Sabtu, Juli 27, 2024
26.1 C
Jakarta

Perayaan Satu Tahun Biara OCSO Di Penggadungan Paroki Tembelina

Doa di Biara OCSO- Dokumentasi Frater Sesko

Pena Katolik- Pada 13 Juli 2022 tahun lalu, Biara OCSO didirikan dan diresmikan di lokasi pedalaman Kalimantan, tepatnya di wilayah Penggadungan, Kecamatan Sungai Melayu, Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat. Dan pada tanggal yang sama di tahun ini, Biara OCSO di Penggadungan genap berusia 1 (satu) tahun. Misa Perayaan Satu Tahun Pemberkatan Biara OCSO tersebut dilaksanakan dengan sederhana di Biara Pertapaan dengan Konselebran RD Zakarias Lintas, Pastor Paroki Santo Carolus Boromeus Tembelina, dua orang Frater Projo (termasuk penulis) dan beberapa orang undangan lainnya. Seperti yang diketahui, Pertapaan Trappist di Penggadungan saat ini dihuni oleh tiga anggota pertapa yaitu Fr. Mario OCSO, Fr. Johan OCSO dan Fr. Plasidus OCSO yang telah melayani umat dalam mencicipi hidup rohani di wilayah Paroki Tembelina Keuskupan Ketapang.

Dalam homili, Romo Lintas bercerita bagaimana beliau bersama umat memikirkan bagaimana membangun sebuah kapel. Lalu mereka datang dan berkata,”Pastor saya punya seng 10 lembar, seng itu beli kepada saya saja.” Kemudian yang seorang lagi datang dan berkata,”Saya punya kayu belian 10 batang, nanti Pastor beli dengan saya saja,” tuturnya. Pemikiran untuk membuat kapel dijadikan kesempatan untuk mencari uang dengan menjual apa yang ada. Untuk membangun sebuah kapel saja orang sudah mau mencari untung. Apalagi disuruh untuk ikut serta aktif dalam membangun jemaat. Seringkali gedung Gereja atau pusat Paroki sering dijadikan tempat untuk mencari untung sejak zaman dahulu hingga sekarang. Bahkan dalam Alkitab dituliskan bahwa di zaman Yesus, di Yerusalem Bait Allah dijadikan tempat berdagang. Hal ini merupakan sebuah tantangan bagi umat Katolik bagaimana membangun umat menjadi Gereja atau membangun umat menjadi Bait Allah seperti Yesus Kristus yang mengatakan bahwa Bait Allah adalah diri-Nya sendiri.

Perayaan Ekaristi ini merayakan 1 (satu) tahun diberkatinya Biara atau kehadiran para biarawan OCSO di Pegadungan dengan mengambil tema Perayaan Pemberkatan Basilika Lateran. Melalui perayaan ini diharapkan di sekitar biara tersebut tubuh Kristus dapat dibangun sebagai umat Allah dan tubuh Kristus. Sebagai perwujudan Kristus Sang Penyelamat yang mampu membawa keselamatan bagi semua orang yang ada di sekitar. Agar lebih mampu menghadirkan keselamatan Tuhan, dimohonkan agar Tuhan juga selalu campur tangan dalam proses pengembangan. Romo Lintas juga berharap dengan kehadiran para Rahib juga menghadirkan Tubuh Kristus, menghadirkan keselamatan, menghadirkan kesejahteraan, menghadirkan Kerajaan Allah yaitu Kerajaan Kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita dalam Roh Kudus.

Ketiga Frater OCSO membagikan cerita selama setahun hidup dan melayani umat di Penggadungan. Fr. Mario OCSO mengatakan bahwa untuk menapaki dunia baru bukanlah sesuatu yang mudah alasannya ialah harus meninggalkan pola hidup “Jawa” kemudian memasuki pola baru yang awalnya tidak masuk akal tetapi harus tetap dijalani. Contoh sepele misalkan cara menanam di kebun, kemudian soal makanan, kebiasaan yang ada di Jawa benar-benar harus ditinggalkan dan hidup dalam dunia baru. Hal inilah yang menjadi semangat untuk bertobat. Tidak ada sesuatu yang kekal di dunia ini, tetapi bertobat dengan sesuatu yang baru bukan berarti meninggalkan cara lama atau suatu tradisi kuat, tetapi bagaimana menyesuaikan diri tanpa kehilangan jati diri. “Saya tetap OCSO tetapi dengan cita rasa Kalimantan”, ungkapnya.

Selanjutnya Fr. Johan OCSO bercerita bahwa meskipun awalnya kesulitan menyesuaikan diri karena situasi yang berbeda dari keadaan di Jawa, seperti cuaca yang cukup membakar pada siang hari sehingga cukup menguras keringat pada saat bertugas di kebun. Soal budaya dan makanan, Fr. Johan tidak terlalu mengalami kesulitan,”Segala yang ada di sini juga ada Jawa juga ada yang mirip-mirip, karena di sini daerah trans sehingga tidak terlalu jauh kebudayaan yang ada di sini,” ungkap Fr. Johan. Karena faktor usia, Fr. Johan sedikit mengalami kesulitan tidur,”Jika ada suara sedikit saja, saya sudah terbangun”. Meskipun usia Fr. Johan sudah tua, tetapi beliau mengungkapkan bahwa tidak mengalami sakit fisik yang berarti. Mengenai bercocok tanam, Fr. Johan mengungkapkan bahwa kadar asam dalam tanah begitu tinggi, sehingga ada beberapa tanaman yang ketika ditanam, keliatannya tumbuh subur, tapi lama kelamaan mati. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Fr. Johan yang bertugas di kebun.

Fr. Plasidus OCSO mengungkapkan kegembiraanya selama berada di Pertapaan Penggadungan. Belajar dari pengalaman saat berada di tiga Komunitas yaitu di Rawaseneng, komunitas Lamanabi, hingga di Penggadungan ini, Fr. Plasidus belajar banyak dalam suka duka dan merefleksikan pengalaman selama berkomunitas di tiga komunitas tersebut. Oleh karena itu, Fr. Plasidus merasa tidak kesulitan karena sangat cepat untuk menyesuaikan diri.

Pertapaan Trappist OCSO di Penggadungan telah memberikan warna baru bagi umat di sekitar. Para pertapa menciptakan suasana rohani di tengah hutan tropis wilayah Penggadungan sehingga menjadi tempat yang nyaman dan aman untuk menimba pengalaman rohani. Selain itu, pertapaan OCSO di Penggadungan juga memiliki peternakan ayam, bebek, serati, angsa, kelinci hingga babi yang diternakkan dengan sangat baik. Selain itu, tersedia juga kebun buah, pohon buah hutan tropis, pohon-pohon kayu belian, dan segala macam tanaman yang dirawat dengan baik oleh para pertapa. Tidak jauh dari komunitas, ada Gua Maria yang didirikan sebagai tempat untuk berdoa bagi umat yang ingin berdoa melalui perantaraan Bunda Maria sehingga jarak yang ditempuh untuk berziarah rohani tidak terlalu jauh, anda bisa datang berkunjung dan berdoa di Biara OCSO Penggadungan. Di rumah komunitas Penggadungan terdapat ruang kapel untuk doa ibadat harian dan misa, ada kamar para pertapa dan juga untuk tamu, dapur yang terbuka dengan alam, suasana yang tenang dan jauh dari keramaian membuat pertapaan OCSO di Penggadungan sangat baik bagi para umat yang ingin mencicipi hidup rohani ala pertapaan trappist OCSO di Pegadungan ini.

Penulis: Fr. Fransesco Agnes Ranubaya
Dokumentasi:

Fr Mario OCSO
Fr. Plasidus OCSO
Fr. Johan OCSO

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini