Senin, Desember 23, 2024
32 C
Jakarta

Shinta Nuriyah Abdurahman Wahid Menghadiri Buka Puasa Bersama di Gereja Bunda Maria Cirebon

Shinta Nuriyah Abdurahmanwahid saat memberikan ceramah kebangsaan di Gereja Bunda Maria Cirebonm. IST

CIREBON, Pena Katolik – Buka puasa bersama diadakan di Aula Gereja Bunda Maria Cirebon, Jawa Barat, 15 Maret 2024. Kegiatan ini dihadiri Shinta Nuriyah Abdurahman Wahid yang juga memberi ceramah tentang kebangsaan.

Sebelum acara buka puasa, Slamet Bukhori mengumandangkan azan sebagai penanda masuknya waktu shalat magrib bagi umat Islam dari Aula Gereja Bunda Maria. Pada kesempatan ini, Bukhori ini juga membacakan ayat ayat suci Al-quran. Senandung sholawat asygil dan sholawat lainnya juga dibacakan demi mengharap syafaat Baginda Rasul Nabi Muhammad SAW.

Pada kesempatan ini, Shinta Nuriyah menyampaikan ceramah dan nasihat kebangsaan dengan tajuk “Puasa sebagai Perisai Keserakahan dan Kemungkaran”. Ia menyebut bahwa, puasa bukanlah sekadar menahan dari rasa lapar dan haus, puasa harus mendorong orang berbuat baik, berperilaku jujur, dan adil kepada semua warga.

“Puasa itu mengajarkan akhlak budi pekerti yang luhur, termasuk kesabaran, kejujuran, keadilan. Karena itu orang yang berpuasa harus bisa melakukan hal seperti itu, sehingga kondisi yang kita alami saat ini, tidak terjadi lagi,” kata Shinta.

Shinta menceritakan, awalnya ia mengadakan Sahur Bersama. Kegiatan ini kemudian berkembang dengan juga mengadakan Buka Puasa Bersama. Shinta mengatakan, Sahur Bersama lebih sulit, ini mengajak orang “berpuasa”, berbeda dengan Buka Bersama yang mengajak orang yang sudah berpuasa untuk “makan dan membatalkan puasa”.

Shinta mengatakan, almarhum Gus Dur mempelopori gerakan sahur keliling ini sejak masih menjadi Presiden. Saat itu, Gus Dur mengajak kaum dhuafa, teman-teman kaum marjinal, dan lainya dalam acara Sahur Bersama. Di kesempatan ini, Gus Dur mengajak wakil rakyat untuk mendengar cerita dan mengetahui kehidupan berpuasa kaum dhuafa dan marjinal.

Gus Dur juga menggandeng banyak pihak untuk terlibat dan saling bantu pada program sahur keliling. Warisan Gus Dur ini kemudian masih dilanjutkan Shinta dengan mengadakan Sahur dan Buka Puasa bersama di berbagai tempat. Sejak beberapa tahun lalu, kegiatan ini bahkan dilakukan di berbagai tempat lintas iman seperti yang saat ini diadakan di Gereja Bunda Maria Cirebon.

Kehadiran Sinta di Gereja Bunda Maria juga didampingi sejumlah tokoh lintas agama dari Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu dan lainnya. Pada kesempatan semacam ini, Shinta merasa melihat miniatur Indonesia yang sangat beragam.

Romo Antonius Harryanto (Kepala Paroki Gereja Bunda Maria Kota Cirebon) merasa sangat bahagia mendampingi kehadiran Sinta Nuriyah Abdurahman Wahid dalam kegiatan di tempat dia berkarya. Ia mengatakan, gereja bukan sekedar menjadi tempat ibadah khusus dan tertutup. Gereja terbuka menjadi ruang berbagai sesama manusia.

“Kami terbuka kepada siapa pun, kami ingin membangun tali persaudaraan. Momen ini (buka puasa bersama) menjadi momen keterbukaan bagi kami kepada umat beragama lain, menjadi sarana kami mewujudkan persaudaraan,” kata Romo Harry.

Romo Harry menyebut, toleransi bukan sekadar menghormati orang lain yang berbeda untuk beribadah, toleransi adalah wujud kepekaan umat manusia terhadap manusia lainnya. Kata toleransi bukan berarti pasif namun memiliki makna aktif, untuk bergerak lebih peka. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini