Pen@ Katolik

Kamis Putih: Perjamuan Terakhir

Meditasi Harian selama Prapaskah – Sto Thomas Aquinas

Sangatlah tepat bahwa sakramen tubuh Tuhan ditetapkan pada Perjamuan Terakhir.

  1. Karena apa yang dikandung dalam sakramen tersebut. Karena apa yang terkandung di dalamnya adalah Kristus sendiri. Ketika Kristus dalam penampakan badaniah-Nya akan meninggalkan murid-murid-Nya, Dia menyerahkan diri-Nya kepada mereka dalam penampakan sakramental, sama seperti ketika kaisar tidak hadir lalu ada gambar kaisar yang ditampilkan. St. Eusebius berkata, “Karena tubuh yang Dia gunakan akan diambil dari pandangan indera mereka, dan akan dibawa ke bintang-bintang, maka perlu pada hari perjamuan terakhir-Nya, dimana Dia harus menguduskan bagi kita sakramen tubuh dan darah-Nya sebagai pembayaran, sehingga apa dipersembahkan sekali melalui sebuah misteri seharusnya disembah tanpa henti.”

Dan oleh karena itu sangatlah tepat bahwa, pada malam Sengsara, sakramen lama tentang Anak Domba Paskah dirayakan, lalu Tuhan kita menetapkan sakramen baru.

Oleh karena itu St. Agustinus berkata, “Juru selamat kita, untuk membawa ke hadapan pikiran kita dengan segenap kuasa-Nya keluhuran dan kedalaman sakramen ini, menghendaki untuk memperbaikinya di dalam hati mereka dan kenangan mereka sebagai tindakan terakhir-Nya, sebelum Dia meninggalkan para murid untuk pergi menuju Sengsara-Nya.”

Mari kita perhatikan bahwa sakramen ini memiliki tiga arti :

  1. Sehubungan dengan masa lalu, itu adalah peringatan akan Sengsara Tuhan, yang merupakan pengorbanan sejati, dan karena ini Sakramen ini disebut kurban.
  2. Sehubungan dengan fakta zaman kita sendiri, yaitu kesatuan gereja dan bahwa melalui sakramen ini umat manusia harus dikumpulkan bersama. Karena itu sakramen ini disebut komuni.

St. Yohanes Damaskus mengatakan sakramen disebut komuni karena melaluinya kita berkomunikasi dengan Kristus, dan ini terjadi karena kita mengambil bagian dalam tubuh-Nya dan dalam keilahian-Nya, dan karena olehnya kita dihubungkan dan bersatu satu sama lain.

  1. Sehubungan dengan masa depan, sakramen meramalkan kenikmatan Allah yang akan menjadi milik kita di rumah Bapa.  Dalam hal ini sakramen disebut viaticum, karena sakramen ini menjadi sarana kita untuk melakukan perjalanan ke tempat tersebut.