Menyelami Pesan Retnas 2: Dasar Kasih komunitas Dominikan Awam

0
557
Malam dalam Retret Nasional Dominikan Awam Indonesia. Dok. PDAI

Pena Katolik – “Dengan rasa hormat kepada pemimpin Dominikan Awam Indonesia, saya membayangkan betapa hebatnya kalian untuk menjalankan dan mengatur sendiri dalam Persaudaraan Dominikan Awam. Beberapa pemikiran pribadi saya yang penting untuk diperhatikan ikut berpartisipasi aktif dalam merumuskan panduan formasi, secara proaktif menghasilkan resolusi yang terus meningkat, lebih esensial lagi lebih baik lagi kondisi setiap chapter. Pedoman sangat penting bagaimana kita mengatur anggota dalam pertemuan, formasi, studi, doa liturgi dan pelayanan-pelayanan kita bersama.”

Father Don OP mengajak Dominikan Awam untuk membagikan pengalaman-pengalaman yang baik satu sama yang lain, tentang bagaimana mengatur kehidupan komunitas. , menetapkan secara teratur dan mengajak peserta untuk secara rutin mengadakan pertemuan di tingkat regional maupun nasional.

“Tentu saja hal ini mungkin jika kita sungguh-sungguh menginginkannya, percaya kepada Tuhan percaya kepada diri kita sendiri. Penting ada aturan, ada standar untuk bersama karena yang sering diperhatikan masalah chapter yang satu dengan chapter yang lain ini berbeda jadi harus ada kesatuan bersama.”

Ia juga menghimbau agar para anggota khususnya lansia sudah mengucapkan profesi kekal mereka.

“Supaya Santo Petrus tidak lupa nama mereka,” canda Father Don.

Malam kesenian dalam Retret Nasional Dominikan Awam Indonesia. Dok. PDAI

Bina Awal dan Bina Lanjut (on going formation)

Di Indonesia, Father Don menganjurkan untuk menjaga keseimbangan usia demografis diantara semua anggota persaudaraan. PDAI membutuhkan pengalaman-pengalaman dan kebijaksanaan dari para tetua, namun juga membutuhkan ketangkasan dari para orang muda. Ia mengatakan, usia penerimaan menjadi Persaudaraan Dominikan Awam adalah se-dini mungkin.

“Bukan umur 80 tahun dininya, tapi umur 18 tahun. Untuk itu izinkan chapter kita ini diremajakan dengan bergabungnya orang-orang muda sambil dibimbing dengan bijaksana oleh orang tua di antara kita.”

Father Don lalu menjelaskan hubungan Dominikan dengan skapulir. Beato Reginald de Orleans waktu itu sakit lalu mendapat penampakan, dia diberikan skapulir oleh Bunda Maria. Ia diberikan skapulir oleh Dominikus, kemudian dia sembuh dan bergabung dengan Ordo Pewarta.

“Inilah tradisi yang sudah lama kita jalankan sekarang, orang-orang kudus Dominikan pun juga memakai skapulir, inilah identitas kita sebagai Dominikan Awam.”

Janji atau profesi, jelas Father Don, tidak boleh dilanggar. Walau sudah kaul kekal, tetapi tetap harus ikut doa dan pertemuan. Ia menegaskan, untuk tidak mengizinkan siapapun berpartisipasi dalam chapter jika kaulnya sudah kadaluwarsa, karena secara teknis mereka harus memperpanjang kaul terlebih dahulu.

“Karena kita adalah awam yang sudah disucikan, oleh karena itu pembaharuan kaul boleh dilakukan lebih awal tetapi tidak boleh terlambat/kadaluwarsa.”

Perpanjangan masa formasi tegasnya jangan dilihat secara negatif, sebaliknya tingkat kematangan spiritual harus dicapai oleh kandidat sebelum seseorang secara total mengucapkan janji kepada ordo. Membuat komitmen untuk hidup bakti selalu merupakan penegasan dua arah. Satu sisi dari presiden atau dewannya, sisi lain dengan kandidatnya.

“Selama masa berjenjang, ada waktu bagi seseorang untuk memilih lanjut atau tidak, itu akan selalu yang terbaik dan lebih bijaksana untuk menunda daripada melakukan kesalahan besar dengan mengikat seseorang dengan janji dimana dia pasti akan mengalami kegagalan.”

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here