Kamis, Desember 19, 2024
26.4 C
Jakarta

Kepergian Iwan dan Perutusan Kristiani untuk Melawan Kejahatan dan Ketidakadilan

Paulus Iwan Budi Prasetijo. IST

SEMARANG, Pena Katolik – Kepergian Paulus Iwan Budi Prasetijo akan meninggalkan duka, yang tidak akan dilupakan untuk waktu yang lama. Seharusnya, duka ini juga dirasakan oleh orang Katolik di Indonesia. Kepergian Iwan, akan menjadi kesaksian bagi setiap umat beriman di Indonesia, bahwa perwujudan iman Kristen, adalah berani untuk bersaksi atas kebenaran.

Iwan, 51, pegawai Pemerintah Kota Semarang hilang pada 7 Agustus 2022. Kepergiannya terjadi tepat sehari sebelum ia dijadwalkan untuk memberikan kesaksian di badan penyidik ​​kepolisian. Ia akan bersaksi atas dugaan korupsi pengadaan tanah di Badan Pengelola Keuangan dan Aset Kota Semarang, Jawa Tengah, tempat dia bekerja.

Sebuah LSM lokal pertama kali melaporkan kasus korupsi pada bulan April, yang memicu penyelidikan polisi. Tubuh Iwan  yang hangus ditemukan oleh pekerja yang pergi untuk membersihkan semak-semak di pinggiran kota pada 8 September 2022. Tubuhnya dimutilasi, dan kedua tangan dan kaki kanannya ditemukan setelah pencarian polisi di sekitar lokasi. Polisi mengatakan, Iwan telah memberikan keterangan awal terkait kasus korupsi tersebut dan menyatakan bersedia memberikan keterangan lebih lanjut yang dibutuhkan penyidik.

Suara Gereja

Di Keuskupan Agung Semarang, setidaknya beberapa imam telah berani bersuara. Mereka membela salah satu umatnya yang “dihilangkan” karena berani menyuarakan kebenaran. Para imam itu mengutuk dan menuntut penyelidikan yang adil. Iwan, seorang pejabat pemerintah Katolik, “dihilangkan” dalam sebuah pembunuhan mengerikan. Ia merupakan saksi kunci dalam kasus korupsi.

Romo Aloysius Budi Purnomo mengatakan kasus itu harus diselidiki secara tuntas. Terutama, menurut Romo Budi, hal ini karena diduga terkait dengan dirinya sebagai saksi kunci dalam persidangan kasus dugaan korupsi. Romo Budi adalah Ketua Komisi Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Penciptaan, Keuskupan Agung Semarang.

“Kematiannya yang tragis menyedihkan kita semua, mengganggu hati nurani kita, menginjak-injak martabat manusia kita,” katanya.

Romo Budi sempat mengunjungi anggota keluarga Iwan dan memimpin doa setelah jenazah diserahkan kepada keluarga pada 20 September 2022. Romo Budi mendesak para pelaku untuk segera menyerahkan diri.

“Prinsip iman kami bukan balas dendam, tapi menegakkan keadilan dan kebenaran,” katanya.

Romo Herman Yoseph Singgih Sutoro yang memimpin upacara requiem sebelum pemakaman pada 22 September 2022. Ia mengatakan, almarhum telah bersaksi tentang hidup jujur, meskipun ada risiko hidup yang dikorbankan. Ditambahkannya, Iwan memang pantas menyandang gelar “martir” Gereja Katolik saat ini.

“Dia menjadi pahlawan bagi bangsa dan negara, pahlawan bagi kemanusiaan. Dia membela kejujuran dan hak banyak orang,” jelasnya.

Theresia Onee Anggarawati, istri Iwan, mengatakan dia yakin polisi telah berusaha memburu para pelaku dan menyelidiki pembunuhan itu.  Ia mengatakan, meski sulit menerima tragedi ini, dia berharap kasus ini tidak membuat orang lain takut untuk memperjuangkan kebenaran, seperti yang dilakukan suaminya.

“Seharusnya tidak ada Iwan lain di masa depan,” katanya.

Pengawas anti-korupsi melaporkan bahwa korupsi masih menjadi masalah nasional bagi Indonesia. Transparency International yang berbasis di Berlin menempatkan Indonesia pada peringkat ke-96 dari total 180 negara dalam Indeks Persepsi Korupsi global 2021.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini