Pena Katolik – Bersama dalam BINCANG MOTV “Ngobrolin Artificial Intelligence” bersama Romo Hari Suparwito SJ sebagai narasumber dan Romo Murti SJ sebagai Host dalam podcast MOTV di Channel Youtube SAV- USD (Audio Visual Training and Production Center). Akhir-akhir ini kita dikejutkan dengan kehadiran ChatGPT, teknologi Artificial Intelligence (AI) yang bisa mengerjakan tugas yang selama ini hanya bisa dilakukan oleh manusia.
Kemampuannya untuk mengumpulkan informasi dan menjawab dengan cepat pertanyaan yang diberikan membuat banyak orang kagum. Di masa depan diprediksi banyak pekerjaan akan dikerjakan oleh tenaga AI.
Ada kekhawatiran teknologi Artificial Intelligence akan menggeser eksistensi manusia. Haruskah kita takut dan khawatir dengan kehadiran AI?
Bincang MOTV kali ini akan mengupas tentang Artificial Intelligence (AI) bersama dengan Romo Hari Suparwito SJ, dosen Teknologi Informatika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Menurut Romo Hari SJ, Artificial Intelligence merupakan teknologi yang diciptakan oleh manusia yang keberadaannya bisa dipergunakan untuk kebaikan manusia.
Kehadirannya semestinya menjadi tantangan bagi kita untuk semakin menjadi manusia. Semakin menumbuhkan aspek moral dan etika, empati dan kepedulian. Aspek-aspek yang tidak dimiliki oleh Artificial Intellegence.
Jadilah Manusia seutuhnya
Memasukin pertengahan diskusinya, Romo Hari SJ secara terang-terangan memberikan komentar tentang keberadaan AI maupun apapun teknologi dari dulu sampai sekarang selalu memiliki dua sisi. Apakah teknologi itu menguntukkan atau apakah teknologi itu bisa merugikan.
“Saya selalu punya pikiran begini, kalau saya mau bicara tentang teknologi, itu kedepan misalnya sekarang itu komputer atau manusia? Bukan begitu,” kata Romo Hari SJ.
Dia menegaskan bahwa jika boleh dikatakan kedepan, kalimat Romo Hari SJ akan mengubahnya menjadi kalimat “sekarang itu, atau kedepan itu adalah manusia dan komputer. Jadi artinya, kalau saya memakai ‘dan’ maka itu bukan sebuah ancaman, justru itu bagaimana kita memanfaatkannya,” kata Romo Hari SJ menjawab pertanyaan kekhawatiran tentang AI ke depan.
Menurut Romo Hari SJ, orang-orang yang terancam adalah orang-orang yang tidak mau berubah. Lalu,” lanjut Romo Hari, supaya tidak terancam jadilah manusia”.
“Mengapa saya katakan itu? AI sampai sekarang belum mempunyai emosi. Itulah yang membedakan manusia dan teknologi,” kata Romo Hari SJ sembari senyum lebar menjawab masalah tersebut.
Dia juga menganalogikan secara teknis dalam bidang guru dan dosen, Romo Hari SJ menegaskan untuk tidak menjadi pendidik yang ‘robot’, itu pasti dihantam oleh AI. Menurutnya yang paling penting adalah menjadi guru atau pendidik yang empati, dosen yang bisa mendekati anak-anak “kalau di Sanata Dharma itu ya berarti cerdas humanis,” tambah Romo Murti SJ sebagai Host dengan gelak tawa wawancara.
Romo Hari SJ juga menggarisbawahi keterangannya yang menyangkut pola yang tidak AI miliki, sebagai pembeda dari AI dan manusia. Contoh konkret adalah bekerja dengan pekerjaan-pekerjaan yang berulang kemungkinan besar kedepan akan digantikan AI.
Romo mencontohkan juga misalnya seorang perawat yang bekerja dengan penuh perhatian itulah yang tidak bisa digantikan oleh AI, kemudian akhirnya kata teknologi ‘dan’ manusia itu berjalan bersama di dalam kehidupan bermasyarakat.
Menutup artikel ini, ada yang menarik dari kutipan kata Romo Hari SJ, dalam durasi yang ke 20 s/d 08 detik dan video seterusnya. Dia menggarisbawahi kalau misalnya robot sampai pada titik dimana kemampuan teknologi yang sudah bisa mendeteksi aroma dan perasaan tertentu seperti kita manusia. Sekarang kembali kemanusianya lagi, karena bagaimanapun juga kecerdasan buatan itu manusia yang menanamkannya ke sana.
“Justru mereka dikatakan kecerdasan buatan karena mereka itu meniru kita. Ingat lho jangan kita yang meniru robot. Lalu persoalan akan kembali ke manusianya,” kata Romo Hari SJ.
AI tak akan bisa menggantikan manusia
Melihat obrolan dalam kanal Yotube ini, ada nilai-nilai yang bisa kita petik bersama-sama. Paling tidak garis besarnya bisa kita katakan bersma-sama bahwa keberadaan AI tidak akan bisa menggantikan keberadaan eksistensi manusia sebagai manusia yang utuh.
Oleh karenanya, seturut apa yang ditegaskan oleh Romo Hari SJ, jadilah manusia jangan jadi robot. Sebab robot dalam hal ini AI menjiplak dan mempelajari data-data yang manusia berikan dari hasil kreasi manusia bukan malah sebaliknya manusia yang menjiplak apa yang disuguhkan oleh AI. Semoga!!! (PEN@-Samuel/MOTV).