Senin, Desember 23, 2024
28.5 C
Jakarta

Kardinal Suharyo dan Para Tokoh Bangsa Berjumpa Wakil Presiden Ma’ruf Amin Membicarakan Situasi Bangsa Menjelang Pemilu

Kardinal Ignatius Suharyo (paling kiri) dan beberapa tokoh bangsa menyambangi Kantor Wakil Presiden di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, 11 Januari 2024. Para tokoh ini menamakan diri sebagai “Gerakan Nurani Bangsa” ini diwakili oleh beberapa tokoh: Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (ketua), Quraish Shihab, Pendeta Gomar Gultom, Karlina Supelli, Makarim Wibisono, Lukman Hakim Saifuddin, dan Alissa Wahid.

JAKARTA, Pena Katolik – Kardinal Ignatius Suharyo dan para tokoh yang tergabung dalam Gerakan Nurani Bangsa bertemu dengan Wakil Presiden Ma’ruf Amin di Kantor Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, 11 Januari 2024. Pertemuan ini membicarakan upaya menjaga keutuhan bangsa. Para tokoh ini intinya menyampaikan bahwa di tengah kondisi apa pun, termasuk pemilu, persatuan bangsa harus tetap dijaga.

Para tokoh yang menamakan diri sebagai “Gerakan Nurani Bangsa” ini diwakili oleh beberapa tokoh: Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (ketua), Quraish Shihab, Pendeta Gomar Gultom, Karlina Supelli, Makarim Wibisono, Lukman Hakim Saifuddin, dan Alissa Wahid.

Para pertemaun ini, Ma’ruf Amin senang dengan kedatangan para tokoh Gerakan Nurani Bangsa. Menurut Wapres, pemerintah yang sedang berkuasa penting untuk selalu diingatkan. Agar pemerintah selalu ingat pada pedoman, visi ke depan, dalam konteks bernegara dan berbangsa.

Juru Bicara Kantor Wakil Presiden, Masduki menyampaikan, Wapres berterima kasih kepada para tokoh Gerakan Nurani Bangsa. Masduki menuturkan, pemerintah penting untuk diingatkan supaya tetap fokus ke depan dan tidak lupa bahwa warisan negara ini.

Pembicaraan dalam pertemuan ini menyangkut isu-isu kebangsaan dan sejumlah hal yang perlu diingatkan bagi para penguasa di negeri ini. Alissa menuturkan, langkah Gerakan Nurani Bangsa berangkat dari keinginan untuk menjaga keutuhan bangsa dan cita-cita bangsa negara Indonesia. Cita-cita ini seturut UUD 1945 mengamanahkan yakni terwujudnya negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

Shinta Nuriyah berharap, nanti sosok yang akan menjadi pemimpin diharapkan bisa membawa kemakmuran, kesejahteraan, dan kebaikan. Untuk itu, ia berharap, sosok yang terpilih ini adalah orang-orang yang amanah, yang bisa menegakkan keadilan dan menebar kebajikan. Shinta Nuriyah mengatakan, yang paling penting adalah sosok pemimpin tersebut sanggup menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia, dari Sabang sampai Merauke.

“Pemimpin yang begini yang harus kita pilih, (Pemimpin) yang artinya tidak hanya memikirkan kelompoknya saja, tidak hanya memikirkan etnisnya saja, tidak memikirkan agamanya saja, tapi semuanya ini adalah bangsa Indonesia. Itu yang harus dijaga keutuhannya. Kita bersaudara dan kita adalah satu; satu nusa, satu bangsa, satu bahasa. Orang yang bisa amanah untuk menjaga keutuhan itulah yang harus kita pilih jadi pemimpin bangsa kita,” ujarnya.

Sementara itu, Kardinal Suharyo menyampaikan bahwa yang paling penting untuk dijaga, dirawat, dan dikembangkan adalah kebersatuan. Ia menunjuk sejarah bangsa, ketika dipecah belah, Indonesia tidak dapat Merdeka, sebaliknya ketika sudah bersatu, kemerdekaan bisa diraih. Ia mengatakan, Sumpah Pemuda menggelorakan seruan satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa, yang mempersatukan bangsa Indonesia.

“(Hal) yang bermacam-macam itu dijadikan satu, dan, 17 tahun kemudian, Proklamasi Kemerdekaan. Menurut saya, itu sangat dahsyat dan sangat simbolik. Ketika kita sungguh-sungguh bersatu, apa pun yang ada di depan kita sebagai tantangan pasti bisa diatasi. Itu satu,” kata Kardinal Suharyo.

Situasi di mana pun itu tidak pernah ideal, Kardinal Suharyo melanjutkan, oleh karenanya, situasi bangsa apapun, persatuan tetap dikedepankan. Kardinal Suharyo mengatakan, kebersamaanharus dirawat, dikembangkan dalam keadaan atau konteks apa pun.

“Ada banyak hal yang tidak baik-baik saja, tetapi tantangannya justru bagi bangsa Indonesia adalah itu. Ketika keadaan tidak baik-baik saja, yang paling pokok dipertahankan, diusahakan, dan dikembangkan adalah persatuan dan kesatuan Indonesia,” katanya.

Transisi Kepemimpinan

Alissa menuturkan, pokok pembicaraan pada kesempatan ini termasuk transisi kepemimpinan pada tahun 2024 ini, menjaga agar seluruh penyelenggara negara ini bisa tetap pada netralitasnya. Wapres Amin menyampaikan rasa senangnya karena para tokoh bangsa masih mau memikirkan dan ikut mengawal perjalanan bangsa.

Selanjutnya, Gerakan Nurani Bangsa berencana mengunjungi mantan presiden, mantan wakil presiden, dan juga terutama penyelenggara negara yang terkait dengan transisi kepemimpinan atau pemilu.  Alissa menuturkan pertemuan dengan Panglima TNI, dan Kapolri, lembaga yudikatif juga akan dilakukan.

“Kami tentu saja juga akan berkunjung ke MK. Itu untuk proses mengawal tadi. Nanti, pada satu titik, kami juga akan sowan kepada Presiden. Sudah ada jadwalnya,” kata Alissa.

Ringkasan Hasil Pertemuan

Pertama, Gerakan Nurani Bangsa mengimbau para pemimpin di cabang kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif untuk menunaikan amanah dan kewajiban dengan memastikan agar transisi kepemimpinan melalui Pemilu 2024 berjalan damai, adil, jujur, dan bermartabat.

Kedua, Gerakan Nurani Bangsa mengimbau setiap warga bangsa memperkuat partisipasi dan solidaritas bersama untuk mengawal dan mengawasi pemimpin yang terpilih. Dan, pemerintahan yang terbentuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, kemakmuran, dan kemaslahatan bersama.

Ketiga, Gerakan Nurani Bangsa kembali menyampaikan kepada Wapres RI tentang Lima Amanat Ciganjur yang disuarakan dalam Peringatan Haul Ke-14 KH Abdurrahman Wahid pada 16 Desember 2023. Di antaranya, Pemilu 2024 harus menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sebagai perwujudan dari nilai ketuhanan sekaligus sebagai sarana membentuk pemerintahan dan pengelolaan negara yang mengutamakan kesejahteraan rakyat, kemakmuran, dan kemaslahatan bersama.

Keempat, Gerakan Nurani Bangsa mengimbau para calon pemimpin yang tengah berjuang meraih kepercayaan publik menjadikan momen transisi kepemimpinan ini sebagai sarana membuktikan dan merayakan nilai-nilai kepemimpinan luhur sebagaimana diteladankan para pendiri bangsa.

Kelima, Gerakan Nurani Bangsa mendorong agar Pemilu 2024 juga menjadi momentum memperkuat solidaritas dan konsensus nasional untuk mendorong penyelesaian kasus-kasus kebangsaan, seperti Papua. Para tokoh bangsa meminta pemerintah dan para pihak yang berkonflik di Papua melanjutkan proses penjajakan damai yang harus difasilitasi penengah terpercaya dan imparsial, termasuk oleh tokoh nasional dan para pemimpin perempuan, agama, dan adat Papua. (AES)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini