DILI, Pena Katolik – Para Saudara Muda Timor Leste (sebutan untuk Frater Fransiskan) mengikuti kursus public speaking di Pusat Budaya Indonesia di Dili, Timor Leste, pada 29 Februari 2024. Pelatihnya tidak main-main, Kombes Po.l Don G. Mikael da Costa menjadi nara sumber kursus ini.
Kombes Don mengawali pembicaraannya dengan mengutip kata-kata bijak Mahatma Gandhi, “Diri kita adalah Pesan yang Hidup”. Ia menguraikan, tanpa berkata-kata kehadiran seseorang memberikan pesan pada sesamanya. Pesan-pesan itu dapat terbaca dari gestur, mimik, laku dan gerak setip orang.
“Intinya, diri sesorang adalah pesan bagi sesama, atau membahasakan sesuatu kepada sesame. Dalam hal ini, body lenguage selalu memberi pesan pada orang lain,” terang Atase Polri Imigrasi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Timor Leste ini.
Dalam berbicara, seseorang mesti mempunyai visi hidup, Harus mengetahaui dari mana ia berangkat dan ke mana arah pembicaraanya.
“Visi akan membantu pembicara atau pemateri untuk menyampaikan bahannya dengan lebih baik dan terarah. Visi membantu orang untuk mengakhiri sebuah pembicaraan dengan tepat dan menarik,” ujar Kombes Don.
Ada tiga komponen penting dalam public speaking antara lain master, on stage, dan show time. Bagian pertama: Master adalah menguasai topik, mapping personal dan audience, flow of mind yang mencakup pembuka-isi-penutup yang manarik dan berkesan. Pada bagian ini penting untuk mengetahui peran seorang pembicara, delivery methods, dan yang terakhir imaginasi yang sukses.
Selanjutnya, bagian kedua adalah on stage. Beberapa hal yang tercakup dalam bagian ini adalah act naturaly, menjadi diri sendiri dan tidak buat-buat dalam berbicara.
Kemudian bagian ketiga adalah show time. Bagian ini mencakup beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh seoran pembicara, yakni powerful opening atau pembukaan yang memukau; courage vs fear; calibrate and handle the audience; fun/anchoring; talk about the audience; total vocal; repeat and summarize; impressive closing. Semua kecakapan ini, kata Kombes Don, membutuhkan latihan terus-menerus.
Kombes Don adalah Polisi Indonesia yang saat ini ditugaskan di Kedutaan Indonesia untuk Timor Leste. Dengan penugasan ini, ia seperti “pulang kampung”, sebab ia pun masih memiliki darah Timor Leste dalam dirinya.
Sebelum bertugas di Dili, ia sempat ditugaskan di Mabes Polri di Jakarta. Sebelumnya, ia juga dikenal karena prestasinya. Ia merupakan mantan kepala Humas Kepolisian Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Afrika tepatnya di Sudan dan Sudan Selatan. Ia menjalani tugas pertama pada tahun 2008-2010, berikutnya 2021-2013 dan yang terkahir 2016-2017.
Don da Costa sudah terlibat dalam tugas-tugas PBB sejak 1998. Ia kembali ke Indonesia pada tahun 1999 dan sempat menjadi perwira protocol di staf pribadi Kapolda Irian Jaya (sekarang Papua). Di tahun 2000, ia dipercaya menjadi Kapolsek Tembagapura. Ia juga pernah mendapatkan kesempatan mengikuti pendidikan desain keamanan di National Security Institute di New Mexico Amerika Serikat tahun 2011.
Kebutuhan Pewarta
Saat diminta menanggapi dinamika kursus ini, Presiden Fransiskan Fundasi Antonio de Lisboa, Pater Nicolao Jose OFM mengemukakan bahwa public speaking menjadi kebutuhan yang harus dimiliki para Fransiskan. Kemampuan ini berguna untuk mentransmisikan Warta Sukacita Kristus kepada umat Allah di zaman ini.
“Publik Speaking menjadi penting juga bagi para saudara yang berkarya di rumah pendidikan dan juga di sekolah-sekolah,” kata Pater Nico.
Kursus itu merupakan salah satu agenda dalam peta jalan para Fransiskan Gardianat Rivotorto Dili pada bulan Januari dan Februari tahun ini. Muara kegiatan ini adalah Saudara muda Fransiskan diharapkan menjadi pembicara [Injil] yang mempunyai visi, dapat menyampaikan pesan-pesan yang dengan mudah diterima oleh para pendengar, dan mereka bertanggung jawab atas setiap kata yang diucapkan.
Kursus ini dibuka juga dengan sambutan dari Atase Pendidikan dan Budaya KBRI di Timor Leste Ikhfan Haris. Ia gembira bahwa Kedutaan Indonesia di Timor Leste dapat memfasilitasi beberapa kursus untuk para frater dan juga untuk pelajar di Timor Leste.
Ia menyampaikan, saat ini di Gedung Pusat Budaya Indonesia di KBRI Timor Leste juga menyediakan fasilitas seperti bisokop, perpustakaan dan museum mini yang bisa dikunjungi oleh semua orang. Turut mendukung terselenggaranya kegiatan ini adalah PT Bintang Fajar, milik Karlos dan Maria Sonbay; Ronald Kitchen, milik Ronald Un; dan Kelompok FFG (Freedom Faithnet Global). (Pater Marciano A. Soares OFM/Timor Leste)