INTAN JAYA, Pena Katolik – Uskup Jayapura, Mgr. Yanuarius Theofilus Maatopai You mengaku lebih dulu datang ke tanah Migani – Moni pada 22 Juni 2023 untuk melihat dari dekat atas konflik berkepanjangan yang berlangsung sejak pertengahan 2019 hingga kini. Kunjungan Mgr. Yanuarius ini bertepatan dengan tahbisan dua diakon di Paroki St. Fransiskus Xaverius Titigi Intan Jaya, Kamis, 22/6/2023. Mgr. Yanuarius memimpin Misa Tahbisan dua imam Ordo Fransiskan, yakni Pastor Alpius Alpen Mujijau, OFM dan Pastor Domisius Wandi Batoteng Raya, OFM.
Wilayah pastoral Intan Jaya sebenarnya masuk dalam Keuskupan Timika, namun, karena saat ini kepemimpinan di keuskupan ini lowong (sede vacante) maka untuk setiap tahbisan imam atau diakon akan meminta kesediaan uskup dari keuskupan lain. Mgr. You mengatakan, ia diminta Provinsial Ordo Fransiskan Duta Damai Papua dan Administrator Keuskupan Timika untuk memimpin Misa Tahbisan ini. Ia beralasan, kesediaannya datang untuk sekaligus melihat dan berdoa untuk selesainya konflik yang sudah berlarut-larut ini.
“Karena benar-benar saya tahu bahwa Titigi ini adalah tempat konflik, karena itu yang saya bilang saya siap. Dengan maksud supaya, saya mau melihat dari dekat keadaan Intan Jaya seperti apa yang terjadi di sini,” ujar Mgr. Yanuarius.
Dalam kunjungan ini, dan setelah bertemu beberapa pihak, Mgr. Yanuarius melihat adanya kemungkinan untuk menyelesaikan konflik ini. Ia yakin, apabila ada kemauan untuk saling mengasihi, maka damai akan segera dapat tercipta.
“Ternyata setelah melihat dari dekat dengan melibatkan semua pihak bahwa, bisa ada kesepakatan antara kedua belah pihak atau ketiga pihak,” katanya.
Perlu ada kesepakatan antara empat pihak agar konflik di Intan Jaya dapat dihentikan, yakni Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Intan Jaya, Tim Pastoral Dekenat Moni Puncak, TNI Polri, dan pihak TPN-PB OPM. Mgr. Yanuarius menyatakan, hal ini bisa jadi sebuah titik terang. Menurutnya semua bisa mencari solusi, bagaimana menciptakan hidup yang damai di tempat ini.
“Karena itu, tugas yang pertama adalah penjabat Bupati (Intan Jaya) dan DPRD (bagian pemerintah), bekerjasama dengan pihak TNI maupun Polri, harap melakukan perundingan-perundingan itu bisa terjadi untuk supaya masyarakat tetap tinggal di sini. Jangan sampai masyarakat tinggalkan daerah dan tinggalkan gereja lagi seperti waktu lalu,” ujar dia.
Ketika Kabupaten Intan Jaya pisah dari kabupaten Paniai, kini saatnya fokus membangun infrastruktur dan SDM. Mgr. Yanuarius mengusulkan supaya pihak Pemda setempat dan semua pihak terkait mesti bekerja keras untuk melakukan pendekatan-pendekatan. Ia melihat kalau perlu pendekatan ini juga sampai kepada Presiden Republik Indonesia. ia mendukung semua pihak yang bahu membahu mencari cara damai agar masyarakat tetap tinggal dalam kedamaian.
“Jadi bapa-bapa, mama-mama lebih baik tinggal di sini. Ini adalah tempat asal dari leluhur dan orang tua kita. Tinggal itu lebih baik daripada kita pergi mengungsi ke mana-mana. Kalau memang dibunuh, biarlah dibunuh di tanah leluhur kita,” ujarnya tegas.
Mgr. Yanuarius menyampaikan, kesempatan ini menjadi momentum yang disiapkan oleh Tuhan agar masyarakat dan pemerintah kembali ke kampong. Mgr. Yanuarius terus mendorong semua pihak untuk melakukan pendekatan-pendekatan dengan pihak terkait.
“Jadi kita tinggal di sini, kita mulai dengan apa yang ada, pemerintah tetap ada, pastor, pendeta, kepala suku tetap mendampingi umat (masyarakat),” katanya.
Uskup Jayapura itu mengapresiasi khusus kepada Pastor Yance Yogi bersama tim pastoral. Mereka yang selama ini tidak henti-hentinya pasang badan selamatkan umat manusia entah orang asli maupun non Papua.
Pj Bupati Intan Jaya, Apolos Bagau menyampaikan ucapan terimakasih kepada aparat keamanan sehingga bisa menciptakan kondisi kamtibmas yang kondusif. Sehingga memberikan rasa aman bagi masyarakat, terutama dalam kegiatan pesta iman.
Administrator Keuskupan Timika, Pater Marthen Ekowaibii Kuayo mengaku, baku kontak senjata belum bisa berhenti sekarang. Ia meminta kepada Pemda setempat agar membangun sebuah asrama yang besar di Bilogai untuk pendidikan anak-anak di Intan Jaya. Hal itu berkaca ketika dirinya bertugas sebagai Pastor Paroki di Bbilogai, Bilai dan Ilaga tahun 1997 pihaknya membangun asrama putra lalu masukan anak-anak sekitar Sugapa.