MEMPAWAH, Pena Katolik – Di Kompleks Gua Maria Anjongan, baru saja diselesaikan Rumah Retret Yohanes Paulus II. Peziarah mulai berdatangan lagi ke Gua Maria terbesar di Kalimantan Barat ini. Kesejukan dan keheningan suasana di Gua Maria ini, setidaknya menjadi daya tarik bagi setiap peziarah untuk datang dan berdoa di sana.
Tak terkecuali Juliati Sapta Dewi Magdalena, perempuan yang dikenal sebagai istri dari Kepala Kepolisian Republik Indonesia, Jenderal Polisi Drs. Listyo Sigit Prabowo, yang sempat mengunjungi Gua Maria Anjongan 12-13 Mei 2022. Perempuan yang biasa disapa Diana Listyo ini begitu terkesan pada suasa hening di bawah rimbun pepohonan di Kompleks Gua Maria Anjongan. Di sini, ia dapat merasakan ketenangan sehingga dapat lebih lama berdia.
“Saya senang di sini, suasananya tenang sekali,” ungkap Diana kepada Suster Eusebia OP, yang menemani Diana selama berada di Anjongan.
Diana menggunakan Rumah Retret St. Johanes Paulus II Anjongan untuk beristirahat selama dua malam. Selama di sini, Diana menghabiskan waktu untuk berdoa dan berefleksi. Ia ditemani oleh para Suster OP yang bekerja di rumah retret ini.
Suster Edis OP mengatakan, istri Kapolri itu sangat ramah. Dalam suasana hening dan doa, beberapa kali mereka menghabiskan waktu untuk bercerita dan mengobrol. Salah satu yang ditanyakan adalah bagaimana dan sudah berapa lama Kompleks Gua Maria Anjongan ini dibangun.
Diana juga menyampaikan salam hormat kepada Uskup Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus. Salam ini lalu dibalas dengan ucapan terima kasih oleh Mgr. Agustinus. Ia menyampaikan banyak terima kasih kepada istri kapolri itu karena telah mengunjungi dan bersedia untuk menginap di Rumah Retret Anjongan.
Kearifan Lokal
Belum lama pembangunan resmi Rumah Retret St. Yohanes Paulus II Anjongan diresmikan, Uskup Keuskupan Agung Pontianak, Mgr. Agustinus Agus melanjutkannya dengan membangun Rumah Keraton bersama Aula dan kamar. Dalam diskusi Uskup Agustinus pada 18 Mei 2022 perjalanan menuju Bengkayang, dikatakan bahwa dalam proyek pembangunan Rumah Retret selalu ada nilai-nilai kearifan lokalnya.
“Budaya di Kalimantan ini sangat kaya, kita perlu mengangkatnya dalam karya-karya Gereja,” ujar Mgr. Agustinus.
Dalam progres pembangunan Rumah Retret St. Johanes Paulus II Anjongan, Mgr. Agustinus mengedepankan nilai-nilai kearifan lokal. Dengan landasan yang sama, ia juga membangun Rumah Betang Dayak Suku Taman, Rumah Pak Kung Miau (Rumah Tionghua), Lumbung Berkat (yang diadopsi dari rumah lumbung padi) sebagai tempat doa dan duplikat dari Gereja Katedral Pontianak.
Penyelesaian Proyek Rumah Keraton
Sejalan dengan itu, melihat kemajemukan Kalimantan Barat yang sarat dengan makna kebhinekaan, Mgr. Agustinus melihat bahwa Kalimantan Barat memiliki tiga etnis besar yakni Dayak, Tionghua dan Melayu.
Dua inti dari etnis sudah dibuat (Dayak dan Tionghua), kini Uskup Agustinus sedang menyelesaikan progres pembangunan Rumah Keraton Melayu di Kompleks Rumah Retret St. Johanes Paulus II Anjongan.
Tempat yang didirikan dilereng bukit dengan aula lengkap dengan CCTV, AC dan Wifi. Ditambah dengan 10 kamar lengkap dengan lemari, tempat tidur, kamar mandi dan hal-hal kecil yang bersangkutan dengan kebutuhan setiap orang yang kelak akan menggunakannya untuk retret atau kegiatan lain. (Samuel– Pena Katolik)