27.1 C
Jakarta
Saturday, April 27, 2024

Bacaan Injil Hari Kamis 09 Juni 2022

BERITA LAIN

More

    Bacaan I: 1Raj. 18:41-46

    SESUDAH peristiwa di Gunung Karmel, Elia berkata kepada Raja Ahab, “Pergilah, makan dan minumlah, sebab bunyi derau hujan sudah kedengaran.” Lalu Ahab pergi untuk makan dan minum.

    Tetapi Elia naik ke puncak Gunung Karmel, lalu ia membungkuk ke tanah dengan mukanya di antara kedua lutut.

    Sesudah itu ia berkata kepada hambanya, “Naiklah ke atas, pandanglah ke arah laut!” Hamba itu naik ke atas, ia melihat ke arah laut dan berkata, “Tidak ada apa-apa.”

    Kata Elia, “Pergilah sekali lagi!” Demikianlah sampai tujuh kali. Pada ketujuh kalinya berkatalah hamba itu, “Wah, awan kecil sebesar telapak tangan timbul dari laut.”

    Lalu kata Elia, “Pergilah dan katakan kepada Raja Ahab: Pasang keretamu dan turunlah, jangan sampai engkau terhalang oleh hujan.”

    Maka dalam sekejap mata langit menjadi kelam oleh awan badai, lalu turunlah hujan yang lebat. Ahab naik kereta lalu pergi ke Yizreel. Tetapi kuasa Tuhan berlaku atas Elia. Ia mengikat pinggangnya dan berlari mendahului Ahab sampai ke jalan yang menuju Yizreel.

    Mazmur Tanggapan: Mzm. 65:10abcd, 10e-11,12-13

    Ref. Tuhan memberkati umat-Nya dengan damai sejahtera.

    • Engkau mengindahkan tanah, lalu mengaruniainya kelimpahan; Engkau membuatnya sangat kaya. Sungai-sungai Allah penuh air; Engkau menyediakan gandum bagi mereka.
    • Ya, beginilah Engkau menyediakannya: Engkau mengairi alur bajaknya, dan membasahi gumpalan-gumpalan tanahnya; dengan derus hujan Engkau menggemburkannya dan memberkati tumbuh-tumbuhannya.
    • Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu, jejak-Mu mengeluarkan lemak; tanah-tanah padang gurun mengalirkan air, bukit-bukit berikat pinggangkan sorak-sorai.

    Bait Pengantar Injil: Alleluya

    Ref. Alleluya, alleluya.

    Perintah baru Kuberikan kepada kalian, sabda Tuhan; yaitu supaya kalian saling mengasihi, sebagaimana Aku telah mengasihi kalian.

    Bacaan Injil: Mat. 5:20-26

    DALAM khotbah di bukit, berkatalah Yesus, “Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar daripada hidup keagamaan para ahli Taurat dan orang-orang Farisi, kalian tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.

    Kalian telah mendengar apa yang disabdakan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya, harus dihukum!

    Barangsiapa berkata kepada saudaranya: ‘Kafir!’ harus dihadapkan ke mahkamah agama, dan siapa yang berkata: ‘Jahil!’ harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.

    Sebab itu jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah, dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.

    Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dia di tengah jalan, supaya lawanmu jangan menyerahkan engkau kepada hakim, dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya, dan engkau dilemparkan ke dalam penjara.

    Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar utangmu sampai lunas.”

    Demikianlah Injil Tuhan

    TUNTUTAN YANG OPTIMAL DAN MAKSIMAL.

    DALAM kotbah di bukit, TUHAN YESUS bukan hanya mengajar dengan mengulang apa yang ada dalam Hukum Tarurat saja, melainkan juga memberikan kedalaman dan memperluas arti dari ketentuan hukum itu. Seperti misalnya, “Jangan membunuh, siapa yang membunuh harus dihukum” (Mat.5: 21), YESUS juga mengingatkan kita akan motivasi, sumber dan latar belakang dari tindak kejahatan itu. Peringatan YESUS itu tetap relevan untuk kondisi kita saat ini. Membunuh sudah jelas merupakan tindak kejahatan fisik sampai menghilangkan nyawa seseorang.

    Namun harus kita waspadai juga akan kejahatan non fisik yang menjadi penyebab dari tindak kejahatan pembunuhan itu, seperti marah, dendam, iri dan dengki, kata-kata kasar, ungkapan kebencian dan fitnah. Secara eksplisit YESUS  dalam perikop Injil hari ini menyebut tentang “marah” dan kata-kata kasar “kafir” dan “jahil”: itu semua pantas juga dihukum! Padahal media sosial akhir-akhir ini sering mengedarkan ujaran kebencian, kata-kata kasar, hujatan pada seseorang atau kelompok dan fitnah.

    Semuanya ini merupakan kejahatan non fisik yang mengarah pada “pembunuhan karakter” dan bisa memprovokasi orang untuk melakukan pembunuhan fisik! Karena itu, tindakan itu tidak pantas dilakukan oleh orang beriman! Tanpa kita sadari bahwa marah bisa berujung pada berbagai perilaku yang berbahaya bahkan fatal! Bagaimana dengan diri kita sendiri?

    Semua ucapan yang keluar dari mulut atau tulisan yang terungkap dalam suatu penerbitan atau media sosial adalah merupakan ungkapan hati seseorang. Agar kita tidak terpeleset pada tindak kejahatan fisik maupun non fisik, syarat utamanya adalah hati yang bersih dan murni. Karena itu TUHAN YESUS menuntut agar orang terlebih dahulu membersihkan hatinya dengan cara berdamai kembali dengan orang lain yang sempat retak relasinya, sebelum menghadap TUHAN. Bagi kita, sebelum merayakan Ekaristi Kudus, marilah kita bersihkan hati kita dengan berdamai dahulu dengan sesama kita atau menyambung tali kasih yang sempat terputus. Jadi sebelum berdamai dengan TUHAN, kita berdamai dahulu dengan sesama!

    Nabi Elia patut diteladan sikapnya seperti ditunjukkan dalam Bacaan Pertama. Sekali pun raja Ahab pernah menyembah berhala dan membiarkan imam-imam Baal hidup di Israel, namun Elia tidak membalas dendam dengan membiarkan Ahab mengalami kecelakaan oleh hujan lebat yang bakal turun. Melalui bujangnya, Elia menyuruhnya untuk memberitahukan kepada Raja agar segera pergi menyingkir ke Yizreel karena sebentar lagi hujan lebat akan mengguyur Israel.

    Bagaimanakah dengan kita sendiri? Apakah kita termasuk orang yang suka marah-marah pada orang lain, terutama kepada bawahan kita? Ataukah kita termasuk orang yang suka menyimpan rasa benci dan dendam?

    Doa

    Ya YESUS, ajarilah aku untuk semakin bijaksana dalam mengungkapkan pandanganku di depan publik. Aku mohon bimbingan ROH KUDUS-MU, agar kata-kata yang keluar dari mulutku atau tersusun dalam tulisanku membawa manfaat dan sukacita. Amin.

    PK/hr

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI