranya sendiri.
Selanjutnya tiada seorangpun mengganggu Israel di masa hidup Yudit maupun lama sesudah ia meninggal.
Demikianlah Sabda Tuhan
Syukur Kepada Allah
Mzm. 63:2,3-4,5-6
- Demikianlah aku memandang kepada-Mu di tempat kudus, sambil melihat kekuatan-Mu dan kemuliaan-Mu.
- Sebab kasih setia-Mu lebih baik dari pada hidup; bibirku akan memegahkan Engkau.
- Demikianlah aku mau memuji Engkau seumur hidupku dan menaikkan tanganku demi nama-Mu.
- Seperti dengan lemak dan sumsum jiwaku dikenyangkan, dan dengan bibir yang bersorak-sorai mulutku memuji-muji.
- Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam?
Bacaan Injil – Mrk 11:27-33
Lalu Yesus dan murid-murid-Nya tiba pula di Yerusalem. Ketika Yesus berjalan di halaman Bait Allah, datanglah kepada-Nya imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat dan tua-tua, dan bertanya kepada-Nya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu, sehingga Engkau melakukan hal-hal itu?”
Jawab Yesus kepada mereka: “Aku akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu. Berikanlah Aku jawabnya, maka Aku akan mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.
Baptisan Yohanes itu, dari sorga atau dari manusia? Berikanlah Aku jawabnya!”
Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari sorga, Ia akan berkata: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya?
Tetapi, masakan kita katakan: Dari manusia!” Sebab mereka takut kepada orang banyak, karena semua orang menganggap bahwa Yohanes betul-betul seorang nabi.
Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Maka kata Yesus kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”
Demikianlah Injil Tuhan
Terpujilah Kristus
Santo Yustinus, Martir
Yustinus lahir dari sebuah keluarga kafir di Nablus, Samaria, Asia Kecil pada permulaan abad kedua kira-kira pada kurun waktu meninggalnya Santo Yohanes Rasul.
Yustinus mendapat pendidikan yang baik semenjak kecilnya. Kemudian ia tertarik pada pelajaran filsafat untuk memperoleh kepastian tentang makna hidup ini dan tentang Allah. Suatu ketika ia berjalan-jalan di tepi pantai sambil merenungkan berbagai soal. Ia bertemu dengan seorang orang-tua.
Kepada orang tua itu, Yustinus menanyakan berbagai soal yang sedang direnungkannya. Orang tua itu menerangkan kepadanya segala hal tentang para nabi Israel yang diutus Allah, tentang Yesus Kristus yang diramalkan para nabi serta tentang agama Kristen. Ia dinasehati agar berdoa kepada Allah memohon terang surgawi.
Di samping filsafat, ia juga belajar Kitab Suci. Ia kemudian dipermandikan dan menjadi pembela kekristenan yang tersohor. Sesuai kebiasaan jaman itu, Yustinus pun mengajar di tempat-tempat umu, seperti alun-alun kota, dengan mengenakan pakaian seorang filsuf. Ia juga menulis tentang berbagai masalah, tertutama yang menyangkut pembelaan ajaran iman yang benar. Di sekolahnya di Roma, banyak kali diadakan perdebatan umum guna membuka hati banyak orang bagi kebenaran iman Kristen.
Yustinus bangga bahwa ia menjadi seoranng Kristen yang saleh, dan ia bertekad meluhurkan kekristenan dengan hidupnya. Dalam bukunya, “Percakapan dengan Truphon Yahudi”, Yustinus menulis: “Meski kami orang Kristen dibunuh dengan pedang, disalibkan, atau di buang ke moncong- moncong binatang buas, ataupun disiksa dengan belenggu api, kami tidak akan murtad dari iman kami. Sebaliknya, semakin hebat penyiksaan, semakin banyak orang demi nama Yesus, bertobat dan menjadi saleh.”
Di Roma, Yustinus ditangkap dan bersama para martir lainnya dihadapkan dihadapankan ke depan penguasa Roma. Setelah banyak disesah, kepala mereka dipenggal. Peristiwa ini terjadi pada tahun 165. Yustinus dikenal sebagai seorang pembela iman terbesar pada zaman Gereja Purba.
Doa Penutup
Ya Tuhan, ingatkanlah aku terus untuk tidak membalas suatu kejahatan dengan kejahatan baru. Sebaliknya, berilah aku hati yang tulus dan murni, penuh kasih serta kerahiman, seperti Engkau Sendiri. Bunda Maria dan Bapa Yusuf, didiklah aku jadi orang yang mampu menghormati kebaikan dan menghindari segala bentuk kejahatan. Amin.