JAKARTA, Pena Katolik – Gereja Katolik merayakan Pesta Salib Suci. Namun, apakah sebenarnya makna di balik pesta ini?
Pesta atau hari raya ini dalam bahasa Yunani disebut Ὕψωσις τοῦ Τιμίου καὶ Ζωοποιοῦ Σταυροῦ, ‘Meninggikan Salib Yang Mulia dan Pemberi Kehidupan’. Sedangkan dalam bahasa Latin: Exaltatio Sanctae Crucis.
Dalam beberapa kalangan Komuni Anglikan, pesta ini disebut Holy Cross Day (Hari Salib Suci), suatu nama yang digunakan juga oleh Lutheran. Perayaan ini terkadang juga disebut Feast of the Glorious Cross (Pesta Salib Yang Mulia).
Menurut legenda yang telah tersebar luas, salib asli yang digunakan untuk menyalibkan Yesus ditemukan pada tahun 326 oleh Santa Helena, ibu dari Kaisar Romawi Konstantinus Agung saat ia berziarah ke Yerusalem.
Gereja Makam Kudus lalu dibangun di lokasi penemuan tersebut, atas perintah St Helena dan Kaisar Konstantinus. Gereja tersebut dipersembahkan untuk temuan suci itu dan diresmikan sembilan tahun kemudian, dengan sebuah potongan dari kayu salib tersebut ditempatkan di dalamnya.
Legenda lain menyebutkan bahwa pada tahun 614, potongan kayu salib tersebut diambil dari Gereja Makam Kudus oleh bangsa Persia, dan hilang sampai akhirnya berhasil direbut kembali oleh Kaisar Bizantium Heraklius pada tahun 628. Awalnya dibawa ke Konstantinopel, tetapi kemudian dikembalikan ke gereja tersebut pada tahun berikutnya.
Tanggal Pesta Salib Suci, 14 September, merupakan tanggal peresmian dan pemberkatan Gereja Makam Kudus pada tahun 335. Pesta ini merupakan perayaan selama dua hari; meskipun konsekrasi yang sesungguhnya atas Gereja Makam Kudus adalah 13 September. Kayu salib tersebut baru dibawa keluar gereja pada 14 September, sehingga kaum klerus maupun umat dapat berdoa di hadapan Salib Sejati, dan semuanya maju ke depan untuk menghormatinya
Salib dalam Liturgi
Dalam kalender liturgi Kekristenan, ada beberapa Pesta Salib Suci yang berbeda, yang mana semuanya memperingati Salib yang digunakan untuk menyalibkan Yesus. Jumat Agung ditujukan untuk mengenang Sengsara dan Penyaliban Kristus, sedangkan Pesta Salib Suci dikhususkan untuk merayakan kayu salib itu sendiri sebagai instrumen keselamatan.
Selain itu, Gereja Asiria merayakan pest aini pada 13 September. Gereja Asiria merayakan penemuan Salib tersebut dan menjadikannya untuk menjadi suatu pesta besar. Berbeda halnya dengan Gereja Ortodoks Rusia yang merayakannya pada tanggal 12 Oktober. Mereka merayakan “Pemindahan Sebuah Potongan Salib Pemberi Kehidupan dari Malta ke Gatchina”.
Suatu potongan kayu salib tersebut, juga ikon Philermos dari Bunda Allah dan tangan kanan St. Yohanes Pembaptis disimpan di Pulau Malta oleh para Ksatria dari Ordo Katolik St. Yohanes dari Yerusalem (Ksatria Hospitaller), yang menguasai pulau tersebut.
Pada tahun 1798, ketika Prancis merebut Pulau Malta, para Ksatria Malta itu berpaling ke Kekaisaran Rusia untuk meminta perlindungan. Demi tujuan ini, mereka memilih Pavel I, Tsar Rusia, sebagai Grand Master dari ordo tersebut. Sang Tsar menerima pemilihannya. Lalu pada 12 Oktober 1799, para ksatria itu pindah ke tempatnya yang baru, yang dibangun oleh Pavel I secara khusus untuk mereka di Gatchina (45 km sebelah selatan Sankt-Peterburg); harta karun kuno dan suci ini lalu diberikan kepada Grand Master mereka yang baru, Tsar Pavel I.
Pada musim gugur tahun 1799, benda suci tersebut dipindahkan ke St. Petersburg dan ditempatkan di Istana Musim Dingin di dalam gereja internal yang dipersembahkan bagi Ikon Juruselamat yang Tak-Terbuat-oleh-Tangan. Pesta untuk merayakan peristiwa ini dimulai sejak tahun 1800.