33.3 C
Jakarta
Wednesday, May 1, 2024

Apa Pandangan St. Thomas Aquinas, Apabila Ia Harus Berpendapat Tentang Kecerdasan Buatan?

BERITA LAIN

More
    St. Thomas Aquinas. IST

    COLOGNE, Pena Katolik – St. Thomas Aquinas adalah raksasa etika. Pandangan-pandangannya tentang etika mendasari pandangan etika modern hingga saat ini.

    Kini, ketika perkembangan ilmu pengetahuan mengalami lompatan mengejutkan dengan adanya munculnya kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI), kira-kira apa pendapat Thomas Aquinas tentang AI?

    Dalam wawancara dengan CNA, Pastor Thomas Marschler adalah seorang imam Keuskupan Agung Cologne, Jerman yang berusaha untuk menemukan kritik St. Thomas terhadap perkembangan AI. Pastor Marschler belajar teologi, filsafat dan sejarah Katolik di Universitas Bonn dan Munich dari tahun 1989 hingga 1994, ia ditahbiskan menjadi imam pada tahun 1996 oleh Uskup Agung Cologne, Kardinal Joachim Meisner.

    Pastor Marschler mengatakan, meskipun karya St. Thomas tidak berisi pernyataan langsung tentang AI, atau tentang perjalanan ruang angkasa atau fisika kuantum, beberapa karya St. Thomas Aquinas menyoroti aspek filosofis dan etika AI secara mendalam.

    “Tentu saja, Thomas tidak dapat meramalkan, bagaimana teknologi dunia akan berkembang dalam 800 tahun, sejak kelahirannya. Tak seorang pun di zamannya dapat membayangkan, bahwa suatu hari nanti, akan ditemukan mesin yang akan menggunakan teknologi komputer untuk memecahkan masalah dengan cara yang mirip dengan kecerdasan manusia, atau bahkan melampauinya.”

    Ketika fenomena kecerdasan buatan digunakan sebagai argumen kuat yang mendukung pandangan naturalistik manusia, pandangan St. Thomas dapat menyelamatkan dari kesimpulan yang salah. St. Thomas menawarkan wawasan tentang hakikat roh-jiwa dan kemampuannya ke dalam alam semesta. St. Thomas juga memiliki pandangan tentang keunikan kesadaran spiritual dan pembawaan pribadinya. St Thomas juga mendorong umat Katolik, untuk memikirkan, bahwa apa yang secara teknis layak dilakukan, selalu merupakan hal yang harus diterapkan dalam tindakan.

    “Teknologi terkini tidak selalu membantu kita mencapai tujuan hidup kita yang sebenarnya dan menjadi orang yang baik dan bahagia sebagai manusia yang merupakan gambaran Tuhan dalam jiwa spiritual mereka.”

    Bagaimanapun, Thomas Aquinas dikenal karena kebajikannya, khususnya kemurnian dan karya intelektualnya yang mendalam. Ia dikenang sebagai “Doctor Angelicum” karena tulisan teologisnya yang komprehensif tentang malaikat.

    Pastor Marschler mencatat, dalam chatbot di internet yang menggunakan AI, setiap orang dapat bertanya tentang pemikiran St. Thomas, namun ia mengatakan, bahwa membaca secara langsung karya-karya Thomas, adalah cara terbaik untuk benar-benar mengenal pemikiran Orang Kudus Dominikan ini.

    Hingga di zaman ini, para Ordo Dominikan (Ordo Praedicatorum/OP) terus mengembembangkan warisan Thomistic di berbagai negara, terutama di Prancis dan Italia. Namun. Pastor Marschler juga melihat kebangkitan kembali minat terhadap pemikiran Thomistik, khususnya di negara-negara berbahasa Inggris, menunjukkan relevansi abadi ajaran Aquinas.

    St. Thomas dikanonisasi pada tahun 1323 dan dinobatkan sebagai Pujangga Gereja pada tahun 1567. Pengakuan ini menunjukkan St. Thomas sebagai “guru universal”. St. Thomas secara mendalam membentuk teologi Katolik sejauh pemahaman para teolog kontemporer seperti Yves Congar atau Karl Rahner. Karya-karya dua raksasa teolog modern ini sangat erat mengacu pada pemikiran St Thomas Aquinas. (AES)

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI