Jumat, November 22, 2024
29.4 C
Jakarta

Wartawan Katolik dan Moderasi Beragama

Lukman Hakim Saifudin saat menyampaikan meteri mengenai Moderasi Beragama.

JAKARTA, Pena Katolik – Dunia melihat bangsa Indonesia yang memiliki dua ciri yang melekat, pertama adalah ciri keberagaman, kedua adalah ciri religiusitasnya. Indonesia memiliki keberagaman di hamper semua aspek (suku, agama, budaya, dll). Keberagamaan bangsa Indonesia juga menjadi ciri khas, sehingga nilai-nilai agama menjadi titik pijak.

Lukman Hakim Saifudin menyampaikan hal ini dalam “Orientasi Pelopor Moderasi Beragama” yang diadakan Bimas Katolik, Kementrian Agama RI, di Jakarta, 5-8 Desember 2023. Dalam pemaknaannya, Lukman menyampaikan bahwa keragaman dan kereligiusitasan ini adalah takdir Tuhan.

“Saya memaknainya ini takdir Tuhan. Tuhan menakdirkan, manusia yang tinggal di bumi Nusantara memiliki religiusitas yang kental,” ujar Menteri Agama RI 2014-2019 ini.

Namun, ada kalanya penghayatan agama membawa seseorang atau sekelompok orang pada penghayatan agama yang ekstrim, atau berlebih-lebihan. Untuk itu, lanjut Lukman, moderasi beragama menawarkan satu cara beragama “jalan tengah” yang moderat. Moderasi agama menyatukan pihak-pihak yang ekstrim sehingga dapat tercipta harmoni dalam kehidupan beragama.

“Yang hendak dihindari dari moderasi beragama itu adalah faham dan amalan keagamaan yang berlebih-lebihan atau yang melampaui batas. Lawan dari moderat itu adalah ekstrim, yang ingin dihindari adalah ekstrim dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama,” ujar Lukman.

Sementara itu, Dirjen Bimas Katolik, Suparman Sirait yang hadir pada kesempatan ini menyampaikan bahwa moderasi beragama menjadi sebuah pemikiran baru yang dilahirkan oleh Kementerian Agama. Program ini merupakan bagian dari tujuh program prioritas untuk menjaga, merawat negara kesatuan Indonesia.

Ada sembilan konsep kunci moderasi beragama: Adil, Berimbang, Menjunjung tinggi nilai luhur kemanusiaan, Menjaga kemaslahatan dan ketertiban umum, Menaati kesepakatan Bersama dan taat konstitusi, Komitmen kebangsaan, Toleransi, Anti kekerasan dan penerimaan terhadap tradisi.

“Kesepakatan bersama ini yang kita jadikan sebagai dasar dari kerukunan diantara umat beragama. Mungkin agamanya berbeda, tapi sama-sama bangsa Indonesia,” tambahnya.

Acara ini dibuka Direktur Urusan Agama Katolik Dirjen Bimas Katolik Kementerian RI Aloma Sarumaha dan diikuti wartawan, pimpinan penerbit Katolik seluruh Indonesia, dan kader komsos dari beberapa keuskupan di INdonesia.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini