Sabtu, November 23, 2024
25.6 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Jumat, 19 Januari 2024, Pekan Biasa I, Hari ke-2 Pekan Doa Sedunia untuk Persatuan Umat Kristen (Hijau)

Bacaan I – 1Sam. 24:3-21

Ia sampai ke kandang-kandang domba di tepi jalan. Di sana ada gua dan Saul masuk ke dalamnya untuk membuang hajat, tetapi Daud dan orang-orangnya duduk di bagian belakang gua itu.

Lalu berkatalah orang-orangnya kepada Daud: “Telah tiba hari yang dikatakan TUHAN kepadamu: Sesungguhnya, Aku menyerahkan musuhmu ke dalam tanganmu, maka perbuatlah kepadanya apa yang kaupandang baik.” Maka Daud bangun, lalu memotong punca jubah Saul dengan diam-diam.

Kemudian berdebar-debarlah hati Daud, karena ia telah memotong punca Saul; lalu berkatalah ia kepada orang-orangnya: “Dijauhkan Tuhanlah kiranya dari padaku untuk melakukan hal yang demikian kepada tuanku, kepada orang yang diurapi TUHAN, yakni menjamah dia, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.”

Dan Daud mencegah orang-orangnya dengan perkataan itu; ia tidak mengizinkan mereka bangkit menyerang Saul. Sementara itu Saul telah bangun meninggalkan gua itu hendak melanjutkan perjalanannya.

Kemudian bangunlah Daud, ia keluar dari dalam gua itu dan berseru kepada Saul dari belakang, katanya: “Tuanku raja!” Saul menoleh ke belakang, lalu Daud berlutut dengan mukanya ke tanah dan sujud menyembah.

Lalu berkatalah Daud kepada Saul: “Mengapa engkau mendengarkan perkataan orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya Daud mengikhtiarkan celakamu?

Ketahuilah, pada hari ini matamu sendiri melihat, bahwa TUHAN sekarang menyerahkan engkau ke dalam tanganku dalam gua itu; ada orang yang telah menyuruh aku membunuh engkau, tetapi aku merasa sayang kepadamu karena pikirku: Aku tidak akan menjamah tuanku itu, sebab dialah orang yang diurapi TUHAN.

Lihatlah dahulu, ayahku, lihatlah kiranya punca jubahmu dalam tanganku ini! Sebab dari kenyataan bahwa aku memotong punca jubahmu dengan tidak membunuh engkau, dapatlah kauketahui dan kaulihat, bahwa tanganku bersih dari pada kejahatan dan pengkhianatan, dan bahwa aku tidak berbuat dosa terhadap engkau, walaupun engkau ini mengejar-ngejar aku untuk mencabut nyawaku.

TUHAN kiranya menjadi hakim di antara aku dan engkau, TUHAN kiranya membalaskan aku kepadamu, tetapi tanganku tidak akan memukul engkau;

seperti peribahasa orang tua-tua mengatakan: Dari orang fasik timbul kefasikan. Tetapi tanganku tidak akan memukul engkau.

Terhadap siapakah raja Israel keluar berperang? Siapakah yang kaukejar? Anjing mati! Seekor kutu saja!

Sebab itu TUHAN kiranya menjadi hakim yang memutuskan antara aku dan engkau; Dia kiranya memperhatikannya, memperjuangkan perkaraku dan memberi keadilan kepadaku dengan melepaskan aku dari tanganmu.”

Setelah Daud selesai menyampaikan perkataan itu kepada Saul, berkatalah Saul: “Suaramukah itu, ya anakku Daud?” Sesudah itu dengan suara nyaring menangislah Saul.Katanya kepada Daud: “Engkau lebih benar dari pada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu.

Telah kautunjukkan pada hari ini, betapa engkau telah melakukan yang baik kepadaku: walaupun TUHAN telah menyerahkan aku ke dalam tanganmu, engkau tidak membunuh aku. Apabila seseorang mendapat musuhnya, masakan dilepaskannya dia berjalan dengan selamat? TUHAN kiranya membalaskan kepadamu kebaikan ganti apa yang kaulakukan kepadaku pada hari ini.

Oleh karena itu, sesungguhnya aku tahu, bahwa engkau pasti menjadi raja dan jabatan raja Israel akan tetap kokoh dalam tanganmu. Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku demi TUHAN, bahwa engkau tidak akan melenyapkan keturunanku dan tidak akan menghapuskan namaku dari kaum keluargaku.”

Demikianlah Sabda Tuhan

Syukur Kepada Allah

Mzm. 57:2,3-4,6,11

  • Aku berseru kepada Allah, Yang Mahatinggi, kepada Allah yang menyelesaikannya bagiku. Kiranya Ia mengirim utusan dari sorga dan menyelamatkan aku, mencela orang-orang yang menginjak-injak aku. Sela Kiranya Allah mengirim kasih setia dan kebenaran-Nya.
  • Aku terbaring di tengah-tengah singa yang suka menerkam anak-anak manusia, yang giginya laksana tombak dan panah, dan lidahnya laksana pedang tajam. Mereka memasang jaring terhadap langkah-langkahku, ditundukkannya jiwaku, mereka menggali lobang di depanku, tetapi mereka sendiri jatuh ke dalamnya. Sela
  • Tinggikanlah diri-Mu mengatasi langit, ya Allah! Biarlah kemuliaan-Mu mengatasi seluruh bumi!

Bacaan Injil Mrk. 3:13-19

Kemudian naiklah Yesus ke atas bukit. Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan merekapun datang kepada-Nya. Ia menetapkan dua belas orang untuk menyertai Dia dan untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan.

Kedua belas orang yang ditetapkan-Nya itu ialah: Simon, yang diberi-Nya nama Petrus, Yakobus anak Zebedeus, dan Yohanes saudara Yakobus, yang keduanya diberi-Nya nama Boanerges, yang berarti anak-anak guruh, selanjutnya Andreas, Filipus, Bartolomeus, Matius, Tomas, Yakobus anak Alfeus, Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas Iskariot, yang mengkhianati Dia.

Demikianlah Injil Tuhan

Terpujilah Kristus

Kualitas Iman dan Perutusan Para Murid Kristus

Dalam Injil dikisahkan, banyak sekali orang sakit yang ingin disembuhkan oleh Tuhan Yesus. Mereka datang dari berbagai wilayah, bahkan dari seberang Yordan. (Lih. Mrk 3:7-8). Yesus melihat bahwa kini telah tiba saatnya untuk membangun Umat Israel lama menjadi Umat Allah yang Baru, komunitas para murid Kristus, yang meliputi segala bangsa di dunia. Seperti apa kualitas iman Umat Baru itu, dan apa aktivitas yang mereka lakukan?

Dalam Bacaan Injil hari ini dikisahkan, Tuhan Yesus “naik ke atas bukit” (seperti Musa), untuk mendirikan Umat Baru itu. Ia mulai dengan membentuk lingkaran-dalam di antara para pengikut-Nya.

   “Ia memanggil orang-orang yang dikehendaki-Nya dan mereka pun datang kepada-Nya.” (Ay. 13).

Inisiatif dan kewenangan untuk memanggil berada pada Yesus. Tuhan ”memanggil”, dan para murid pun ”datang”. Interaksi timbal-balik seperti ini melibatkan para murid Kristus. Itulah salah satu kualitas iman Umat Perjanjian Baru. – Namun, sementara Tuhan selalu memanggil, apakah kita cukup peka dan selalu menanggapi ajakan-Nya? Bukankah kita selayaknya bersyukur karena dipanggil untuk menjadi sahabat Yesus? “Ia menetapkan dua belas orang” (ayat 14).

Itulah Duabelas Rasul. Sebagaimana duabelas bapa bangsa pada umat Israel, para Rasul akan menjadi Bapa Bangsa Israel Baru. Mereka ditetapkan Tuhan untuk memegang otoritas resmi sebagai pemimpin Gereja, yang disebut hierarki.  Mereka dipilih “untuk selalu bersama Dia.”

Kita ingat, ketika Petrus menyangkal bahwa ia murid Yesus, seorang hamba Imam Besar berkata, “Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Dia?” (Yoh 18:26) “Bersama dengan Dia” adalah tanda untuk semua murid Yesus. – Apakah setiap hari aku meluangkan waktu untuk hening berdoa, agar aku ”selalu bersama Tuhan”?

Untuk apa para Rasul itu dipanggil? Tujuan utama persekutuan para Rasul dengan Yesus adalah: “untuk diutus-Nya memberitakan Injil dan diberi-Nya kuasa untuk mengusir setan.” (Ay. 14-15).

   Yesus membagikan kuasa-Nya kepada para Rasul: yaitu kuasa untuk memberitakan Injil dan mengusir setan. Kuasa untuk mengajar dan memberi absolusi atas dosa dikhususkan untuk hierarki Gereja. Tetapi setiap orang yang sudah menerima sakramen baptis dan penguatan dipanggil untuk ikut mewartakan Injil dengan berbagai cara, lewat kata-kata dan perbuatan, dalam berbagai macam panggilan hidup.

Dengan mewujudkan Warta Keselamatan dalam kehidupan, kita pun menjauhkan kuasa setan. Kita mengusir setan bukan dengan melakukan “eksorsisme”, melainkan dengan menjauhkan diri serta orang lain dari kuasa roh jahat, yang selalu membujuk manusia untuk melakukan bermacam kejahatan serta menjauh dari Tuhan.

Umat awam tidak bisa memberi absolusi, tetapi semua dipanggil untuk mengampuni kesalahan orang lain, bahkan orang yang memusuhi kita.

   Dalam Bacaan Pertama dikisahkan: ketika sedang mengejar Daud untuk membunuhnya, Saul masuk ke sebuah gua sendirian untuk membuang hajat. Ternyata Daud dan orang-orangnya sedang bersembunyi di gua gelap itu. Allah seakan menyerahkan Saul untuk dihabisi. Teman-teman Daud pun menyarankan demikian. Tetapi Daud menolaknya. Ia tidak mau membunuh orang yang sudah diurapi oleh Allah. Daud menyerahkan nasib Saul pada Allah dan *memaafkan orang yang memusuhinya itu. (Lih. 1Sam 24:2-20).

   Jauh sebelum zaman Mesias, Daud telah melaksanakan ajaran Yesus, “Kasihilah musuhmu.” Maka Daud menjadi model bagi setiap raja Israel. Raja Mesias pun disebut “keturunan Daud”.

Apakah kita, murid Kristus zaman sekarang, sanggup memaafkan orang yang memusuhi kita, dan menyerahkan mereka pada kuasa Tuhan? Kita diutus untuk “mengusir roh jahat:” mengalahkan kejahatan dengan kebaikan.

 Pada bagian akhir dari perikop Injil terdapat daftar nama keduabelas Rasul. Mereka berasal dari aneka latar belakang. Nama mereka hampir semua Yahudi (Aram), tetapi ada juga yang Yunani: Andreas dan Filipus. Ada yang sangat setia seperti bukit karang, Petrus; ada yang akhirnya berkhianat, Yudas Iskariot; ini pun berbeda dengan Yudas Tadeus yang akhirnya mati sebagai martir.

Ada pemungut cukai, antek asing, Matius; tapi ada juga pemberontak anti-asing, yaitu Simon orang Zelot. Ada yang dijuluki Anak Guruh, yang berarti mudah marah atau suka gaduh. Ada pula yang tidak mudah percaya, Tomas. Ada nelayan, ada pula guru, yang ketika sedang mengajar di bawah pohon dilihat oleh Tuhan Yesus; dialah Bartolomeus (Natanael). Ada Yakobus Muda, ada Yakobus Tua. Mereka semua menjadi satu tim seiman seperjuangan.

  Mereka menjadi teladan kita dalam sikap toleran terhadap kebinekaan, nilai kemanusiaan yang didambakan oleh masyarakat kita sekarang.

Doa Penutup Ya Tuhan, teguhkanlah imanku agar tidak setengah hati dalam menjalankan Hukum Kasih yang telah Kautanamkan pada para murid-Mu. Semoga Warta Gembira-Mu semakin terwujud nyata dalam kehidupan, sehingga banyak orang dijauhkan dari kuasa jahat. Amin.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini