NIGERIA UTARA, Pena Katolik – Dua imam Katolik yang melayani di Keuskupan Sokoto Nigeria telah diculik setelah orang-orang bersenjata menyerang kediaman mereka pada Rabu dini hari, 25 Mei 2022. Dalam sebuah pesan yang dibagikan kepada ACI Africa pada hari yang sama, Direktur Komunikasi Keuskupan Sokoto, Bruder Christopher Omotosho. Dalam keterangan itu disampaikan bahwa telah terjadi di Gereja St. Petrus, Keuskupan Sokoto dan penculikan dua Imam dan dua anak laki-laki yang berada di pastoran.
“Pada tengah malam hari ini, 25 Mei 2022, orang-orang bersenjata masuk ke pastoran Gereja Katolik St. Petrus, Gidan Maikambo, Kafur LGA Negara Bagian Katsina. Pastor paroki dan asistennya Pastor Stephen Ojapah, MSP dan Oliver Okpara serta dua anak laki-laki yang tinggal di pastoran diculik,” kata Bruder Chris.
Saat ini Keuskupan Sokoto belum memiliki informasi tentang keberadaan empat orang yang diculik. Penculikan Pastor Ojapah dan Pastor Okpara adalah insiden terbaru dalam serangkaian serangan yang dilaporkan menargetkan institusi dan tokoh gereja di negara terpadat di Afrika, demikian diberitakan CNA.
Sebelumnya pada 14 Mei 2022, pemuda Muslim merusak berbagai tempat Gereja Katolik termasuk Katedral Keluarga Kudus Keuskupan Sokoto, Gereja Katolik St. Kevin Gidan Dere, Sekretariat Uskup Lawton, dan Center St. Bakhita yang terletak di sepanjang Jalan Aliyu Jodi di mana mereka membakar sebuah bus.
Para pemuda yang marah itu memprotes penangkapan Bilyaminu Aliyu dan Aminu Hukunci yang ditangkap sehubungan dengan hukuman rajam terhadap Deborah Yakubu di Sekolah Tinggi Pendidikan Shehu Shagari di Sokoto pada 12 Mei 2022. Deborah yang dilaporkan bersaksi bahwa Yesus Kristus membantunya lulus ujian dituduh membuat pernyataan penghujatan tentang Nabi Muhammad.
Rektor Masjid Agung Paris di Prancis mengutuk pembunuhan Deborah dan menggambarkan insiden 12 Mei 2022 sebagai salah satu kejahatan keji yang terkait “serangkaian tindakan anti-Kristen” di Nigeria.
Dalam sebuah pernyataan yang diedarkan 20 Mei, Uskup Makurdi, Mgr. Wilfred Chikpa Anagbe mengatakan dia tidak dapat mengunjungi sejumlah daerah pastoral karena terorisme yang meluas dari kelompok Fulani di Negara Bagian Benue.