Pena Katolik– Tahun ketiga. Iya, ini tahun ketiga penyelenggaraan PhilofestID. Sebagai sebuah Festival Filsafat Jalanan, PhilofestID lahir dari kegelisahan komunitas-komunitas Filsafat yang menyebar di seluruh Indonesia pada tahun 2020. Ketika Pandemi Covid-19 melanda Indonesia saat itu, komunitas-komunitas Filsafat bermunculan di permukaan media sosial. Ini dampak langsung dari terbatasnya perjumpaan secara fisik.
Ada belasan komunitas Filsafat dan pegiat Filsafat yang berkumpul di grup Whatsapp saat itu. Betang Filsafat salah satunya. Pertanyaan yang menyeruak adalah: bagaimana cara mendiseminasikan Filsafat ke banyak orang muda di Indonesia? Romo Joni, SCJ (@romo_koko) melihat internet sebagai media yang sangat tepat dalam mendiseminasikan Filsafat kepada orang muda. Komunitas-komunitas dan para pegiat Filsafat setuju. Martin Suryajaya, Kang Syarif dan rekan-rekan komunitas lainnya sepakat bahwa gebrakan awalnya adalah dengan merayakan Filsafat. Lahirlah PhilofestID!
Seingat saya, ada banyak usulan nama untuk festival ini. Intinya satu: Filsafat harus dirayakan, didiseminasikan dan dinikmati oleh banyak orang muda di Indonesia. Di tahun pertama (2020), komunitas Jakarta yang menjadi Tuan Rumah dan bertanya: Bagaimana Dunia Setelah Pandemi? Di tahun kedua (2021), komunitas-komunitas mulai bertanya tentang Filsafat Indonesia, Filsafat Nusantara. Komunitas Malang yang menjadi Tuan Rumah saat itu. Kedua PhilofestID (2020 dan 2021) dilaksanakan secara 100% online.
Mimpi Orang Muda yang Semakin Kritis
Di tahun 2022, Betang Filsafat (Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo) menjadi Tuan Rumah PhilofestID 2022. Kampus II Universitas Katolik Santo Agustinus Hippo (Jln. Merdeka No. 55 Pontianak) menjadi tempat dimana PhilofestID 2022 dilaksanakan.
Berbeda dengan PhilofestID 2020 dan 2021, PhilofestID kali ini dilaksanakan secara hybrid (offline dan online) dari 10-17 Desember 2022. Secara online, peserta PhilofestID cukup banyak. Ribuan. Namun secara offline? Entah.
Jawaban saya mungkin terdengar pesimis. Bukan itu concern saya. Ketika ditunjuk menjadi ketua Panitia dan Tuan Rumah PhilofestID 2022, di kepala saya muncul banyak pertanyaan. Salah satunya adalah: bagaimana caranya memperkenalkan Filsafat kepada kaum muda di Kalimantan Barat? Betang Filsafat adalah sebuah komunitas Filsafat kecil dan masih baru. Secara nasional, banyak orang menantikan kajian-kajian Filsafat seperti ini. Secara offline? Di Pontianak? Saya belum punya data pastinya terkait ketertarikan kaum muda terhadap Filsafat. Lantas, bagaimana PhilofestID 2022 akan dilaksanakan di Pontianak secara hybrid? Apakah mungkin?
Saya tetap meng-iya-kan permintaan komunitas-komunitas Filsafat tersebut agar Betang Filsafat menjadi Tuan Rumah PhilofestID 2022. Mimpi saya, orang muda Kalimantan Barat bisa menjadi semakin kritis. Memperkenalkan Filsafat kepada orang muda Kalimantan Barat adalah hal yang saya impikan sejak pertama kali mengabdi di sini. Daya kritis kaum muda bisa terbentuk lewat Filsafat.
Peradaban berjalan karena manusia bertanya. Inovasi hadir karena manusia bertanya. Kreativitas terbentuk karena manusia bertanya. Pertanyaan menjadi sangat penting. Daya kritis seharusnya menjadi nadi setiap manusia. Dan hal-hal inilah yang menjadi mimpi PhilofestID: menjadikan orang muda semakin kritis.
Kritis Di Ambang Krisis
Filsafat hidup. Ia lahir dan bertumbuh sejalan dengan peradaban manusia. Kelahiran kesadaran mengandaikan di saat yang bersamaan kelahiran Filsafat. Karena itulah Filsafat kemudian hadir dalam setiap tangis dan derita, tawa dan bahagia manusia.
Dalam perjalanan panjang peradaban manusia, stabilitas dan krisis berjalan seumpama roda. Pada titik tertentu, manusia mengalami stabilitas yang mengarah pada kecemerlangan peradaban. Pada titik lainnya, manusia krisis dan berada di titik nadir kemanusiaan. Di titik lainnya, stabilitas dan krisis berjalan beriringan, seakan-akan ketika manusia mulai merasa stabil di situ krisis mulai siap menerkam.
Pada titik-titik ini, manusia berefleksi. Manusia tidak pernah berhenti memahami dan memaknai hidupnya, Ujung dan refleksi ini adalah penyadaran diri dan perubahan.
Tiga tahun ke belakang, dunia dilanda bencana. Pandemi Covid-19 menghantam kehidupan manusia nyaris tanpa ampun. WHO mencatat ada 16,6 juta orang meninggal akibat Covid-19 di seluruh dunia hingga Mei 2022. Kehidupan berubah total. Ekonomi dunia jatuh. Jarak justru menjadi jalan keselamatan. Media sosial hadir sebagai jembatan untuk komunikasi sekaligus disharmonisasi.
Pada Februari 2022, Perang Rusia-Ukraina meletus. Banyak pihak menyebut perang ini sebagai gerbang menuju Perang Dunia III. Negara-negara adidaya mau terlibat, namun tampak “malu-malu kucing”. Sebagai ekportir utama dunia untuk minyak mentah, seed oil, jagung, gandum hingga gas alam cair (LNG), perang antara kedua negara ini mengakibatkan inflasi parah di banyak negara. Rantai pasok dunia menjadi kacau. Kemiskinan meningkat. Persoalan kemanusiaan mencuat. Religiusitas manusia dipertanyakan.
Dunia di ambang krisis.
PhilofestID 2022 hadir dengan pertanyaan “peradaban dunia akan ke mana?” Di ambang krisis, nalar manusia harus menjadi semakin kritis. Mematikan nalar sama dengan mematikan peradaban manusia. Filsafat mengambil peran penting di sini. Di hadapan krisis, manusia semestinya kritis!
Salam Filsafat!
Oleh: Trio Kurniawan (Ketua Panitia PhilofestID 2022 dan Pendiri Betang Filsafat)