Selasa, Desember 24, 2024
26.3 C
Jakarta

Dua Uskup Mewakili Indonesia dalam Sinode tentang Sinodalitas, Satu Teolog dan Satu Filsuf

Mgr. Adrianus Sunarko OFM dan Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC. Pena Katolik

VATIKAN, Pena Katolik – Paus Fransiskus merayakan Misa pembukaan sinode di Lapangan Santo Petrus, 4 Oktober 2023. Sidang sinode akan berlangsung pada 4-29 Oktober. Paus Fransiskus dalam pidato pembukaan Sinode Sinodalitas pada hari Rabu, 4 Oktober 2023, memberikan panduan kepada para peserta tentang bagaimana pertemuan selama sebulan itu akan dilanjutkan.

Pada sinode ini, Gereja Katolik Indonesia diwakili oleh dua uskup yaitu Ketua Konferensi Waligereja Indonesia, Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC dan Uskup Pangkal Pinang, Mgr. Adrianus Sunarko OFM.

Mgr. Antonius Subianto Bunjamin OSC

Mgr. Anton lahir pada 14 Februari 1968. Ia adalah Ketua KWI sekaligus Uskup Bandung. Ia terpilih melanjutkan kepemimpinan Mgr. Johannes Pujasumarta yang ditunjuk sebagai Uskup Agung Semarang. Ia terpilih menjadi Uskup Bandung pada 3 Juni 2014, dan ditahbiskan menjadi Uskup pada 25 Agustus 2014.

Mgr. Anton mulai menjalani studinya di Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius, Mertoyudan, Magelang, Jawa Tengah pada tahun 1984. Ia lalu bergabung dengan Ordo Salib Suci (OSC) dan kemudian menjalani studi S1 di Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.

Ia diutus melanjutkan studi S2 dilakukannya di Universitas Katolik Leuven, Leuven, Belgia sejak tahun 1996 hingga 1999 dalam bidang filsafat. Dari studi tersebut, ia mendapat gelar Lisensiat dan kembali ke Indonesia untuk mengajar di Universitas Katolik Parahyangan, hingga tahun 2003. Pada tahun 2003, Mgr. Anton mendapat perutusan untuk mendalami ilmu filsafat di Universitas Kepausan Lateran, Roma dan menyelesaikannya desertasinya pada tahun 2007. Sekembalinya ke Indonesia, ia kembali mengajar di Universitas Katolik Parahyangan dengan tugas tambahan sebagai Wakil Provinsial OSC Indonesia untuk periode 2007–2010.

Selama menjadi dosen tetap di Fakultas Filsafat, Mgr. Anton pernah memimpin Pusat Kajian Humaniora Unpar (kini Lembaga Pengembangan Humaniora Unpar).

Saat menjalani sturi doktoral di Universitas Lateran, Mgr Anton menulis desertasi dalam bidang filsafat etika. Di mana ia menulis disertasi berjudul “The Good Self Towards The Ethics of Authenticity In The Perspective of Charles Taylor”. Disertasi ini mendalami etika dalam pemikiran Charles Tylor, filsuf berkebangsaan Kanada yang pemikirannya dipengaruhi Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Ludwig Wittgenstein, Martin Heidegger, dan Maurice Merleau-Ponty. Charles adalah bagian dari tradisi intelektual idealisme Kanada yang berpengaruh yang mencakup John Watson, George Paxton Young, C. B. Macpherson, dan George Grant.

Mgr. Prof. Adrianus Sunarko, O.F.M.

Mgr. Prof. Adrianus Sunarko, OFM lahir 7 Desember 1966. Ia adalah Uskup Pangkal Pinang sejak terpilih pada 28 Juni 2017 menggantikan Mgr. Hilarius Moa Nurak, S.V.D. ia ditahbiskan uskup pada 23 September 2017 oleh Mgr. Aloysius Sudarso, S.C.J, Uskup Agung Palembang.

Mgr. Narko dilahirkan dari keluarga beretnis Jawa yang berasal dari Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ayahnya, Sumedi, merupakan pendiri dan mantan Kepala Sekolah SMA Pangudi Luhur Sedayu. Ibunya, Suminah, sejak kecil membiasakan agar anak-anaknya mengikuti misa setiap hari. Masa kecil Sunarko dijalankan di tempat kelahirannya, Merauke, Papua, sehingga ia kurang fasih berbahasa Jawa. Ia memiliki seorang kakak yang juga menjadi imam, yakni R.D. Laurentius Sutadi, Vikaris Jenderal Keuskupan Ketapang.

Sunarko menjalani pendidikan di Seminari Menengah Santo Petrus Kanisius, Mertoyudan, Magelang, sejak tahun 1982. Setelah menyelesaikan studi di Seminari Mertoyudan, ia diterima sebagai anggota Fransiskan dan menjalani masa novisiat. Sunarko menjalani studi filsafat di STF Driyarkara, Jakarta.

Ia kembali melanjutkan studi teologi di Fakultas Kepausan Teologi Wedabhakti, Universitas Sanata Dharma, setelah menyelesaikan masa Tahun Orientasi Pastoral. Mgr. Narko

Pada 1 November 2018, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi menyatakan Sunarko sebagai guru besar bidang teologi di STF Driyarkara. Ia menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul “Agama di zaman Post-Sekular: Tersingkir atau Mendominasi Politik?” Dalam pidato ilmiahnya, Sunarko yang juga Uskup Pangkal Pinang ini membahas tentang hadirnya agama di ruang publik.

Ia adalah professor ke-11 di STF Driyarkara, sebuah kampus kecil yang terletak di Rawa Sari Jakarta Pusat. Ia adalah uskup ketiga di Indonesia yang juga memperoleh gelar profesor setelah Kardinal Ignatius Suharyo dan Mgr. Hendrikus Pidyarto Gunawan, O. Carm.

Setelah ditahbiskan menjadi Imam Fransiskan, Mgr. Narko melanjutkan belajar teologi hingga memperoleh gelar doktor di Albert Ludwig Universitat Jerman. Ia menulis disertasi berjudul “Die Entwicklung des Offenbarung Verständnisses von Edward Schillebeeckx und dessen Konsequenzen für sein Kirchenverständnis”. Dalam disertasi ini, ia membahas tentang perkambangan pemahaman Edward Schillebeeckx tentang Wahyu. Pastor Edward Schillebeeckx adalah seorang imam Dominikan berkebangsaan Belgia yang dikenal karena perannya sebagai salah satu teolog dalam Konsili Vatikan II.

Selama ini, Mgr. Narko dikenal dan masih menjadi dosen di STF Driyarkara. Sebelum menjadi uskup, ia mengajar mata kuliah Trinitas dan Kristologi. Ini sesuai dengan minatnya di bidang teologi.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini