Pena Katolik, Pontianak, 19-25 Agustus 2023, Kali pertama Kota Pontianak menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan pertemuan peserta Info JPIC INDONESIA 2023/Inter Franciscans For JPIC.
Kegiatan ini dilaksanakan di Wisma Immaculata Pontianak, Rumah Retret yang dikelola oleh para Suster Kongregasi SFIC. Tema JPIC yang dipilih adalah “Menanggulangi dan Mengatasi Perbudakan Manusia”(Human Trafficking di Era Modernitas).
Pertemuan tersebut dihadiri oleh enam belas Kongregasi, tarekat maupun ordo Fransiskan/Fransiskanes di Indonesia seperti;
OFM, OFMConv, OFMCap, OSF Semarang, SFIC, SMFA, SDP, SFD, SFS, MTB, KFS, FSGM, FCJM, FMM, FCH, KFSL, dan tidak ketinggalan pula hadir juga para saudara dan saudari dari OFS (Ordo Fransiskan Sekular).
Pertemuan ini diawali dengan Rekoleksi sehari yang diberikan langsung oleh Prof. Dr. William Chang, OFMCap, yang juga menjabat sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Pontianak. Beliau juga adalah anggota JPIC Ordo Kapusin Provinsi Pontianak.
Dalam rekoleksi ini Prof. Dr. William Chang OFMCap memusatkan perhatiannya pada tema utama yaitu Manusia sebagai makhluk yang secitra atau serupa dengan gambaran Allah.
Kejadian 1:27
“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka”
Tuhan menyerahkan segala yang diciptakan-Nya untuk dijaga.
“Paus Fransiskus melalui Ensiklik Laudato Si. Ingin kembali menyadarkan manusia akan tugas utamanya sebagai wakil Allah untuk merawat, memelihara dan menciptakan kembali (menyembuhkan) alam ciptaan yang rusak kembali menjadi baik adanya.
Dalam Ensiklik ini, Paus Fransiskus Menyebutkan inti ajaran Katolik adalah tekanan kepedulian terhadap makhluk ciptaan Tuhan dan kaum miskin. Ia mendesak manusia untuk berkolaborasi secara moral untuk merawat lingkungan seperti yang tertulis dalam kitab Kejadian 2:15, bahwa kita memiliki tugas untuk “menjaga” dan “merawat” Ibu Bumi.
Tema ini sengaja dipilih karena seringkali manusia lupa bahwa dirinya adalah gambar dan rupa dari Allah sendiri yang sebagai pencipta.
Dalam materi rekoleksi ini para peserta info JPIC diajak untuk melihat anatomi tubuh manusia, dan menyadari betapa pentingnya manusia bagi ciptaan lainnya.
Namun mengapa manusia sendiri menjadi musuh bagi manusia dan ciptaan lainnya?.
Menjadi refleksi bagi kita semua terutama bagi pihak-pihak yang sudah dengan sengaja merampas hak-hak orang lemah dan memanfaatkan kesempatan untuk mengambil keuntungan sendiri.
Indonesia adalah negara berkembang. Sebagai negara berkembang maka tidak luput dari kemajuan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin menuntut negaranya untuk memberikan akses terhadap segala kemudahan kepada warga negaranya sendiri, baik kemudahan berkomunikasi, kemudahan transaksi, maupun kemudahan transportasi dan sebagainya.
Namun sejalan dengan perkembangan ini, banyak orang atau pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan perkembangan dengan menyalahgunakan atau memanfaatkan situasi atau keadaan tersebut untuk meraup keuntungannya sendiri.
Banyak ruang lingkup kejahatan yang berkembang dimana-mana tidak hanya pada tingkatan domestik saja, namun juga terjadi di lintas batas negara (transnational crime) salah satunya adalah human trafficking.
Sesuai tema JPIC yang dipilih adalah “Menanggulangi dan Mengatasi Perbudakan Manusia”(Human Trafficking di Era Modernitas)
Human trafficking merupakan suatu kejahatan yang sangat keji, yang dilakukan terhadap manusia. Kejahatan ini jelas sekali sudah sangat-sangat melanggar HAM.
Sebagai makhluk hidup yang mempunyai hak untuk menikmati pemberian Tuhan, yang Tuhan berikan secara cuma-cuma untuk semua ciptaan-Nya.
kejahatan ini dilakukan secara individual juga sekelompok orang yang memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu demi mendapatkan keuntungan.
Mayoritas mereka yang menjadi korban dipekerjakan sebagai agen penipuan secara daring (scam online) dan juga agen judi daring.
Mulai dari perekrutan, pengiriman, atau penampungan kepada korban dengan cara ancaman atau kekerasan demi tujuan eksploitasi, pelacuran, seks, penyalahgunaan kekuasaan serta perbudakan yang hanya menguntungkan satu pihak saja.
Para korban human Trafficking kebanyakan dilatarbelakangi oleh karena kesulitan perekonomian keluarga, kalangan menengah ke bawah dalam masyarakat, dan tidak adanya pekerjaan di tempat tinggalnya atau negaranya sendiri atau kecilnya gaji yang didapat dari sebuah pekerjaan, juga budaya sehingga mudah untuk menerima tawaran-tawaran yang belum pasti.
Korban-korban ini terbujuk oleh tawaran pekerjaan melalui sosial media dengan iming-iming gaji tinggi. Akan tetapi, sesampainya di negara tujuan, mereka dipekerjakan secara ilegal.
Ini semua menjadikan korban bahkan orang tua sendiri yang tidak memiliki pemikiran jernih, pendidikan kurang, dapat tergiur.
Perdagangan Manusia atau human Trafficking adalah tindakan kejahatan dengan cara perekrutan, pengangkutan, pemindahan, penyembunyian atau penerimaan orang yang dilakukan dengan paksa, penipuan, dengan tujuan untuk memanfaatkan korban demi mendapatkan keuntungan.
Korban Human Trafficking tidak hanya pada wanita namun juga terjadi pada pria dan anak-anak dari segala usia dan dari semua latar belakang bisa menjadi korban kejahatan ini, yang terjadi di setiap wilayah di dunia.
Para pelaku Human Trafficking sering menggunakan agen tenaga kerja palsu juga janji-janji palsu pendidikan dan kesempatan kerja dengan gaji yang besar dan sebagainya untuk mengelabui dan memaksa korban, agar si korban tertarik dan mau ikut mereka.
Namun kenyataannya berbanding terbalik dengan yang dijanjikan.Korban dipekerjakan dengan paksa, disiksa dan diperjualbelikan, diperlakukan dengan tidak layak sebagai seorang makhluk ciptaan Allah yang diciptakan-Nya secitra, serupa dengan-Nya.
Lantas Dimanakah Hak Asasi Manusia?
Romo Chrisanctus Paschalis Saturnus, seorang imam Diosesan yang biasa disapa Romo Paschal. Beliau adalah Ketua Komisi Keadilan Perdamaian Pastoral Migran-Perantau Keuskupan Pangkalpinang sejak tahun 2013 dan sampai sekarang.
Beliau mengajak peserta INFO JPIC yang hadir untuk tidak berdiam diri terhadap Human Trafficking yang terjadi di berbagai tempat. Melainkan beliau mengajak khususnya bagi Fransiskan-Fransiskanes untuk turun menanggulangi para korban human Trafficking dan tidak berdiam diri dalam tembok biara yang aman.
Mari kita mulai sekali lagi, karena sampai sekarang kita belum berbuat apa-apa. ( Ajakan Bapa Serafik St.Fransiskus Asisi).
Senin, 21 Agustus 2023, Masuk hari ketiga, peserta Info JPIC hari ini masih disuguhkan materi tentang perdagangan manusia.
Namun kali ini didatangkan atau di undang secara khusus Pastor Mikhael Peruhe OFM, yang juga merupakan Pemimpin Tarekan Fransiskan Indonesia.
Sebagai seorang Fransiskan atau pengikut St.Fransiskus beliau mengatakan alangkah pentingnya pembaruan gereja terus menerus dan perlindungan terhadap lingkungan hidup.
Pastor Mikhael juga mengajak para peserta info JPIC untuk mengambil tindakan konkret dalam mengintegrasikan nilai-nilai Fransiskan dengan semangat Keadilan, Perdamaian, dan Integritas Ciptaan (JPIC).
Pandangan Santo Fransiskus
Pastor Mikhael juga mengingatkan kembali kepada Fransiskan-Fransiskanes yang hadir dalam pertemuan Info JPIC tentang warisan spiritual Santo Fransiskus yang menghubungkan Tuhan dengan alam ciptaan dalam segala aspek pandangan hidupnya.
Beliau menegaskan bahwa semangat ini harus hidup dalam diri para Fransiskan/Fransiskanes yang menamai diri pengikut St.Fransiskus untuk memandang semua ciptaan sebagai saudara, menghidupi nilai-nilai kasih dan perhatian terhadap lingkungan.
Paus Fransiskus melalui Ensiklik Laudato Si. Ingin kembali menyadarkan manusia akan tugas utamanya sebagai wakil Allah untuk merawat, memelihara dan menciptakan kembali (menyembuhkan) alam ciptaan yang rusak kembali menjadi baik adanya.
Dalam Ensiklik ini, Paus Fransiskus Menyebutkan inti ajaran Katolik adalah tekanan kepedulian terhadap makhluk ciptaan Tuhan dan kaum miskin.
Ia mendesak manusia untuk berkolaborasi secara moral untuk merawat lingkungan seperti yang tertulis dalam kitab Kejadian 2:15 bahwa kita memiliki tugas untuk “menjaga” dan “merawat” Bumi.
Saat ini bumi kita sedang terluka, dengan berbagai peristiwa akibat ulah manusia yang tidak pernah puas. Kerusakan alam, perdagangan Manusia dan sebagainya.
Mari kita bergerak bersama mensejahterakan seluruh alam ciptaan. Agar kehidupan kembali damai. Bersama kita BISA. Semoga!!! (Suster Pelagia Agnes, SFIC/ PEN@-SAM).