Minggu, Desember 22, 2024
29.9 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Selasa, 23 Januari 2024, Pekan Biasa I, Hari ke-6 Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristen (Hijau)

Bacaan I – 2Sam. 6:12b-15,17-19

Diberitahukanlah kepada raja Daud, demikian: “TUHAN memberkati seisi rumah Obed-Edom dan segala yang ada padanya oleh karena tabut Allah itu.” Lalu Daud pergi mengangkut tabut Allah itu dari rumah Obed-Edom ke kota Daud dengan sukacita.

Apabila pengangkat-pengangkat tabut TUHAN itu melangkah maju enam langkah, maka ia mengorbankan seekor lembu dan seekor anak lembu gemukan.

Dan Daud menari-nari di hadapan TUHAN dengan sekuat tenaga; ia berbaju efod dari kain lenan. Daud dan seluruh orang Israel mengangkut tabut TUHAN itu dengan diiringi sorak dan bunyi sangkakala.

Tabut TUHAN itu dibawa masuk, lalu diletakkan di tempatnya, di dalam kemah yang dibentangkan Daud untuk itu, kemudian Daud mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan di hadapan TUHAN.

Setelah Daud selesai mempersembahkan korban bakaran dan korban keselamatan, diberkatinyalah bangsa itu demi nama TUHAN semesta alam.

Lalu dibagikannya kepada seluruh bangsa itu, kepada seluruh khalayak ramai Israel, baik laki-laki maupun perempuan, kepada masing-masing seketul roti bundar, sekerat daging, dan sepotong kue kismis. Sesudah itu pergilah seluruh bangsa itu, masing-masing ke rumahnya.

Demikianlah Sabda Tuhan

Syukur Kepada Allah

Mzm. 24:7,8, 9,10

  • Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!
  • “Siapakah itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN, jaya dan perkasa, TUHAN, perkasa dalam peperangan!”
  • Angkatlah kepalamu, hai pintu-pintu gerbang, dan terangkatlah kamu, hai pintu-pintu yang berabad-abad, supaya masuk Raja Kemuliaan!
  • “Siapakah Dia itu Raja Kemuliaan?” “TUHAN semesta alam, Dialah Raja Kemuliaan!” Sela

Bacaan Injil – Mrk. 3:31-35

Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: “Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau.”

Jawab Yesus kepada mereka: “Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?”

Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”

Demikianlah Injil Tuhan

Terpujilah Kristus

Santa Emerensiana, Martir

Emerensiana adalah saudara angkat Santa Agnes. Menurut cerita rakyat, Emerensiana dirajam dengan batu hingga mati ketika ia sedang berdoa di makam Santa Agnes, dua hari setelah wafatnya.

Ketika itu Emerensiana masih menjalani masa katekumenat. Ia seorang katekumen yang rajin mengikuti pelajaran-pelajaran agama dan menata hidupnya menurut ajaran iman Kristen. Meskipun ia masih katekumen, kematiannya telah merupakan suatu permandian baginya, permandian dalam darah. Oleh karena itu cukup beralasan bila jenazah Emerensiana dimakamkan di pekuburan Kristen di Roma sebagai seorang martir. Kisah tentang seluruh hidupnya tidak banyak diketahui.

PERSAUDARAAN SEJATI – PERSAUDARAAN INSANI

Bacaan-bacaan Suci hari ini mengungkapkan suatu makna yang mendalam tentang persaudaraan sejati – oleh Paus Fransiskus juga disebut sebagai “persaudaraan insani” – yang sangat perlu kita jadikan pedoman. Sebab, pengertian yang biasa dianut oleh hampir semua orang, yang disebut “saudara” biasanya adalah mereka yang mempunyai relasi atau pertalian “darah” atau genetik.

TUHAN YESUS ketika diberitahukan kepada-NYA bahwa DIA sedang dicari-cari oleh Maria, ibu-NYA, dan beberapa saudara-NYA, dengan tenang DIA menjawab: “ ‘Siapa ibu-KU dan siapa saudara-saudara-KU?’ IA melihat orang-orang yang duduk di sekeliling-NYA itu dan berkata: ‘Ini ibu-KU dan saudara-saudara-KU! Barangsiapa melakukan Kehendak ALLAH, dialah saudara-KU laki-laki, dialah saudara-KU perempuan, dialah ibu-KU’. “ (Mrk.3: 33-35).

Dengan kata-kata ini YESUS mengungkapkan suatu pemahaman atau konsep yang baru tentang arti “persaudaraan.” Orang Yahudi dan orang-orang pada umumnya menganggap bahwa persaudaraan itu terutama diterapkan pada mereka yang mempunyai pertalian/ hubungan darah secara langsung (relasi antara orangtua-anak, antara kakak-adik) atau tidak langsung (relasi antara paman/bibi dengan keponakan, antara sesama saudara sepupu dll). Pemahaman ini kemudian berkembang lagi dalam pola “kekerabatan” yang diperluas menjadi “satu trah” (yang mempunyai relasi atau garis keturunan baik ke bawah maupun ke samping), “satu daerah asal” , “satu suku” atau “satu garis keturunan tertentu”. Mereka itu yang biasa dikatakan sebagai “saudara”. Tetapi YESUS lebih memperluas dan memperdalam makna tentang persaudaraan itu. Ikatan yang diberikan oleh YESUS, bukanlah ikatan pertalian darah semata, melainkan pertalian iman, yaitu yang sama-sama melakukan Kehendak ALLAH. Dengan demikian persaudaraan menurut TUHAN YESUS itu menembus batas-batas pertalian darah atau keturunan, pertalian suku, agama, paham politik dan lain-lain.


Yang paling penting ikatannya hanya satu, yaitu sama-sama berkehendak baik melakukan kebaikan, kesalehan, keutamaan atau bentuk-bentuk kebajikan lainnya. Inilah dimensi baru yang ditekankan oleh YESUS. Dan pemahaman baru ini pada akhir-akhir ini sangat relevan untuk kondisi di Tanah Air kita yang masyarakatnya sangat plural, dan saat ini cenderung mempertebal sekat-sekat pemisah berdasarkan daerah, suku, agama dan paham tertentu apalagi menjelang Pemilu 2024, hal seperti itu sangat rawan untuk dimunculkan! Inilah jawaban yang tepat bagi situasi saat ini, yaitu persaudaraan sejati dengan dasar sama-sama menjalankan suatu kebajikan yang bermanfaat untuk kepentingan umum/masyarakat. Persaudaraan sejati yang berlandaskan kemanusiaan yang sama; dengan kata lain menurut Paus Fransiskus disebut “persaudaraan insani”. Apakah kita turut aktif juga menyebarkan dan mempraktekkan konsepsi baru tentang persaudaraan insani ini di kalangan masyarakat Kristiani maupun di kalangan masyarakat pada umumnya?

Raja Daud, seperti dikisahkan dalam Bacaan Pertama, juga memandang rakyatnya secara sama yaitu sebagai saudara. Ia memperlakukan mereka dengan cara yang sama. Ia ikut menari-nari dan meloncat-loncat bersama rakyatnya di depan Tabut Perjanjian ketika Tabut itu dipindahkan ke kota Daud. Ia memberkati rakyatnya dalam nama ALLAH dan menikmati perjamuan makan bersama (lihat 2Sam. 6: 12b-15,17-19).

Kondisi kita saat ini kadang masih jauh dari situasi yang Raja Daud dan TUHAN YESUS perlihatkan, bahkan ada kalanya bertentangan. Sebab, dalam masyarakat yang dulu terkenal dengan sifat musyawarah, kekeluargaan dan gotong royongnya saat ini mulai dibangun “tembok-tembok pemisah” berdasarkan kesamaan suku, daerah atau agama. Sehingga yang dikatakan “saudara” lebih dititik-beratkan pada kesamaan darah, kekerabatan, kesamaan pandangan, suku, etnis, agama. Di luar itu dianggap “bukan saudara” atau bahkan “musuh”. Pemahaman yang salah ini bila dibiarkan meluas sangat membahayakan persatuan dan keutuhan bangsa kita.
Apa yang kita lakukan menghadapi situasi seperti itu? Beranikah kita berinisiatif membuka pintu dialog dengan mereka yang selama ini kita anggap jauh atau menjauhkan diri dari kita?

Doa Penutup

Ya Yesus, terangilah aku dengan Roh Kudus, sehingga aku dapat dengan bijaksana mengelola hidupku. Ajarlah aku untuk mampu memilih dan memilah mana yang esensi, dan mana yang asesori. Amin.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini