Senin, Desember 23, 2024
29.1 C
Jakarta

Serasa Hanya Sesaat Namun Penuh Arti

Secuplik Dokumentasi Tulisan ini

Pena Katolik– Panah terik di bulan Juli serta angin yang membuat situasi tidak tenang bila berada di dalam rumah akibat angin yang begitu kencang. Aku melangkahkan kakiku menuju rumah sambil menaiki anak tangga setelah keluar misa pagi. Aku di kagetkan dengan beberapa sosok wanita tua dan dua orang laki-laki yang sudah sangat tua berada dalam rumahku. Rasa ingin tahu semakin memuncak serta rasa penasaran akan kehadiran mereka semua di dalam rumah kami. Tanpa pikir panjang seorang perempuan tua berbadan kurus, rambut air namun sudah uban semua.

“Kami sementara tunggu Romo, nona. Kemarin Legio Maria yang hubungi kami untuk berkumpul di sini, katanya kami semua yang ada di sini mau terima komuni. Karena jujur saja selama ini kami tidak pernah terima komuni, dengan alasan bahwa kami tidak bisa jalan sendiri, kami sendiri merasa kalau sudah tua begini mana mungkin kami berani ke Gereja yang pastinya banyak orang di sana” ungkap Mama Monika Taubnaj salah satu jompo yang akan menerima komuni pada hari ini.

Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya Romo datang juga. Wajah mudanya diperlihatkan kepada barisan jompo yang tengah menunggunya sedari tadi. Sosok muda ini dengan penuh semangat menyapa mereka satu persatu. Tidak lama kemudian, semuanya hening tanda doa sudah mulai yang di pimpin oleh Rm. Fridolinus Talan, Pr selaku pastor paroki St Bernardus Naekake.

Canda gurau menemani mereka setelah menerima komuni dan canda tawa pecah dalam rumah akibat cerita lelucon yang di buat oleh orang-orang tua, sebagai tanda keakraban Romo Fridus Talan sebagai pastor baru ini. Kopi hangat, ubi kayu di temani dengan sambal goreng yang di hidangkan dalam perjamuan bersama siang ini tepatnya di rumah Bapak Maximus Ceunfin.

Aku hanya berdiri mematung sesekali tertawa kecil atas canda yang di buat-buat. Aku terdiam sambil menyaksikan keakraban dan keasyikan yang tengah di alami oleh orang-orang yang berada di dalam rumah ini. Tidak ada sama sekali dari mereka semua, walaupun rambut sudah putih, gigi sudah ompong, jalannya sudah tidak betul, apalagi soal pendengaran yang tidak jelas. Namun, itu tidak menjadi kendala bagi mereka karena mereka sendiri merasa bahagia dan bersemangat bisa terima tubuh Kristus, dan juga bisa berbagi cerita dengan pastor paroki yang memiliki semangat muda.

Semuanya berjalan beriringan mengikuti langkah pastor paroki setelah melewati banyak kisah dan cerita dalam ruang kecil ini. (Desy Ceunfin/Mahasiswa Semester III, STP St Petrus Keuskupan Atambua)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini