34 C
Jakarta
Monday, April 29, 2024

Kardinal Suharyo: “Kekuasaan itu berbahaya kalau tidak dijalankan dengan baik”

BERITA LAIN

More
    Tokoh Lintas Agama seruka Pemilu 2024 damai di Grha Oikoumene, Salemba, Jakarta Pusat, Senin 5 Februari 2024. IST

    JAKARTA, Pena Katolik – Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo menyampaikan pandangan terkait kritik dari kalangan akademisi untuk pemerintahan saat ini. Ia menilai dalam perspektif iman Kristiani.

    “Dalam perspektif iman Kristiani, dalam sejarah itu selalu ada kerajaan. Dan kerajaan itu sama dengan kekuasaan. Dan kita semua tahu kekuasaan itu berbahaya kalau tidak dijalankan dengan baik,” ujarnya kepada wartawan di Grha Oikoumene, Salemba, Jakarta Pusat, Senin 5 Februari 2024

    Kardinal Suharyo bersama Tokoh lintas agama, yang tergabung dalam Forum Peduli Indonesia Damai menyampaikan seruan terkait Pemilu 2024. Forum ini menekankan pemilu yang damai, langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Para tokoh agama menyerukan, Pemilu bermartabat akan melahirkan presiden, wakil presiden, dan wakil rakyat yang terbaik.

    Kardinal Suharyo melanjutkan, ketika ada institusi kerajaan di mana pada waktu itu raja-raja tidak bagus, muncul nabi yang akan menyerukan keadilan.

    “Itulah yang menyerukan kebenaran, keadilan. Saya kira situasinya setiap zaman seperti itu. Jadi kalau para akademisi itu menyerukan seruan moral, itu tanggung jawab mereka,” ujar Kardinal Suharyo.

    Hal ini disampaikan Kardinal Suharyo menanggapi para akademisi yang menyerukan kritik kepada pemerintah. Kritik menurut Kardinal adalah hal yang seharusnya didengar oleh penguasa.

    “(kritik-red) Ditujukan jelas kepada institusi yang memegang kekuasaan. Dinamika seperti itu dalam sejarah selalu ada. Semoga seruan-seruan seperti itu didengarkan. Harapannya itu,” katanya.

    Namun, Romo Kardinal Ignatius khawatir jika kemudian kritik tersebut tidak didengarkan. Ia mengigatkan, kritik yang tidak didengar akan bermuara pada keruntuhan kekuasaan.

    “Nanti kalau tidak didengarkan, dalam sejarah juga jelas. Ketika kekuasaan tidak mendengarkan kritik-kritik, bahayanya adalah tumbang. Itu selalu terjadi seperti itu. Bukan hanya di Indonesia, tetapi di mana pun akan terjadi. Oleh karena itu, kekuasaan dan kritik itu dua hal yang mesti berjalan bersama-sama,” kata dia.

    Beberapa tokoh tergabung dalam forum tersebut di antaranya: Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia K.H. Marsudi Syuhud, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Pdt Gomar Gultom (Ketum PGI), Romo Kardinal Ignatius Suharyo dari Keuskupan Agung Jakarta, Ketua Umum Parasida Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Mayjen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Umum Permabudhi Prof. Philip K. Wijaya, Ketua Umum Matakin Xueshi Budi Tanuwibowo, Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia Engkus Ruswana, dan Pimpinan Spiritual Nusantara Sri Eko Sriyanto Galgendu. (AES)

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI