Home BERITA TERKINI Seorang Imam yang Setia Memberi Makan kepada Orang Miskin Terpilih Menjadi Uskup...

Seorang Imam yang Setia Memberi Makan kepada Orang Miskin Terpilih Menjadi Uskup Portland

0
Uskup Portland terpilih, Pastor James Ruggieri mengendarai Grumman Olson tahun 1980 dengan patung-patung kudus di atas dasboarnya. Truk ini yang menemaninya mendistribusikan makanan panas untuk para papa miskin di sekitar Rhode Island. NCRegister

PORTLAND, Pena Katolik – Pastor James Ruggieri mengemudikan sebuah truk menyusuri jalan-jalan di Portland, Maine, Amerika Serikat pada Minggu Sore 7 April 2024 lalu. Perjalanan ini sudah biasa dilakukan oleh Pastor Ruggieri. Di dalam truk itu, ia biasa membawa makanan panas dan pakaian-pakaian yang biasa ia bagikan kepada orang-orang miskin di sekitar Kota Providence, tak jauh dari St. Patrick Parish (Paroki St. Petrus), tempat ia ditugaskan.

Namun, perjalanan pada Minggu sore itu, barangkali akan menjadi perjalanan terakhirnya. Keesokan harinya, Pastor Ruggieri adalah hari terakhirnya bertugas di St. Patrick Parish. Ia akan pindah ke Keuskupan Portland untuk menjalani tugasbarunya dan mempersiapkan untuk tahbisannya sebagai Uskup Portland.

Pada bulan Februari, Paus Fransiskus menunjuk Pastor Ruggieri, yang kini berusia 56 tahun, menjadi Uskup Portland. Keuskupan ini merupakan keuskupan sufragan dari Keuskupan Agung Boston dan mencakup seluruh Negara Bagian Maine. Ia akan menggantikan Mgr. Robert Deeley yang sudah memasuki masa pensiun. Penunjukan ini mengejutkan, sebab Pastor Ruggieri adalah imam di Keuskupan Providence.

150 Ribu Lebih

Truk yang setiap hari dikemudikan Pastor Ruggieri adalah sebuah Grumman Olson buatan tahun 1980 berwarna putih. Pada pertengahan bulan Maret lalu, odometer mobil itu menunjukkan 45.597. Namun, mobil itu dibuat sebelum odometer dibuat dengan enam digit angka.

Itu berarti, kalau sebelum angka empat ditambah satu angka saja, misalnya angka “satu” maka mobil itu setidaknya sudah berjalan sepanjang 150 ribu kilometer. Sepanjang jarak itulah, Grumman Olson itu dikemudikan Pastor Ruggieri untuk mengantar makanan panas kepada orang miskin setiap hari.

Setiap kali melintas jalan-jalan Providence, mobil itu selalu menyita perhatian. Di sisi kanan eksterior, ada gambar Bunda Maria dari Guadalupe dan Kerahiman Ilahi. Sementara di sisi kiri, terdapat gambar St. Yohanes Paulus II dan Bunda Teresa. Selain itu, ada kutipan dari Matius 25:40: “Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, apa pun yang kamu lakukan untuk salah satu dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku.”

St. Patrick Parish telah mulai pelayanan memberikan makanan selama bertahun-tahun. awalnya, seorang umat paroki memberikan untuk membawakan makanan untuk para tunawisma pada hari setelah Thanksgiving. Saat itu, Pastor Ruggieri yang sudah mulai bertugas di menjawab “ya”. Namun, makanan yang awalnya dalam rangka Thanksgiving, mulai menjadi pelayanan rutin di gereja itu.

“Ada yang menyarankan untuk memberi makanan kepada orang miskin di jalanan Providence, dan saya piker itu ide yang baik,” ujar Pastor Ruggieri.

Ketika satu niat baik dimulai, selanjutnya adalah “Penyelenggaraan Ilahi” yang bekerja. Satu per satu umat tergerak membantu. Salah satunya adalah Margarita Rivera-Zuleta. Ia saat ini menjadi salah satu dari banyak ibu-ibu paroki yang turut membantu. Sekitar empat tahun lalu, ia menemui Pastor Ruggieri untuk mendapatkan konseling. Saat itu, ia menyarankan membuat dapur paroki, setiap hari jumat dua kali sebulan dan lebih banyak lagi jika diperlukan.

Setiap kali ada pelayanan ini, Rivera-Zuleta datang dari jam 8 pagi sampai jam 1 siang untuk membantu menyiapkan 250 makanan hangat untuk truk makanan paroki, ditambah 90 makanan lainnya untuk para siswa di sekolah paroki.

“Saya menyukai apa yang saya lakukan di sini. Saya suka datang ke sini. Ini adalah tempat yang sakral dan istimewa bagi saya di hari Jumat. Di sinilah saya juga menemukan Yesus,” kata Rivera-Zuleta, warga North Providence yang berasal dari Puerto Rico.

Mengenai Pastor Ruggieri, Rivera-Zuleta mengatakan imam itu sebagai seorang yang luar biasa, rendah hati, dan suci.

“Dia adalah orang suci di masa depan,” ujar Rivera-Zuleta.

Setelah terpilih menjadi uskup, Pastor Ruggieri harus meninggalkan pelayanannya di Providence. Sebenarnya, ia masih memiliki ambisi di mana tahun depan dapa tmenyelesaikan dapur di paroki yang ia kelola, agar dapat mulai memberikan makanan panas kepada orang miskin. Namun, tentu ia percaya, orang lain akan bisa melakukan pekerjaan itu.

Pastor Joseph Brice, Richard Howard, Uskup terpilih Pastor James Ruggieri (kanan) berkomitmen pada pelayanan penuh iman, menghayati pesan Kerahiman Ilahi. NCRegister

Rutinitas Karya

Setiap kali melakukan melakukan tugasnya, Pastor Ruggieri menghentikan truk makanannya di tempat parkir Crossroads Rhode Island. Tempat ini menyediakan perumahan dan layanan lainnya bagi para tunawisma. Tak lama kemudian, beberapa orang berbaris, menunggu untuk dilayani oleh sukarelawan.

Pada saat tertentu, Pastor Ruggieri menggenggam tangan seseorang yang mengantri, seolah-olah mereka adalah teman lama. Setiap orang mendapatkan kantong coklat dengan dua kotak karton berisi makanan hangat, beberap kue mereka yang disumbangkan oleh toko roti, kopi atau the. Beberapa juga mendapa kaus kaki, sebagai penghangat di saat malam yang dingin.

Perhentian kedua adalah di Cranston Street dan Ford Street yang sibuk di West End of Providence. Beberapa penerimanya tinggal di jalanan. Ada yang sudah mempunyai tempat tinggal namun sangat memprihatinkan.

Seorang wanita kulit hitam dengan anak-anak berkendara dengan ssebuah mobil abu-abu tua. Ia datang meminta makanan. Dari mobilnya, ia melakukan percakapan singkat dengan wanita kulit hitam lainnya yang berdiri di jalan.

“Ini adalah waktu yang sulit. Saya tunawisma,” kata pengemudi itu.

Namun tidak semua orang puas. Di perhentian ketiga, yang juga berada di pinggir jalan, seorang pria kulit putih dengan beberapa cincin hidung mengambil sekantong makanan melalui jendela truk.

“Aku masih membenci umat Katolik,” katanya.

“Apa?” kata Pastor Ruggieri.

“Masih membenci umat Katolik atas apa yang mereka lakukan terhadap saya,” katanya sekali lagi lalu pergi.

Pastor Ruggieri menjelaskan, bahwa pria tersebut pernah bercerita, bhawa di masa lalu ia pernah dianiaya di panti asuhan Katolik, saat masih kecil.

“Kedengarannya tidak terlalu bagus,” kata Pastor Ruggieri.

Pastor Ruggieri mencoba mengenal orang-orang yang datang untuk makan.

“Saya selalu mengatakan, jika Anda mendengar cerita orang, Anda dapat memahaminya dengan lebih baik,” katanya.

Terlihat Seperti Sekolah

Ada yang unik dari St. Patrick Parish. Gereja paroki ini terlihat seperti sekolah dari pada sebuah pusat kegiatan umat. Pada tahun 1979, setelah gereja Gotik di paroki tersebut pada awal abad ke-20 dibongkar karena masalah struktural, paroki tersebut dipindahkan ke gedung sekolah dasar tahun 1920-an.

Di lokasi yang sama dengan gereja paroki, terdapat St. Patrick Academy, sebuah sekolah menengah atas yang didirikan Pastor Ruggieri pada tahun 2009. Sekolah ini dibuka untuk menggantikan sebuah sekolah dasar milik paroki yang ditutup.

Saat ini, St. Patrick Academy menjadi satu-satunya SMA Katolik yang dikelola paroki di sekitad Rhode Island. Di sekolah ini, setiap siswa menghabiskan sebesar $13.000 per tahun. namun, tidak ada yang membayar sebesar jumlah itu. Orang tua dari 53 siswa membayar $1.000 atau kurang setiap tahun.

Kekurangan biaya operasional ini kemudian ditutup dari penggalangan dana. Setiap tahun, St. Patrick Academy mendapat $850.000 hingga $1 juta per tahun untuk biaya operasional, kata Robin Tagliaferri (Direktur Pengembangan St. Patrick Academy). Ditanya tentang Pastor Ruggieri, kesan yang ditangkap Tagliaferri, imam itu adalah pribadi yang beriman.

“Uskup terpilih adalah orang yang beriman. Pelayanan di sini sudah terkenal dan semua orang tahu ke mana sumbangan itu disalurkan. Jadi itu membuat pekerjaanku menjadi sangat mudah,” kata Tagliaferri.

Selama ini, Pastor Ruggieri mengajar teologi di sekolah tersebut, mengisi jam kosong jika diperlukan menggantikan Guru teologi lainnya, Mary Cipriano. Setelah sekian lama bekerja besama Pastor Ruggieri, kepergian ini akan meninggalkan kehilangan bagi Cipriano.

“Bekerja bersamanya adalah saat-saat yang sangat menyenangkan, namun juga merupakan saat-saat yang sangat penuh secara spiritual. Sungguh menyakitkan melihatnya pergi ke Maine, katanya.

Pastor Joseph Brice, vikaris paroki paroki, yang menggantikan Pastor Ruggieri setelah kepergiannya, mengatakan bahwa ia pengkhotbah yang rendah hati, yang pesannya selalu sederhana dan jelas.

“Dia akan menjadi uskup yang baik. Dia mengasihi orang miskin,” kata Pastor Brice.

Uskup Ideal Paus Fransiskus

Pastor Ruggieri berasal dari Rhode Island. Ia lulus dari Providence College pada tahun 1990 dengan gelar di bidang Studi Agama. Ia juga memiliki gelar master di bidang ketuhanan. Pastor Ruggieri adalah uskup yang ideal bagi Paus Fransiskus, hal ini tentu karena pelayanannya kepada orang miskin. Meskipun umat di St. Patrick Paris akan bangga dengan pengangkatannya, mereka juga sedih melihatnya pergi.

Pastor Ruggieri akan ditahbiskan pada tanggal 7 Mei di Katedral Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda di Portland. Tahbisan itu akan dipimpin Uskup Agung Boston, Kardinal Seán O’Malley.

Pastor Ruggieri berasal dari Rhode Island. Ia lulus dari Providence College pada tahun 1990 dengan gelar di bidang Studi Agama. Ia juga memiliki gelar master di bidang ketuhanan. Pastor Ruggieri adalah uskup yang ideal bagi Paus Fransiskus. Meskipun umat di St. Patrick Paris akan bangga dengan pengangkatannya, mereka juga sedih melihatnya pergi.

Pastor Ruggieri mulai tugas di St. Patrick Paris tahun 2003. Paroki ini memiliki umat yang berbahasa Inggris dan Spanyol. Selain itu, ia juga melayani di dekat St. Michael Parish.

Sore Hari Istimewa

Pastor Ruggieri akan ditahbiskan pada tanggal 7 Mei di Katedral Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda di Portland. Tahbisan itu akan dipimpin Uskup Agung Boston, Kardinal Seán O’Malley.

Paus Memanggil Anda

Namun, Pastor Ruggieri pun menjawab telepon itu. Ia terkejut karena yang ternyata menghubunginya adalah Kardinal Christophe Pierre, NunSio Apostolik untuk Amerika Serikat. Masih lewat percakapan itu, Kardinal Pierre mengatakan kepadanya, bahwa Paus Fransiskus ingin ia menjadi uskup berikutnya di Keuskupan Portland, Maine.

Pastor Ruggieri terkejut. Tapi tak butuh waktu lama, ia menjawab “ya”. Kemudian dia naik dan memimpin Misa.

“Saat itu sore hari, saya sedang bersiap merayakan Ekaristi,” kenang Pastor Ruggieri.

Sejak itu, Pastor Ruggieri berusaha mempelajari bagaimana menjadi uskup, sebelum ia benar-benar mulai melakukannya. Setelah pengumuman tersebut pada bulan Februari, dia menghadiri konferensi pers di Portland. Satu hal yang harus ia lakukan sebagai seorang uskup baru.

“Ketika saya mendengar tentang penunjukan itu saya berkata, ‘Wow, ini tanggung jawab yang besar sekali,’” kata Pastor Ruggieri sambil tertawa, dalam hatinya ia berpikir hanya seorang imam biasa.

Pastor Ruggieri ingat apa yang dikatakan oleh Uskup Providence, Mgr. Richard Henning, tentang cincin yang dipakai seorang uskup. Cincin itu mengingatkan akan ikatan pada Gereja local yang harus dilayani oleh seorang uskup.

“Setiap hari ini merupakan pengingat, bahwa Anda bukan hanya seorang uskup, Anda terikat dengan Gereja lokal ini,” kata Pastor Ruggieri.

Saat menjadi uskup nanti, Pastor Ruggieri ingin mendekati para pendeta baru dan kawanan barunya.

 “Saya berada di dalam bersama mereka. Jadi harapan saya adalah mengenal mereka dan melayani mereka serta mencintai mereka sebaik mungkin.”

Cerita penunjukan Pastor Ruggieri dimulai pada suatu sore 3 Februari 2024. Ketika itu, jam menunjukan 4 sore di Providence, ketika dia berada di lantai paling bawah di Kantor St. Patrick Parish dan bersiap untuk mengadakan Misa, Pastor Ruggieri mendapat panggilan di ponselnya dengan kode area area 202. Ia bingung sebab kode itu tak pernah masuk dalam ponselnya.

Tidak ada komentar

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version