ROMA, Pena Katolik – Joseph Ratzinger-Benedict XVI Foundation mengumumkan pada 7 Oktober bahwa Pater Michel Fédou SJ dan Joseph H. H. Weiler dinobatkan sebagai peraih Ratzinger Prize 2022. Penyerahan hadiah ini akan dilakukan Paus Fransiskus pada 1 Desember 2022.
Ratzinger Prize diluncurkan pada tahun 2011 untuk menghormati para sarjana yang karyanya menunjukkan kontribusi yang berarti bagi teologi dalam semangat Kardinal Joseph Ratzinger atau Paus Benediktus XVI.
Pater Fédou telah mengajar teologi dogmatis dan patristik di Centre Sèvres, sebuah lembaga Jesuit di Paris, sejak 1987. Dia adalah anggota dari beberapa organisasi dan komisi teologis mengenai dialog ekumenis dengan Lutheran dan Kristen Ortodoks. Penduduk asli Lyon, Prancis berusia 69 tahun ini adalah penulis beberapa karya, terutama tentang patristik dan Kristologi. Ia terkenal karena perannya dalam membela tampilan salib di sekolah umum di hadapan Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa.
Christophobia
Sementara itu, Joseph H. H. Weiler pakar hukum di banyak universitas di AS dan Inggris, termasuk di Harvard dan Universitas New York. Ia lahir di Johannesburg, Afrika Selatan dan kini berusia 71 tahun ia adalah presiden Institut Universitas Eropa Florence dan penulis banyak karya tentang hukum konstitusional dan internasional serta hak asasi manusia.
Dalam bukunya A Christian Europe: An Exploratory Essay ilmuan Yahudi ini menciptakan istilah Christophobia, sebuah fenomena yang telah ditulis oleh penulis biografi kepausan George Weigel secara ekstensif. Pemenang Ratzinger Prize tahun lalu adalah Hanna-Barbara Gerl-Falkovitz dan Ludger Schwienhorst-Schönberger.
Kandidat untuk hadiah dipilih oleh komite ilmiah Yayasan Ratzinger dan dipresentasikan kepada paus, yang menyetujui pemenang. Ratzinger Prize telah diberikan setiap tahun sejak 2011. Setiap tahun, penghargaan ini diberikan untu dua atau tiga ilmuan.
Anggota komisi penjurian untuk penghargaan ini adalah Kardinal Angelo Amato, prefek emeritus Kongregasi untuk Pekerjaan Para Kudus; Kurt Koch, presiden Dewan Kepausan untuk Memajukan Persatuan Kristen; Luis Ladaria, prefek Kongregasi Ajaran Iman; Gianfranco Ravasi, presiden Dewan Kepausan untuk Kebudayaan; Uskup Rudolf Voderholzer dari Regensburg, Bavaria, Jerman. Presiden Institut Paus Benediktus XVI Uskup Agung Salvatore Fisichella menggantikan Kardinal Amato.