HONG KONG, Pena Katolik – Uskup Agung Beijing, Mgr. Joseph Li Shan memulai kunjungan lima harinya ke Hong Kong pada 13 November 2023. “Kunjungan timbal balik” Mgr. Li ke wilayah bekas jajahan Inggris tersebut terjadi menyusul undangan dari Uskup Hong Kong, Kardinal Stephen Chow Sau-Yan. Sebelumnya, Kardinal Chow mengunjungi Ibu Kota Tiongkok itu pada bulan April 2023. Kunjungan Mgr. Li ini bisa dibilang sebagai kunjungan balasan untuk mempromosikan “pertukaran”.
Kardinal Chow dan Uskup auksilier Hong Kong, Mgr. Joseph Ha menyambut Li dan delegasinya di keuskupan di kota itu pada 13 November. Selama pertemuan keduanya, Kardinal Chow dan mgr. Li bertukar suvenir untuk menandai kunjungan bersejarah tersebut.
Mgr. Li menyerahkan kepada Chow gambar kaca berwarna Matteo Ricci (1552-1610), seorang Jesuit Italia dan salah satu tokoh pendiri misi Jesuit Tiongkok. Chow menawarkan kepada Li gambar Santo Petrus dan Paulus, yang dilukis pada panel kayu putih untuk menciptakan efek tiga dimensi.
Mgr. Li juga ikut dalam kebaktian malam, doa malam, di kapel kuria keuskupan. Ia dijadwalkan mengunjungi berbagai departemen di keuskupan Hong Kong dan organisasi pendidikannya, serta Seminari Roh Kudus, di Keuskupan Hong Kong. Pada kesempatan ini, Mgr. Li tidak menanggapi pertanyaan wartawan selama kunjungannya ke kuria keuskupan. Sebelumnya, pada 3 November, Keuskupan Hong Kong mengatakan kunjungan Mgr. Li bertujuan “untuk mendorong pertukaran dan interaksi antara kedua keuskupan”.
Dalam kunjungannya ke Bejing, Kardinal Chow menyambut gembira dilakukannya lebih banyak dialog. Langkah ini akan memperkuat hubungan Vatikan-Tiongkok dan meningkatkan hubungan antara pemerintah Tiongkok dan umat Katolik Tiongkok.
Kunjungan Kardinal Chow ke daratan Tiongkok adalah yang pertama yang dilakukan oleh seorang uskup Hong Kong, sejak penyerahan pulau itu oleh Inggris ke Tiongkok pada tahun 1997. Pada tanggal 4 November, setelah Misa pertamanya di Hong Kong setelah Paus Fransiskus mengangkatnya menjadi kardinal, Kardinal Chow menegaskan kembali komitmennya untuk menjadikan Hong Kong sebagai “Gereja jembatan” yang menghubungkan gereja di Tiongkok dan dunia.
Pasca pejanjian Sino-Vatikan ada dinamika naik-turun dalam relasi Vatikan dan Tiongkok. Perjanjian tersebut memungkinkan Tiongkok dan Vatikan untuk mempunyai suara mengenai penunjukan uskup, yang telah menjadi sumber perdebatan sejak Tiongkok memutuskan hubungan diplomatik dengan Vatikan pada tahun 1951. Kesepakatan tahun 2018 membantu pengangkatan beberapa uskup melalui kesepakatan bersama. Hal ini juga membantu Vatikan menyetujui beberapa uskup yang ditunjuk sebelumnya tanpa mandat kepausan.
Para pengamat mengatakan Vatikan berupaya membangun kembali hubungan formal dengan Tiongkok dan menyatukan umat Katolik yang terbagi antara Gereja patriotik yang dikendalikan negara dan gereja bawah tanah yang berjanji setia kepada Paus.