Pena Katolik, Bengkayang – Pada 16 Juli 2023 diukir kembali sejarah baru yakni peresmian dan pemberkatan Gereja Katolik Santo Fransiskus Asisi Stasi Batu Ampar Paroki Mikhael Jagoi Babang Keuskupan Agung Pontianak Desa Sungkung III Kecamatan Siding Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat, diberkati oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus dan diresmikan oleh Bupati Bengkayang, Sebastianus Darwis.
Uskup Agustinus berangkat dari Entikong tanggal 15 Juli 2023 melewati Desa Suruh Tembawang, Dusun Pool dan Dusun Senutul baru tiba ke Batu Ampar Sungkung III tepat pada pukul 13.30 WIB. Kemudian disusul oleh rombongan Bupati di sore harinya.
Warna Berkat perjalanan menuju ke Bantu Ampar
Berangkat pagi dari Entikong ke Batu Ampar, rombongan Uskup Agustinus disuguhkan dengan wadah alam yang terbilang tak mudah. Kami menyusuri pegunungan, menaki dari kampung satu ke kampung yang lain. Sungguhpun katanya lewat Entikong lebih dekat, tetap saja jalan lumpur dan batu tidak terelakkan.
Ada satu warna yang kami lihat dari perjuangan perjalanan kami waktu itu yakni magisnya tenaga ojek (umat Batu Ampar) yang dengan gagah tanpa sedikit keluhan melalui wadah alam itu. Pendakian kami memakan waktu 4 jam perjalanan. Tidak terelakkan juga, Uskup Agustinus juga tergelincir akibat jejak jalan yang tak jelas itu.
Pendakian kami hingga berada dipunjak gunung yang penuh dengan hamparan batu itulah Batu Ampar masuk dalam Desa Sungkung III. Dari sana kami beristirahat hampir 30 menit menghela nafas sambil menikmati angin sayup-sayup yang sedikit demi sedikit menurunkan tensi panas dan keram kaki kami waktu itu (14 Juli 2023).
“Alam yang sulit ini mengajarkan umat disini untuk tangguh dan tak mudah menyerah. Semangat itulah yang saya salut dari umat-umat disini,” ujar Uskup Agustinus sembari memasak daging spesial untuk umat Batu Ampar.
Peresmian dan pemberkatan Gereja Stasi Batu Ampar
Ketua umat, Damianus (46) mengaku memang sudah lama merindukan gereja stasi ini untuk diberkati. Akhirnya penantian mereka-pun dikabulkan oleh Uskup Agustinus. Gereja Stasi Santo Fransiskus Asisi Batu Ampar itu sungguh didirikan diatas batu- sesuai nama kampung mereka yaitu Batu Ampar.
Memang semua perumahan didirikan diatas batu dengan fondasi sedikit tanah gunung dan pasir. Melihat kemegahan alam itu, Uskup Agustinus menyuarakan kisah iman tentang kesetiaan kepada Tuhan. Cerita itu Uskup Agustinus bawa dalam homilinya. Poin yang disampaikan Bapa Uskup yaitu peranan iman akan membuahkan sukacita dan berkat. Oleh karenanya Gereja stasi yang telah diresmikan dan diberkati itu hendaknya berbuah juga untuk pembangunan mental dan semangat rohani untuk umat setempat.
“Saya yakin, dan menyaksikan sendiri bahkan untuk akses perjalanan menuju kampung ini terbilang tidak mudah, karena alam yang sulit ini membentuk ketangguhan mental dan batin begitupun iman. Saya doakan agar gereja ini menjadi berkat untuk umat disini,” kata Uskup Agustinus dalam homilinya.
Sebagai Bupati Bengkayang, Sebastianus Darwis menegaskan bahwa perhatian pemerintah akan tetap memperjuangkan akses menuju semua kampung yang berada di Sungkung.
Dalam sambutan peresmiannya, Darwis menggarisbawahi bahwa peran pemerintah harus selalu bersinergis dan berjalan bersama dengan Gereja, dengan cara itulah iman, dan pembangunan akan bersinergis bersama dalam menyongsong kemajuan baik dari segi pendidikan dan infratruktur.
Menutup sambutannya, Uskup Agustinus meneguhkan umat Batu Ampar untuk tetap mengedepankan hidup rohani hal itu dia tunjukkan dengan sumbangan Patung Bunda Maria yang kemudian akan diletakkan persis dibelakang Gereja sebagai bentuk terima kasihnya kepada Bunda Maria akan pertolongan dan doa sucinya dalam setiap perjalanan iman yang dilaluinya.
Uskup Agustinus menghadiahkan sebuah patung ukuran manusia dan meminta umat yang sebelumnya bergotong royong membangun stasi tanpa tukang. Ukuran Gereja Stasi itu tidak terlalu besar namun sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan rohani mereka di dusun Batu Ampar tersebut.
Ada 92 kepala keluarga dengan 456 jiwa, Gereja Stasi itu dibangun dengan besar 15 x 9 Meter yang dimungkinkan untuk 200 hingga 300 umat. Namun begitu tidaklah masalah untuk umat disana, karena dengan berdirinya gereja stasi untuk ke tiga kalinya ini sesudah rumah balai pertemuan dan kapel kecil, gereja seukuran itu sudah sangat melegakan mereka. Ditambah kehadiran Bupati Bengkayang dan Uskup Agung Pontianak. (Samuel/PEN@).