PONTIANAK, Pena Katolik – Pertobatan yang serius kerap terjadi pada situasi yang genting. yakni pada saat terjadi pertaruhan, antara kehidupan dan kematian. Pastor Pionius Hendi OFMCap menghantarkan renungan penuh inspirasi pada Hari Minggu Biasa III, 21 Januari 2024, dengan menyoroti tema utama pertobatan dan transformasi hidup.
Dalam renungan ini, Pastor Pionius Hendi mengambil contoh dari kisah John Newton, pelaut abad ke-18 yang mengalami pertobatan mendalam setelah hampir tenggelam dalam badai dahsyat. Jhon Newton adalah salah seorang pelaut yang terkenal pada abad ke 18 dan dia terlibat dalam praktik perdagangan orang. dia adalah kapten kapal yang isinya adalah para budak.
“Sebagaimana kita tahu, ketika terjadi perdagangan orang banyak sekali tindakan-tindakan asusila. atau tindakan yang tidak bermoral turut terjadi yang menyertainya. dan John Newton begitu menikmati pekerjaannya ini,” kata Pastor Pionius Hendi OFMCap.
Sampai pada suatu hari (1784) ketika dia sedang berlayar menuju ke Irlandia. Kapalnya dihantam oleh badai yang ganas dan dashyat sehingga kapal itu nyaris tenggelam. Pada momen-momen yang genting dalam hidupnya itu, Jhon Newton berteriak kepada Allah dan memohon pengampunan kepada Tuhan.
Dia sungguh menyadari bahwa tindakan memperjual belikan orang adalah tindakan yang salah, penuh dengan dosa. Dan karena itu dia mohon pengampunan dan dia berjanji, jikalau Tuhan bisa mengantarkan kapalnya sampai ke pantai tujuannya dia akan bertobat dan akan melayani Tuhan.
Tuhan mengabulkan doanya. Dia kemudian sampai di Irlandia disana dia sungguh-sungguh bertobat, dan dia memperbaiki hidupnya bahkan menjadi pelayan Tuhan. Dia juga merupakan salah seorang yang paling vokal melawan praktik perdagangan manusia. Salah satu karyanya yang maha besar yang sampai saat ini bisa kita nikmati, adalah sebuah lagu yang berjudul Amazing Grace.
Titik balik hidup pertobatan
Dalam kisah John Newton, kapten kapal perdagangan budak tersebut merasakan panggilan pertobatan saat kapalnya hampir tenggelam dalam badai ganas. Momen itu menjadi titik balik dalam hidupnya, di mana dia memohon pengampunan kepada Tuhan dan berjanji untuk bertobat jika selamat.
Kisah pertobatan ini membawa John Newton pada transformasi hidup yang luar biasa, dari seorang pelaku perdagangan manusia menjadi pelayan Tuhan yang vokal menentang praktik tersebut.
Menggali kisah pertobatan para murid pertama Tuhan Yesus, Pastor Pionius Hendi menunjukkan bahwa momen pertobatan seringkali terjadi pada situasi-situasi yang tak terduga dan dapat memunculkan keberanian untuk meninggalkan pola hidup lama.
Renungan ini membawa umat untuk merenung tentang momen-momen pertobatan dalam hidup mereka dan betapa pentingnya kesadaran diri terhadap dosa.
Penjala Manusia
Dalam Bacaan injil 20 Januari 2024 (Hari Minggu Biasa III, 21 Januari 2024 ) , Tuhan Yesus juga, mengajak para murid-murid pertamanya Simon dan Andreas, Yakobus dan Yohanes, untuk mengikutinya ketika mereka sedang bekerja menjadi penjala ikan.
Dan Tuhan Yesus berkata ” Mari dan ikutilah Aku, dan kamu akan Ku-jadikan penjala manusia”. Momen pertobatan, bagi para murid ini adalah momen yang tidak mereka sangka-sangka, dan mereka terbuka dan mengikuti Tuhan, meninggalkan pekerjaan dan orang tuanya.
“Jika dilihat dari konteksnya, Danau Galilea atau wilayah daerah Galilea, adalah tempat dimana terjadinya percampuran antara orang Yahudi dan non Yahudi (orang Yunani atau orang Romawi misalnya),” kata Pastor Pio.
Dan disini justru Tuhan memanggil empat murid pertamanya, untuk menjadi penjala manusia, dan mereka setia untuk meninggalkan segalanya dan meninggalkan Tuhan. Jika dilihat apa yang terjadi dengan para murid ini, kemudian dibandingkan dengan kisah pertobatan John Newton, Pastor Pio menggambil satu tali simpul, untuk melihat bahwa pertobatan adalah hal yang terpenting dalam hidup. Ketika seseorang dipanggil oleh Tuhan. Untuk mengubah cara hidupnya yang lama, menuju cara hidup yang baru.
Pertanyaannya bagi kita bagaimana kita bisa menjadi pribadi-pribadi yang bertobat? Sama seperti para murid pertama dan juga John Newton. Karena dalam realitas, pertobatan-pertobatan yang mungkin pernah kita buat sampai saat ini adalah pertobatan yang mungkin kurang serius.
“Kita bertobat, tetapi jatuh lagi. Kejatuhan adalah manusiawi sekali, namun semangat untuk bangkit, untuk memperbaiki hidup, menjadi pribadi yang baru hanya bisa terjadi karena karya Ilahi,” tambah Pastor Pio.
Menurut Pastor Pio, momen pertobatan tidak selalu datang dengan cara yang lembut, seperti Tuhan memanggil para murid yang pertama. momen pertobatan kadang hadir juga melalui cara yang keras.
Bisa saja momen pertobatan itu terjadi ketika kita sedang berhadapan dengan krisis terberat dalam hidup misalnya kecelakaan, penyakit serius, kebangkrutan finansial, kematian ornag terdekat, atau mungkin momen dimana kita juga sedang berharapan dengan saat-saat kematian kita.
Pastor Pionius Hendi mengajak setiap individu untuk menjawab panggilan pertobatan dengan tekad untuk memperbaiki diri dan melayani Tuhan.
“Saat yang krisis seperti inilah yang kerap kali membuat orang bertobat, secara serius dan mendalam. Namun, waktu yang paling tepat untuk bertobat adalah saat ini. Bukan nanti atau hari esok,” tandas Pastor Pio.
Sebagai penutup, Pastor Pionius Hendi mengajak umat untuk tidak menunda-nunda pertobatan, karena setiap waktu adalah waktu yang tepat untuk menjawab panggilan Tuhan. (Samuel-Pena Katolik).