Senin, Desember 23, 2024
31.5 C
Jakarta

Ketergesaan Bunda Maria Teladan Semangat bagi Orang Muda dan Orang Beriman

Oleh : Romo Yudel Neno (Imam Keuskupan Atambua)

Pena Katolik – Sejak 15 Agustus 2022, Paus Fransiskus mengeluarkan sebuah surat berisi pesan-pesan rohani bagi orang muda dalam rangka merayakan Hari Orang Muda se-Dunia ke-37, pada 22 November 2022, mendatang.

Surat yang berjumlah 16 halaman dalam terjemahan edisi bahasa indonesia ini, diulas Paus dengan tema ; Maria Bangkit dan Bergegas, dalam spirit ketergesaan Bunda Maria, yang bangkit dan bergegas mengunjungi serentak membawa kabar gembira bagi Elisabeth, Saudaranya, sebagaimana termaktub dalam Injil Lukas, 1:39.

Dengan semangat Bunda Maria yang tak menunda untuk berangkat, pasca mengandung kabar gembira, Paus Fransiskus meletakkan dasar semangat bagi orang muda, yang sekiranya dapat meneladani semangat Bunda Maria, yang tidak menunda pewartaan kabar gembira.

Menurut Paus Fransiskus, ketergesaan Bunda Maria, merupakan bukti nyata bahwa Allah tak pakai sikap menunda untuk mendatangi kita dengan kabar gembiranya.

Dengan slogan ; Maria Bangkit, Paus menulis seraya mengajak kaum muda, agar tidak diam, dan tidak mementingkan diri sendiri, melainkan harus bergerak keluar se-tergesa-nya, ibarat ketergesaan Bunda Maria, yang menandakan bahwa ia tidak pentingkan diri sendiri, melainkan ia membawa pula kabar gembira itu kepada Elisabeth, Saudaranya, sebagai perwakilan pertemanan dari umat manusia.

Paus menulis bahwa sikap Maria yang tidak mendiamkan kabar gembira Allah, sesungguhnya merupakan gambaran khas bagi Gereja yang berziarah, bahwa panggilan untuk bergerak, bangkit dan membawa kabar gembira, perlu ditempatkan sebagai yang urgen, karena itu, tidak dapat ditunda. Sikap Maria yang segera ini, merupakan sebuah ledakan cahaya, yang membuat seorangpun, tak dapat tinggal diam.

Bapa Suci menyebut Bunda Maria sebagai wanita paskah, yang berani keluar dari kenyamanan dirinya, untuk mendatangi Tuhan, Sang Maha Besar, dan juga Saudaranya, dan terutama bagi yang mereka yang lebih membutuhkan, sebagaimana Elisabeth, Saudaranya.

Paus Fransiskus memberi catatan bahwa terkadang ketergesaan seseorang dipandang tak berguna. Menjawabi situasi seperti ini, Paus Fransiskus mengutip pernyataan Bunda Teresa, yang intinya ialah ketergesaan merupakan suatu sikap yang berkenan di hadapan Allah, sekalipun hanya seperti setitik air laut. Sekalipun beberapa telah mengatakan kepada Bunda Teresa, bahwa sikap ketergesaan yang dilakukannya, malah dilihat sia-sia karena ibarat; hanya setetes air di lautan, namun telah dengan meyakinkan pula, Bunda Teresa menjawab, kalau itu tidak ia lakukan, maka lautan akan kekurangan satu tetes air.

Bapa Suci menyebutkan orang-orang, yang kepada mereka, ketergesaan kita perlu sampai, ialah para lansia, orang sakit, orang yang di penjara, para pengungsi yang sangat membutuhkan tatapan belas kasih. Kepada mereka ini, ketergesaan perlu menjadikan mereka sebagai tujuan utama.

Dengan mempedomani semangat Bunda Maria, Paus meletakkan nilai misioner bahwa ketergesaan Bunda Maria merupakan suatu karunia, yang datang dari Pihak Allah, dan justru itulah yang menjadi alasan, mengapa Bunda Maria cepat bangkit, bergerak untuk mengalirkan dan memancarkan cahaya kasih Allah dalam spirit ledakan yang tak tertahankan. Dalam semangat Bunda Maria ini, Paus menyebut bahwa ketergesaan merupakan suatu karunia Allah, yang membuat kita lebih menempatkan kepentingan sesama dan orang lain, daripada kepentingan kita sendiri

Bapa Suci menyebut dua model ketergesaan. Yang pertama, disebutnya sebagai ketergesaan yang baik. Menurut Paus Fransiskus, ketergesaan yang baik, selalu mendorong kita ke arah yang terbaik, dan kepada orang lain. Yang kedua, Paus menyebut bahwa, ada juga ketergesaan yang tidak baik. Dikatakan tidak baik, karena dilakukan tidak menggunakan hati dan pikiran yang sungguh. Dalam arti ini, Bapa Paus, melihat sikap hidup tanpa komitmen, hidup dangkal, hidup anggap remeh semuanya, hidup tanpa perhatian, hidup tanpa partisipasi yang utuh, merupakan sesuatu yang tidak baik, karena tidak dilakukan dengan hati dan pikiran yang sungguh.

Bapa Suci juga mengajak kita untuk setergesa mungkin, ibarat ketergesaan Bunda Maria, sebagaimana kita mudah tergesa memberi tombol like pada link media sosial.

Dalam spiritualitas ketergesaan Bunda Maria, Bapa Suci mengajak kaum muda, dan juga kita semua, dengan mengatakan; sekarang waktunya untuk bergegas, berangkat menuju perjumpaan yang nyata, menuju penerimaan yang riil, dari mereka yang berbeda dengan kita.

Bapa Suci meminta kaum muda dan kita sekalian, agar tidak memandang tua-muda dan perbedaan generasi sebagai hambatan bagi ketergesaan, melainkan harus seperti Bunda Maria yang muda, dan Elisabeth, sepupunya, yang tua itu, di mana, di antara keduanya, tak ada jarak, melainkan penuh kabar gembira.

Seraya menempatkan relasi kasih antar Maria dan Elisabeth, Bapa Suci mengajak kaum muda, agar benar-benar membaktikan diri dalam sukacita perjumpaan dengan Allah serta saudara-saudari.

Dengan menyebutkan jarak yang telah tercipta karena pandemi, dan cukup dalam waktu yang lama, Bapa Suci menyebut itu sebagai suatu jarak, yang di mana, banyak kali terkesan, pertolongan Allah tak sampai karena jarak. Maka Bapa Suci kembali mengajak kaum muda untuk kembali membangun pelukan sukacita, pelukan persaudaraan, pelukan rekonsiliasi dan perdamaian, sebagai sebuah perutusan persaudaraan yang baru.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini