Selasa, Desember 24, 2024
27.2 C
Jakarta

Menapak Jalan St Yakobus Bagi Panti Wredha Karitas Cimahi

Kunjungan Uskup Bandung Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC ke Panti Wredha Karitas Cimahi. IST

Bulan Oktober tahun ini, seorang anggota Dominikan Awam Jakarta (St. Martin de Porres) akan melakukan “Camino de Santiago”. “Peziarahan” ini akan didedikasikan untuk oma dan opa di Panti Wredha Karitas Cimahi.

Camino de Santiago adalah sebuah perjalanan rohani menuju Katedral Santiago de Compostela di Santiago de Compostela, bagian barat laut Spanyol. Perjalanan ini akan dimulai dari Oviedo, sebuah kota di bagian utara Spanyol. Ia akan menempuh jarak sejauh 350 km. Perjalanan kedua akan dimulai dari Kota Porto, Portugal. Dari lokasi ini, “camino” akan menempuh jarak 250 km. Dari kedua perjalanan itu, total jarak yang ditempuh adalah 600 Km dengan tujuan akhir Katedral Santiago de Compostela.

Untuk setiap 1 Km, ditargetkan dapat mengumpulkan sumbangan sebesar Rp. 100.000. untuk itu, target akhir dari aksi sosial ini adalah mengumpulkan uang sebesar Rp 60.000.000. sumbangan ini, nantinya akan disalurkan bagi pengelolaan dan pengembangan Panti Werdha Karitas.

Salah satu bagian rute Camino de Santiago di Spanyol. IST

Panti Wredha Belas Kasih

Panti Werdha Karitas, Cimahi berdiri sejak tahun 1980-an. Inisiatif pendirian panti ini merupakan wujud keprihatinan para Suster Ordo Pewarta (Ordo Praedicatorum/OP) terhadap kehidupan para lansia yang kurang diperhatikan. Gayung bersambut, akhirnya para Suster St. Dominikus ini memutuskan untuk mendirikan rumah bagi para lansia di “Kota Kembang” ini.

Setiap orang mendambakan untuk hidup bahagia di masa tuanya, bisa menyaksikan kebahagiaan bersama anak serta bercanda dengan cucu atau cicit. Tetapi tidak semua lansia mengalami masa tua yang ideal. Banyak dari mereka justru mengalami kesepian. Kebahagiaan mereka hilang, saat mereka ditinggal oleh orang-orang yang seharusnya mengasihi mereka. Banyak dari antara mereka yang tidak diurus dan ditelantarkan. Bila kita mengutip kata-kata Bunda Teresa Kolkata, “orang yang paling miskin di dunia adalah orang yang dibuang dan tidak dicintai”.

Pelan Tapi Pasti

Meski perlahan, Panti Werdha Karitas terus berkembang. Di awal berdirinya, panti hanya menerima penghuni lansia perempuan. Namun, setelah lebih dari 20 tahun, panti ini membuka pintu bagi lansia pria. Awalnya, seorang suster tergerak setelah melihat seorang pria tua sedang mencari makanan di tempat sampah. Hati sang suster tergerak untuk menolong, alhasil, dari situlah panti mulai menerima penghuni laki-laki.

Dalam karyanya, Panti Werdha Karitas bertanggung jawab atas kelangsungan hidup para oma dan opa yang tinggal di dalam panti. Saat ini, jumlah mereka ada 34 orang. Para pengurus selalu berusaha merawat para lansia dengan sebaik-baiknya, tidak membeda-bedakan suku dan agama, mereka beragama Katolik, Kristen, Islam, dan Budha.

Sejak awal berdiri, Panti Werdha Karitas mempunya komitmen tidak hanya berhenti pada pelayanan semata bagi lanjut usia miskin dan terlantar. Mereka juga selalu berusaha memberikan perlindungan, perawatan dan pemberdayaan kepada para para Oma dan Opa disini.

Katedral Santiago de Campostela. IST

Kunjungan Cinta Kasih

Awal September ini, Persaudaraan Dominikan Awam (PDAI) Dominikan Awam Jakarta dan Cimahi mengadakan kunjungan ke Panti Werdha Karitas. Kedatangan kami disambut oleh Suster Philomena, OP dan seluruh staf panti. Kala itu waktu menunjukan jam 10.30, kami semua bersiap-siap untuk mengikuti acara ibadat sabda yang dibawakan oleh salah seorang rekan kami dari Jakarta. Sementara beberapa staf membantu para oma dan opa yang menggunakan kursi roda untuk berkumpul di aula. Sementara itu, staf lainnya mempersiapkan makan siang untuk para opa dan oma.

Acara ibadat sabda diikuti oleh para oma dan opa yang beragama Kristen dan Katolik. Tak hanya di situ, ibadat lalu dilanjutkan dengan sharing dari pengalaman yang mereka alami selama ini. Ada seorang oma yang mengungkapkan bahwa tujuan hidupnya sangat sederhana, ingin selalu dekat dengan Tuhan dan temen-temen di panti. Ia selalu berdoa rosario minimal tiga kali sehari.

Kisah lain dari seorang opa yang memiliki 11 saudara kandung. Namun, di masa lalu mereka terlalu sibuk dan kurang memperhatikannya. Ia hidup sendiri sejak kepergian istrinya. Sebenarnya, ia memiliki seorang anak, yang masih berjuang untuk menafkahi hidupnya sendiri. Sampai pada beberapa tahun lalu, Panti Werdha Karitas memutuskan untuk menampung sang opa.

Hal yang mengharukan datang dari seorang opa yang berkebutuhan khusus. Ia dirawat di Panti Werdha Karitas karena tidak ada yang merawat lagi. Sebelumnya, ia memiliki seorang kakak, yang adalah satu-satunya keluarga yang merawatnya. Namun, sang kakak ini suatu hari ditemukan dalam keadaan meninggal sudah beberapa hari di rumah mereka. Sehingga, para Suster Dominikan berinisiatif untuk merawat sang apa.

Ada cerita yang lain seorang oma pedagang asongan. ia mengalami cacat di kakinya karena tertabrak motor dan mengalami patah kaki. Ia sama sekali tidak memiliki keluarga yang dapat merawatnya. Sang oma direkomendasikan oleh pemerintah setempat untuk masuk Panti Werdha Karitas untuk mendapatkan perawatan. Akhirnya, sang oma bisa sembuh dan berjalan kembali, tetapi Tuhan punya rencana lain, sang oma meninggal beberapa hari kemudian dalam damai.

Sumbangan Kasih

Dalam mengelola panti ini tidaklah mudah, karena pihak Panti Werdha Karitas tidak pernah memungut biaya dari para penghuninya. Setiap bulan, mereka hanya mengharapkan kemurahan hati dari para donatur atau sanak keluarga dari para oma dan opa yang berkecukupan dan mau menyumbang. Kebutuhan mereka sendiri juga beragam, bukan hanya makanan tetapi obat-obatan, vitamin, pakaian, popok lansia, dan alat bantu kesehatan.

Disamping untuk pemenuhan kebutuhan para Ooma dan opa setiap harinya, saat ini Panti Werdha Karitas juga membutuhkan ketersediaan tanah yang akan dimanfaatkan untuk lahan pemakaman.  Di lokasi inilah, oma dan opa penghuni panti akan dimakamkan saat mereka meninggal.

Santo Dominikus selalu mengutamakan keselamatan dari jiwa-jiwa. Selaras dengan semangat itu, Dominikan Awam Jakarta mengadakan aksi sosial untuk mengetuk “Pintu Kebaikan” dari saudara-saudara semua untuk bisa membantu para Panti Werdha Karitas. Kita bisa membayangkan bahwa suatu hari nanti kita akan menjadi tua dan tidak berdaya, dan mungkin juga akan mengalami kehidupan yang mereka alami saat ini.

Gerakan kasih yang juga dilakukan dengan menjalankan “Camino de Santiago” menjadikan gerakan penggalangan dana ini pada akhirnya memiliki “nilai lebih”. Gerakan ini kemudian tidak hanya menjadi acara pengumpulan uang, namun menjadi laku “peziarahan” kepada salah satu Rasul Yesus, yaotu St. Yakobus.

Camino de Santiago ini sering dilakukan oleh umat Katolik, non-Katolik, bahkan mereka yang mengaku tidak beragama. Mereka berasal dari seluruh dunia. Para peregrinos ‘peziarah’ ini melakukan perjalanan sebagai pencarian makna kehidupan, menemukan kedamaian batin atau sekedar berpetualang dan menikmati keindahan alam. Titik akhir perjalanan ini adalah di Katedral Santiago de Compostela, makam Santo Yakobus.

Rekan Dominikan Awam yang akan menjalankan Camino de Santiago ini akan memulai perjalanan ini pada awal Oktober 2022. Rencananya, perjalanan menuju Katedral Santiago de Compostela akan selesai dalam 14-17 hari. Kami berharap semoga target aksi sosial ini bisa tercapai sehingga kita bisa membantu sedikit memenuhi kebutuhan opa dan oma di Panti Werdha Karitas.

Setiap sumbangan dari saudara-saudara yang membaca tulisan ini, seberapapun nilainya, akan menjadi sumbangan berharga bagi pengembangan panti. Saudara-saudara juga dapat memberikan dukungan dalam bentuk doa. Kami percaya salah satu bentuk “kebahagiaan” yang bisa kita dapatkan dunia ini adalah dengan “membahagiakan” para oma dan opa yang kurang beruntung, pada Masa tua-nya. (PDAI St. Martin de Porres, Jakarta)

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini