29.4 C
Jakarta
Friday, May 3, 2024

Paskah dan Cahaya Ilahi

BERITA LAIN

More
    Lukisan St. Dominikus yang bersimpu di bawah salib karya Fra Angelico. IST

    JAKARTA, Pena Katolik – Fra Angelico telah menjadi seorang pelukis terkenal ketika ia melukis St. Dominikus dalam adegan yang tidak biasa. Dalam lukisan itu, St. Dominikus bersimpu di bawah salib, di mana di atasnya Yesus wafat. Fra Angelico menggambarkan Dominikus bukan di puncak gunung, dalam kegembiraan saat dia menatap Yesus dalam kobaran api kemuliaan, dia melukis St. Dominikus yang secara harafiah berpegang teguh pada Salib.

    Melihat lukisan itu, kita bisa membayangkan apa yang ada di dalam hati St. Dominikus. Ia memilih tinggal bersama Yesus di dalam situasi yang mungkin “tidak menyenangkan”. Sikap St. Dominikus ini sama seperti yang ditunjukkan Bunda Maria, yang setia “mengikuti” Yesus sampai Ia disalibkan.

    “Biarkan aku tinggal di sini bersamamu,” barangkali itu salah satu yang dikatakan St. Dominikus, yang terlukis dalam lukisan Fra Angelico itu.

    Melalui kukisan ini, kita dapat membangun refleksi Paskah kita. Di sinilah, di kaki Salib, Dominikus diajarkan pelajaran tentang kasih. St. Dominikus mengajak kita memasuki misteri Paskah dengan terlebih dahulu “mengikuti” Yesus hingga di saat akhir di bawah kayu salib.

    Ketika St. Dominikus mengintip ke dalam belas kasih yang tercurah dari setiap derita Kristus, dia menjadi bejana kemurahan dan kasih sayang itu. Di tempat inilah kecintaannya pada jiwa-jiwa lahir. Di sini dia belajar untuk menggemakan seruan Yesus yang dikasihinya.

    Kebangkitan

    Saat St. Dominikus membangun biara pertamanya di Roma. Ia berkhotbah di Gereja St. Markus. Seorang wanita bangsawan Romawi, Tuta di Buvalischi sering pergi mendengarkan khotbahnya.

    Suatu hari, perempuan bangsawan itu meninggalkan putranya yang sakit parah di rumah. Buvalischi pergi untuk mendengarkan khotbah Pendiri Dominikan itu. Ketika dia kembali ke rumah, dia mengetahui putranya telah meninggal.

    Dengan cepat, Buvalischi menginstruksikan kepada para pelayannya untuk membawa tubuh tak bernyawa anak itu ke biara dan mencari St. Dominikus. Mereka menemukan St. Dominikus dan membaringkan anak itu di hadapannya.

    St. Dominikus menoleh ke samping, berdoa beberapa saat, lalu kembali menghadap wanita yang menangis itu dan membuat Tanda Salib di atas anak laki-laki itu. Kemudian dia menggandeng tangan pemuda itu dan menghidupkannya kembali.

    Dari peristiwa ini kita tentu dapat membaca makna Paskah kebangkitab Tuhan. Tidak perlu diragukan, refleksi Paskah menurut St. Dominikus tidak berhenti pada saat ia bersimpuh di bawah salib. Paskah bagi St. Dominikus menemukan kepenuhannya dalam kebangkitan Tuhan. 

    Kebangkitan dan Iman

    Dari St. Dominikus, kita beralih ke St. Thomas Aquinas. Sang Doctor Angelicu itu menjabarkan lima alasan, mengapa Yesus harus bangkit. Pertama; untuk pujian Keadilan Ilahi, yang merupakan hak untuk meninggikan mereka yang merendahkan diri demi Tuhan (Lukas 1:52). Kedua, untuk pengajaran iman kita, karena kepercayaan kita kepada Ketuhanan Kristus diteguhkan oleh kebangkitan-Nya. Ketiga, untuk membangkitkan harapan kita, karena dengan melihat Kristus, yang adalah kepala kita, bangkit kembali, kita berharap bahwa kita juga akan bangkit kembali. Keempat, menata kehidupan umat beriman. Kelima, untuk menyelesaikan pekerjaan keselamatan kita.

    Dalam Summa Theologiae-nya, St. Thomas Aquinas menjawab pertanyaan apakah Kristus seharusnya menunjukkan kebenaran Kebangkitan-Nya. Ketika membaca kisah Kebangkitan dalam Injil, ada rincian yang menjadi bukti tidak langsung kebangkitan Kristus.

    Maria Magdalena dan beberapa murid lainnya memeriksa kubur yang kosong pada hari Minggu Paskah, mereka menemukan bahwa bukan hanya jenazah Yesus yang hilang, tetapi kain penguburan telah digulung rapi dan ditempatkan di dalam kubur. Jika ada yang mencuri jenazah Yesus, mereka tidak akan meluangkan waktu untuk melepaskan kain dari jenazah Yesus dan menaruhnya dengan rapi di dalam kubur. Sebaliknya, pencuri akan terburu-buru mengambil jenazah itu dan bergegas keluar membawa kainnya.

    Para murid telah mendengar ramalan Yesus bahwa Ia akan bangkit kembali pada hari ketiga, namun tidak terpikir oleh mereka bahwa hal tersebut benar-benar terjadi. Mereka berpikir pada tingkat nalar alamiah manusia. Perkataan itu tebukti ketika Yesus menampakkan diri kepada mereka dan menegaskan bahwa dia sebenarnya telah bangkit dari kematian.

    Semua bukti Kebangkitan di atas adalah apa yang disebut oleh St. Thomas Aquinas mengatakan, Kristus dikatakan telah menunjukkan Kebangkitan-Nya dengan bukti-bukti, sama seperti dengan tanda-tanda yang paling jelas bahwa Ia benar-benar telah bangkit.

    EH04DG Pope John Paul II Holy Door opening in 1983

    Bukti Kebangkitan

    St. Thomas Aquinas kemudian menjelaskan alasan dari bukti-bukti ini dalam dua alasan. Pertama, karena hati mereka tidak siap menerima iman akan Kebangkitan. Kedua, agar kesaksian mereka dapat dibuat melalui tanda-tanda yang ditunjukkan kepada mereka.

    Sebagai umat Katolik dan Kristen, kita dipanggil untuk memiliki kepercayaan penuh pada Firman Tuhan yang diturunkan kepada kita melalui Kitab Suci, Tradisi Suci, dan magisterium. Gerejalah yang satu, kudus, katolik, dan apostolik yang diberi tugas untuk dengan setia memelihara dan meneruskan wahyu ilahi.

    Bagi kita yang beragama Katolik, kita tidak perlu menyelidiki bukti-bukti Kebangkitan yang masuk akal untuk bisa percaya. Fakta-fakta ini telah ditetapkan. Sebaliknya, kita telah menerima karunia iman adikodrati pada saat Pembaptisan kita sehingga kita dapat memberikan persetujuan iman terhadap Firman Allah. Kita yakin akan Firman Allah karena kita tahu bahwa firman itu berasal dari Allah yang “tidak dapat menyesatkan dan tidak dapat disesatkan” (Katekismus Gereja Katolik, 156).

    Iman bahkan lebih pasti daripada ilmu yang diperoleh dari ilmu-ilmu alam: “Iman itu pasti. Ia lebih pasti dari segala pengetahuan manusia, karena ia didasarkan pada firman Allah yang tidak dapat berdusta” (KGK 157).

    Pope Benedict XVI prays while holding a candle light as he arrives to lead a vigil mass during Easter celebrations at St. Peter’s Basilica in the Vatican April 7, 2012. REUTERS/Alessandro Bianchi

    Cahaya Ilahi

    Arti dan refleksi indah Paskah telah kita peroleh dari St. Dominikus dan St. Thomas Aquinas. Saya ingin menutup refleksi ini bersama dua Paus. Dalam satu kesempatan, St. Yohanes Paulus II pernah mengatakan apa arti Paskah baginya.

    “Kebangkitan Kristus adalah kekuatan, rahasia Kekristenan. Ini bukan soal mitologi atau simbolisme belaka, tapi soal peristiwa konkrit. Hal ini dikuatkan dengan bukti-bukti yang pasti dan meyakinkan,” demikian kata St. Yohanes Paulus II.

    Penerimaan kebenaran ini, meskipun merupakan buah rahmat Roh Kudus, pada saat yang sama tetap mempunyai dasar sejarah yang kuat. Paus asal Polandia itu mengatakan, upaya baru evangelisasi hanya dapat dimulai dari pengalaman baru akan Misteri Paskah, yang diterima dalam iman dan disaksikan dalam kehidupan.

    Dalam Urbi et Orbi Paskah tahun 2011, Paus Benediktus XVI mengatakan bahwa Kebangkitan Kristus bukanlah buah spekulasi atau pengalaman mistis. Ini adalah sebuah peristiwa melampaui sejarah, dan terjadi pada saat yang tepat dalam sejarah. Kebangkitan Kristus meninggalkan bekas yang tak terhapuskan.

    Paus Benediktus XVI mengatakan, cahaya yang menyilaukan para penjaga makam Yesus telah melintasi ruang dan waktu. Cahaya ini berbeda, yaitu cahaya ilahi, yang membelah kegelapan kematian dan membawa ke dalam dunia kemegahan Tuhan.

    “Sama seperti sinar matahari di musim semi menyebabkan tunas-tunas di dahan-dahan pohon bertunas dan terbuka, demikian pula pancaran sinar Kebangkitan Kristus memberikan kekuatan dan makna bagi setiap pengharapan manusia, bagi setiap pengharapan, keinginan dan rencana. Oleh karena itu seluruh kosmos bergembira hari ini, memasuki musim semi umat manusia, yang menyuarakan nyanyian pujian ciptaan yang hening.

    Pada kesempatan itu, Paus Benediktus XVI mengatakan, di surga semuanya damai dan gembira. Namun sayang, tidak demikian halnya di bumi.

    Perkataan Paus Benediktus XVI ini relevan dalam konteks zaman kita saat ini. Kedamaian Paskah dirayakan ketika perang bergejolah dan begitu banyak situasi yang menyakitkan: kemiskinan, kelaparan, penyakit, dan kekerasan.

    “Namun untuk inilah Kristus mati dan bangkit kembali. Dia mati karena dosa, termasuk dosa kita saat ini, Dia bangkit juga demi penebusan sejarah, termasuk sejarah kita.”

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI