PALANGKARAYA, Pena Katolik – Uskup Palangkaraya, Aloysius Maryadi Sutrisnaatmaka MSF memimpin Misa perayaan ulang tahun ke-60 Paroki Katedral Santa Maria Palangka Raya, Minggu, 10 September 2023. Pada kesempatan ini, ia bercerita masa-masa awal perkambangan Gereja di Kota Palangkaraya.
Mgr. Sutrisnaatmaka menceritakan, awalnya hanya ada delapan keluarga Katolik di sekitar Kota Palangkaraya. Tak sampai di situ, untuk mengumpulkan keluarga ini pun butuh perjuangan, sebab, mereka tidak dapat ke gereja kalau tidak dijemput. Untuk itu, setiap kali Misa Minggu, harus ada mobil yang bolak balik menjemput sebanyak dua kali untuk menjemput keluarga ini agar dapat mengikuti Misa di gereja.
“Delapan keluarga ini harus dijemput untuk ke gereja dengan dua kloter penjemputan, karena satu kloter hanya bisa membawa empat keluarga,” kenang Mgr. Sutrisnaaatmaka.
Kondisi ini terjadi kurang lebih di tahun 1960-an. Saat itu, medan pastoral masih sulit, namun para imam yang datang dari Banjarmasin bekerja keras agar pelayanan mereka sampai ke Palangkaraya. Hal itu menurutnya juga terjadi ketika pastur pertama kalinya datang ke Palangka Raya melalui Banjarmasin dengan menggunakan kapal barang.
Mgr. Sutrisnaatmaka menceritakan, pada satu kejadian, untuk perayaan Natal pun diperlukan perjuangan ekstra. Imam yang akan melayani di Palangkaraya sudah berangkat pada tanggal 15 Novembe, atau satu setengah bulan sebelum perayaan Natal. Saat itu, alat transportasi yang dapat mencapai Palangkaraya dari Banjarmasin hanya dengan kapal. Sayang, karena kepal ini singgah di banyak tempat, maka mereka baru sampai di Palangkaraya pada 21 Januari.
“Pastur pertama itu berangkat dari Banjarmasin pada tangga 15 November dengan harapan dapat merayakan Natal di Palangka Raya, tetapi karena kapal barang ini berhenti dahulu di setiap daerah yang dilaluinya untuk berjualan atau membeli barang dari kampung kampung yang dilaluinya, Pastur ini baru tiba di Palangka Raya tangga 21 Januari. Jadi Natal sudah lewat, Tahun Baru juga sudah lewat,” kenang Mgr. Sutrisnaatmaka.
Mengenang kisah-kisah perjuangan umat ini, Mgr. Sutrisnaatmaka menyampakkan rasa kagumnya kepada 8 keluarga pertama yang mendirikan Paroki Katedral Palangkaraya ini. Mgr. Sutrisnaatmaka sendiri baru tiba di Palangkaraya di tahun 2001. Ia mengenang, saat merayakan HUT ke-44 Katedral Santa Maria tahun 2003, saat itu umat juga belum terlalu banyak. Ia melihat umat mulai meriah ketika ulang tahun paroki ke-50 tahun 2003.
Sekarang saat umat sudah berkembang, Mgr. Sutrisnaatmaka mengajak untuk mengucap syukur atas perkembangan Gereja dan paroki. Ia mendorong umat untuk semakin menunjukkan sumbangan dan perannya demi kebaikan masyarakat. Dengan cara inilah, umat Katolik mempertanggung jawabkan anugerah yang sudah diterima dari Allah.
“Kita patut bersyukur pada apa saja anugerah-Nya, tapi bukan berarti kita berhenti di perayaan itu. Apakah kita sudah mampu mempertanggungjawabkan anugerah yang diberikan Allah ini dengan melayani Allah dan sesama, itu bentuk introspeksi diri kita,” tutupnya.