PAPUA, Penakatolik – Uskup Jayapura, Mgr. Yanuarius Teofilus Matopai You meminta agar TNI menghentikan operasi militer di Papua. Pernyataan ini disampaikan Mgr. Yanuarius bersama Para Pemimpin Gereja Protestan di Papua, 26 April 2023.
Mgr. Yanuarius mengatakan, tidak menghendaki korban sipil. Ia khawatir operasi militer akan berakibat pada jatuhnya korban sipil seperti yang selama ini sering terjadi.
“Kami tidak ingin ada korban sipil,” ujar Uskup Asli Papua pertama ini.
Mgr. Yanuarius meminta kepada Presiden Jokowi untuk menirik pasukan. Ini dilakukan untuk membangun kondusifitas di Papua.
“Oleh karena itu, kami dengan hormat meminta kepada Presiden Republik Indonesia untuk menarik pasukan dan mengambil langkah-langkah negosiasi dan pendekatan kemanusiaan,” kata Mgr. Yanuarius.
Pernyataan Mgr. Yanuarius ini menandai pertama kalinya Gereja Katolik bergandengan tangan dengan para pemimpin Protestan menentang operasi militer di Papua yang semakin intensif dalam beberapa bulan terakhir.
Pada konferensi pers ini, Mgr. Yanuarius, yang dilantik sebagai uskup Jayapura pada Februari, didampingi oleh Pendeta Dorman Wandikbo, presiden Gereja Injili di Indonesia, Pendeta Socratez Sofyan Yoman, presiden Persekutuan Gereja Baptis Papua Barat, Pendeta Tilas Mom, ketua Kingmi Sinode di Tanah Papua, Pendeta Andrikus Mofu, Ketua Sinode Gereja Kristen Indonesia di Tanah Papua, dan Pendeta Benny Giay, Moderator Dewan Gereja Papua.
Seruan para tokog agama ini sebagai tanggapan atas langkah militer yang terjadi seminggu sebelumnya di mana TNI meningkatkan operasi tempur di wilayah Papua. Tindakan ini menyusul pembunuhan lima tentara oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPN-PB), yang oleh pemerintah Indonesia telah dicap sebagai kelompok kriminal bersenjata atau KKB.
Menurut Mgr. Yanuarius, status siaga tempur untuk menumbuhkan naluri prajurit TNI untuk mengantisipasi serangan, terutama yang bertugas di daerah rawan. Sejauh ini, aparat TNI menggelar operasi teritorial dan komunikasi sosial di daerah-daerah yang memiliki kerawanan tinggi. Karena itu, selama status siaga tempur, prajurit TNI di Papua tetap memakai defensif terhadap kelompok kriminal bersenjata (KKB).
“Kita tidak ofensif, kita tetap defensif, tetapi mereka (prajurit TNI) harus siap karena memang di daerah kerawanan tinggi, sehingga harus siaga tempur,” kata Jenderal Yudo Margono, Panglima TNI.