Tiga Kapusin Muda Pontianak Ditahbis Diakon

0
827
Ritus Penumpangan Tangan pada Tahbisan Diakon di Pontianak, Kalimantan Barat. Samuel/Pena Katolik

PONTIANAK, Pena Katolik, – Bertempat di Gereja Gembala Baik Pontianak, Rabu 21 September 2022 pukul 17.00 Wib tiga Biarawan muda Kapusin Pontianak ditahbiskan menjadi Diakon oleh Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus.

Dalam gereja tampak paduan suara yang mengenakan seragam hitam dengan corak keemasan yang siap mengumandangkan suara dalam perayaan misa tahbisan tiga diakon ditambah suasana sore dengan panorama matahari terbenam ke arah Barat hingga angin sepoi-sepoi apalagi dihadiri lebih dari 50-an imam Keuskupan Agung Pontianak, tentulah menjadi momentum tersendiri untuk ketiga Frater muda Kapusin Pontianak itu. Kini Frater Apollonius Jumbing OFMCap, Frater Imanuel Chandra OFMCap dan Frater Selpinus Ala OFMCap resmi menjadi Diakon Kapusin di Pontianak.

Dalam sambutan pembukaan misa, Uskup Agustinus mengungkapkan syukur karena jajaran imam di Keuskupan akan bertambah dan meminta umat untuk mendoakan tiga diakon yang tertahbisa agar setia dalam panggilannya.

Diaken (bahasa Belanda: diaken) atau Diakon (bahasa Yunani: διάκονος, diakonos; bahasa Latin: diaconus) adalah anggota diakonat, yakni jawatan pelayanan dalam Gereja.  Uskup Agustinus menjelaskan bahwa jenjang diakon adalah jenjang pertama dalam jenjang imamat dalam menjadi pelayan di Gereja Katolik Roma.

Tahbisan ke tiga Diakon Kapusin Pontianak itu, bertempat dengan hari raya Santo Matius yang merupakan pengarang Injil. Dalam homilinya Uskup Agustinus menjelaskan bahwa Santo Matius dahulu adalah pribadi yang berdosa namun mau dipakai Allah.

Melihat orang buruk dan jahat seakan-akan tidak ada harapan lagi persis polemik semacam itu masih terjadi sampai saat ini. Uskup Agustinus menjelaskan bahwa teladan Matius menjadi contoh konkret bahwa Allah memanggil setiap orang yang hendak dipanggil-Nya.

“Jika Tuhan memanggil saya artinya saya adalah orang istimewa dan kita mesti bangga jika kita dipanggil oleh Allah,” kata Uskup Agustinus.

Panggilan adalah istimewa

Pemerenungan yang dibawakan oleh Uskup Agustinus menggarisbawahi bahwa tugas Diakon adalah jenjang pertama dalam masuk jajaran imamat. Untuk itu seseorang harus menyadari bahwa dirinya istimewa. Berapa ribu orang muda, tetapi berapa banyak orang dipilih-Nya.

Tugasnya meliputi tetang, sabda (membaca Injil dan berkotbah), altar (membantu imam di altar) dan Kurban (bersaksi dan berkorban). Dengan tegas Uskup Agustinus mengatakan bahwa untuk menjadi imam bukanlah sesuatu yang mudah di zaman sekarang, namun bagaimanapun hendaklah penghayatan rendah hati, lemah lembut dan sabar selalu dikedepankan sehingga cermin dari pelayan imam sungguh-sungguh bersandar pada teladan kasih Kristus itu sendiri.

“Tantangan tetap ada, oleh karena itu semangat kasih harus menjadi keutamaan dalam pelayanan. Penghayatan imamat harus dicari, dan beberapa kata kunci untuk tetap fokus pada tujuan untuk menjadi imam,” ungkap Uskup Agustinus.

Uskup Agustinus juga mengisahkan bahwa Matius di zaman nya juga ditolak dimana-mana tetapi Yesus memanggilnya untuk menjadi pelayan Nya. Untuk itu Uskup Agustinus menengaskan bahwa persaudaraan dalam biara sangat penting, baginya mereka yang menjadi imam hal pertama sudah meninggalkan keluarga, untuk itu hidup dalam satu persaudaraan dalam biara adalah hal yang utama.

“Ingat tiga Diakon, yang memanggil kalian bukanlah manusia, tetapi Tuhan yang memanggil. Untuk itu jika ada masalah janganlah langsung berpaling, tetapi harus ingat kembali keutamaan motto yang menjadi penguat dalam panggilan. Tuhan bisa menggunakan manusia sebagai alatnya, ” Uskup Agustinus.

Semangat kemiskinan

Sebagai Minister Propinsial Kapusin Pontianak, Pastor Faustus Bagara OFMCap berharap hendaklah  tahbisan Diakon ini menjadi rahmat dan cinta kasih Allah senantiasa memberkati semua umat. Tahbisan Diakon adalah tahapan dalam jajaran pelayan suci yaitu imamat yang suci dan tertahbis menjadi pelayanannya. Pelayan sabda, dan amal kasih. Tahbisan adalah bukanlah sebuah capaian tetapi adalah pemberian dari Allah.

“Maka dari itu menjadi pelayan imam bukanlah menjadi suka-suka karena sudah menjadi imam. Kasihan Bapa Uskup,” kata Pastor Bagara.

Menurutnya, Imam adalah teladan bagi kawanan (umat), untuk itu tidaklah mudah menjadi seorang pelayan imam, mereka berkorban bagi kepentingan banyak orang. Sama halnya orang tua juga tidak mudah melepaskan anak-anaknya menjadi pelayan umat.

“Dalam semangat kemiskinan kita menjadi kaya, tetapi janganlah karena kekayaan kita menjadi miskin, ” pungkas Pastor Bagara OFMCap.

Orang pilihan

Kesempatan sambutan itu juga, Uskup Agustinus mengingatkan bahwa menjadi imam artinya orang istimewa. Dia juga menggarisbawahi untuk tidak ragu-ragu dalam melayani.

“Kedua, dunia ini tidak pernah habis nya masalah, hadapilah dengan sukacita. Ketiga, saya mendoakan kalian dan banggalah menjadi imam capailah cita-cita menjadi imam yang baik,” pesan Uskup Agustinus kepada tiga Diakon baru.

Menutup sambutannya Uskup Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus mengajak seluruh umat untuk menyebarkan kabar sukacita dan mewartakan kabar gembira untuk orang banyak. Sebagaimana Yesus datang membawa sukacita dan bukan datang untuk menghakimi manusia.

Semangat Kristus harus menjadi pembawa damai, artinya berusaha untuk melihat kebaikan dari setiap orang.  Dalam sambutannya juga, Uskup Agustinus menegaskan dimana keberadaan dunia sekarang tetap masih membutuhkan kaum berjubah ditengah masyarakat.

Baginya sederhana bahwa hal yang bisa dilakukan umat adalah mendukung imam itu untuk melakukan pelayanan nya.

“Berusahalah untuk hidup bersaudara dalam komunitas, rendah hati, mau saling mendukung, dan saling menghargai, saya sedih kalau hal kecil dibesar-besarkan, jika Pastor berhasil maka pujilah mereka. Jika mereka salah doakanlah mereka,” kata Uskup Agustinus.

Samuel/Pena Katolik

Tinggalkan Pesan

Please enter your comment!
Please enter your name here