NIKARAGUA, Pena Katolik – Pemerintah Nikaragua secara langsung menargetkan Gereja Katolik lagi. Setelah pemerintah menutup kedutaan Vatikan, kini mereka menutup juga Caritas Nikaragua, lembaga social Gereja Katolik yang merupakan bagian dari konfederasi Caritas Internationalis yang berpusat di Roma, Italia.
Selama ini, Caritas bekerja membantu masyarakat di Nikaragua yang paling membutuhkan. Mereka bekerja dalam bidang social dan respon kebencanaan di negara itu. Di antaranya, mereka bekerja dengan program-program penguatan dan ketahanan pangan.
Surat kabar resmi pemerintah La Gaceta melaporkan pada 7 Maret (hari yang sama universitas ditutup) bahwa Kementerian Dalam Negeri membatalkan status hukum Caritas Jinotega dan Caritas Nicaragua. Langkah yuridis yang sama yang menyebabkan pengusiran Misionaris Cinta Kasih tahun lalu
“Pada tanggal 31 Januari 2023, melalui UU No. 79 Majelis Luar Biasa Anggota Caritas Nicaragua, mereka menyetujui Pembubaran Sukarela dan likuidasi organisasi tersebut, dengan keputusan bulat para anggotanya. Caritas Nicaragua meminta Direktorat Jenderal Pendaftaran dan Pengendalian Organisasi Nirlaba Kementerian Dalam Negeri, Pembatalan Badan Hukum dengan Pembubaran Sukarela,” demikian pernyataan resmi Kementerian Dalam Negeri.
Sumber-sumber lokal Nikaragua menjelaskan bahwa hambatan yang diberlakukan rezim Ortega terhadap Caritas Nicaragua, seperti penolakan otorisasinya untuk menerima sumbangan dari organisasi lain (termasuk anggur untuk konsekrasi dalam Misa), akhirnya memaksa mereka untuk meminta pembubaran.
Di banyak negara, Caritas menjadi representasi kehadiran Gereja Katolik dalam isu-isu kemanusiaa. Maka, dengan penutupan Caritas di Nikaragua ini, dipahami sebagai tamparan yang tidak ringan kepada Gereja Katolik. Ini hanya menjadi memperjelas perlawanan dan penganiayaan pemerintah Nikaragua kepada Gereja katolik.
Dalam lima tahun terakhir, Gereja Katolik di Nikaragua telah mengalami lebih dari 190 serangan dan penodaan, termasuk kebakaran di Katedral Managua, pengusiran Misionaris Cinta Kasih, pemenjaraan Uskup Rolando Álvarez. Sebulan lalu, pemerintah mengusir dan mencabut kewarganegaraan lebih dari 222 mantan tahanan politik, imam, uskup, dan seminaris termasuk. Pemerintah juga melakukan pelarangan prosesi publik tradisional Jalan Salib di semua paroki di negara itu selama Prapaskah dan Paskah 2023.
Tak hanya itu, pemerintah juga menutup tujuh universitas, dua di antaranya berafiliasi dengan Gereja Katolik yaitu Universitas Katolik Yohanes Paulus II dan Universitas Kristen Otonomi.