Mgr. Valentinus Saeng CP dipilih Paus Fransiskus untuk menjadi Uskup Sanggau yang baru. Ia akan menggantikan Mgr. Giulio Mencuccini CP yang mengundurkan diri karena telah berusia 75 tahun. Kedua uskup ini adalah imam Kongregasi Pasionis (Congregatio Passionis Iesu Christi/CP). Kongregasi Pasionis memiliki beragam karya di Indonesia. Di Keuskupan Sanggau, Kongregasi Pasionis memiliki paling banyak karya disbanding keuskupan lain. Lalu bagaimana sejarah dan awal mula kehadiran kongregasi ini di Indonesia?
Awal kehadiran Kongregasi Pasionis di Indonesia diawali dengan datangnya Misionaris Pasionis pertama yang berasal dari Belanda yaitu Pastor Bernardinus Knippenberg CP, Pastor Canisius Pijnappels CP, dan Pastor Plechelmus Dullaert CP. Mereka adalah misionaris dari Provinsi Materi Sanctae Spei Belanda. Selain dari Belanda, ada juga Misionaris Pasionis yang berasal dari Italia yang pertama tiba di Indonesia yaitu Pastor Marcello Di Pietro CP dan Pastor Cornelio Serafini, CP. Keduanya berasal Provinsi Pieta Italia.
Para misionaris dari Belanda mulai mewartakan Injil di Ketapang sejak bulan Juli 1946. Pada tahun 1954 misi Ketapang dinaikkan statusnya menjadi Prefektur Apostolik dengan perluasan wilayah ke daerah Sekadau dan Meliau (sekarang Keuskupan Sanggau). Tahun 1968, wilayah tersebut diserahkan kepada misionaris Italia yang tiba di Indonesia pada tahun 1961. Untuk itu hingga tahun ini, Kongregasi Pasionis sudah selama 76 tahun berkarya di Indonesia.
2100 Biarawan
Kongregasi Pasionis didirikan oleh Santo Paulus dari Salib dengan kharisma khusus Sengsara Yesus Kristus. Mereka yang tergabung dalam tarekat ini memiliki inisial CP di akhir nama mereka. Lambang kongregasi ini berbentuk seperti Hati Kudus Yesus, yang biasanya dibordir pada jubah mereka. Sekarang simbol ini lebih banyak digunakan dalam bentuk bros.
St. Paulus dari Salib menulis regula kongregasi pada bulan Desember 1720; dan pada tahun 1725, Paus Benediktus XIV mengizinkan pendirian tarekat ini. Paulus dan saudaranya, Yohanes Baptista, ditahbiskan oleh Paus pada saat yang sama. Nama kanonik kongregasi ini adalah Kongregasi Para Biarawan Tak Bersepatu dari Salib dan Sengsara Tersuci Tuhan Kita Yesus Kristus.
Tahun 1769, Paus Klemens XIV memberikan hak penuh kepada para Pasionis sebagaimana yang diterima oleh tarekat religius lainnya, bukan dalam bentuk ordo tetapi sebagai sebuah kongregasi. Kongregasi ini didirikan dengan dua tujuan khusus: karya misi dan hidup kontemplatif, dengan usaha menyatukannya dalam hidup keseharian. Pendirinya memadukan dua aspek hidup religius, yaitu aspek kontemplatif seperti para biarawan Trapis, dan aspek aktif seperti para Yesuit.
Saat ini ada sekitar 2100 biarawan Pasionis yang tersebar di 59 negara di lima benua. Kongregasi ini dipimpin oleh Superior Jenderal yang dipilih setiap empat tahun sekali dalam Kapitel Jenderal. Superior Jenderal saat ini adalah Pastor Joachim Rego, CP. Superior Jenderal didampingi oleh para Konsultor Jenderal dalam pelaksanaan tugasnya. Kongregasi ini terbagi dalam beberapa provinsi, vice provinsi dan vikariat. Kongregasi juga dibagi dalam beberapa Konferensi.
Kharisma dan Spiritualitas
Karisma Pasionis adalah “Kenangan Akan Sengsara Yesus Kristus”. Dengan karisma ini, Kongregasi Pasionis menemukan kesatuan hidup dan kerasulan dalam Sengsara Yesus Kristus. Semangat hidup Pasionis menyatakan kekuatan Allah yang menembus dunia, menghancurkan kekuatan jahat dan membangun Kerajaan Allah. Para Pasionis dipanggil untuk menyatukan diri dengan kehidupan dan misi Dia yang “mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba” (Flp 2: 7). Dengan memberikan hidup-Nya bagi kita, Dia mengungkapkan kasih Allah bagi semua orang dan menunjukkan jalan yang harus mereka ikuti sebagai jalan menuju Bapa.
Santo Paulus dari Salib terpanggil untuk mengumpulkan rekan-rekannya untuk hidup bersama dan memberitakan Injil Kristus kepada semua orang. Nama pertama yang dia berikan untuk komunitasnya adalah “Para Miskin Yesus”. Nama ini diberikan untuk menunjukkan bahwa hidup komunitas baru ini harus didasarkan pada kemiskinan injili, yang sangat diperlukan sebagai dasar dalam melaksanakan nasehat-nasehat Injil lainnya seperti bertekun dalam doa dan mewartakan Sabda Salib dari masa ke masa.
Misi Pasionis adalah “Mewartakan Injil Sengsara Yesus Kristus”. Para Pasionis menyadari bahwa Sengsara Yesus Kristus terus berlangsung dalam dunia ini sampai Dia datang kembali dalam kemuliaan. Karena itu, para Pasionis membagi suka dan duka dengan semua umat dalam perjalanan hidup menuju Bapa. Para pasionis ingin terlibat dalam penderitaan semua orang, terutama mereka yang miskin dan terlantar.