Senin, Desember 23, 2024
27.9 C
Jakarta

Pesan Paus: Para Klerikus Hendaknya Hindari Sikap Munafik

Paus Fransiskus memimpin Misa Kudus Pemberkatan Minyak Krisma, Minyak Katekumen dan Minyak Orang Sakit sekaligus pembaharuan janji imamat para Imam di Basilika Santo Petrus Vatikan, Kamis pagi waktu setempat (28/3/2024). Vatican.va

VATIKAN, Pena Katolik – Paus Fransiskus mengajak para imam dan para klerikus (kaum tertahbis) lainnya agar berhati-hati dalam bersikap. Para klerikus diminta untuk menghindari sikap munafik (clerical hypocrisy). Karena sikap tak terpuji ini hanya akan menjauhkan diri dari Tuhan. Upaya menjernihkan, membaharui dan menguatkan panggilan imamat diperoleh melalui penyesalan, penitensi (sikap silih), doa dan sikap ketulusan seperti anak-anak.

Orang nomor satu di Gereja Katolik Se-Dunia itu menyampaikan pesannya dalam Misa Kudus Pemberkatan Minyak Krisma, Minyak Katekumen dan Minyak Orang Sakit di Basilica St Petrus, Kamis (28/3/2024) pagi pukul 09.30 waktu setempat. Momentum ini dihadiri lebih dari 500 imam dari berbagai negara, dan juga ribuan umat. Dalam perayaan misa ini, ratusan imam tersebut juga melaksanakan pembaruan janji imamat yang dipimpin langsung dan bersama Paus Fransiskus.

Melalui pandangan mata, Rm Markus Solo Kewuta melaporkan bahwa acara tersebut berlangsung dengan meriah, sekaligus khusuk dan agung. Ketika memimpin upacara ini, Paus Fransiskus mengambil tempat di wilayah datar dalam Basilica St Petrus, persis di samping kiri berhadapan dengan altar utama. Ini dilakukan karena alasan kesehatan lutut yang tidak memungkinkan Paus untuk naik ke altar utama. Bagian tengah perayaan, yang adalah Ekaristi di altar, diambil alih oleh seorang Kardinal.

Dalam kotbahnya, Paus Fransiskus merujuk pada rasul Santo Petrus yang sangat dekat dengan Yesus. Sekalipun dekat, Petrus seringkali mengalami krisis dan kegoncangan iman, ibarat hilang pandangan dari Yesus atau hilang pegangan padaNya. Pada saat-saat seperti itu, masih menurut Paus Fransiskus, Petrus berjuang untuk kembali dekat dengan Tuhan dengan segala upaya, terutama kembali menghidupi imannya yang tengah rapuh.

“Puncak kegoncangan iman adalah penyangkalan terhadap Tuhan Yesus selama tiga kali yang diakhiri dengan tangisan pilu. Poin ini menurut Paus memiliki pesan kuat. Beliau berpesan agar para imam yang mengalami masa-masa tangisan dalam hidup, menggunakan air mata itu untuk membersihkan hati, pikiran dan jiwa serta menjernihkannya untuk kembali menemukan jalan menuju Tuhan,“ jelas Rm Markus Solo yang mencatat pesan Paus Fransiskus tersebut.

Oleh karena itu, Paus Fransiskus berpesan, para imam diminta harus menghindari sikap kemunafikan klerikalis (clerical hypocrisy) yang hanya menjauhkan diri dari Tuhan. Upaya menjernihkan, membaharui dan menguatkan panggilan imamat diperoleh melalui penyesalan, penitensi, doa dan sikap ketulusan seperti anak-anak.

Yang perlu dicatat, ujar lebih lanjut Padre Marco – panggilan akrab Rm Markus Solo Kewuta, Paus juga mengucapkan terima kasih kepada para imam yang bekerja keras demi pewartaan Injil di mana saja di dunia ini, sekalipun dalam kondisi sulit, kadang dengan perjuangan keras disertai airmata. Paus menyebut istilah “heroic” atau kepahlawanan untuk para imam yang berjuang di medan keras.

“Terima kasih para imam terkasih atas keterbukaan dan ketaatan hati kalian. Terima kasih atas semua kerja keras dan air mata kalian. Terima kasih karena kalian membawa mukjijat kemurahan Tuhan kepada saudara-saudari kita di dunia saat ini. Semoga Tuhan menghibur kalian, menguatkanmu dan memberimu pahala,” tutur Paus Fransiskus.

Terkait dengan peranan awam dalam tugas misi, Paus Fransiskus menegaskan bahwa tugas misi penginjilan adalah juga merupakan tugas dan tanggungjawab segenap anggota Gereja. Peran kaum awam dalam mendukung dan mendoakan para imamnya adalah sebuah bentuk dukungan integral yang akan selalu tetap dibutuhkan, terutama di dalam semangat sinodalitas.

Paus Fransiskus yang masuk ke dalam Basilika dari arah Pinto Doa (Porta della Preghiera) didorong di atas kursi roda, melewati barisan ratusan para Imam sambil melambaikan tangan dengan senyuman cerah. Di akhir perayaan, Paus dibawa di atas kursi roda melewat lorong tengah Basilika sehingga sehingga semua yang hadir dapat melihatnya dari dekat.

Terkait dengan prosesi itu, Padre Marco menyatakan kesannya. “Selalu merupakan sebuah kesempatan membahagiakan ketika bisa melihat beliau dari dekat dan menerima berkatnya,“ ujar imam yang berasal dari NTT ini.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini