Rabu, Desember 4, 2024
27.1 C
Jakarta

Mahasiswa Butuh Ruang untuk Mawas Diri

MEMPAWAH, Pena Katolik – Mempawah- Mahasiswa adalah generasi intelektual yang sebagaimana sebagian mereka yang tafirkan. Setidaknya itulah gambaran pikiran-pikiran hangat yang membara dibenak para mahasiswa. Di dunia yang penuh dengan informasi saat ini, apalagi perkembangan teknologi (dalam hal ini internet) harusnya membuat membuat mahasiswa (sebut saja dalam hal tulisan ini orang muda) – semakin cerdas dan tentunya banyak memiliki pengetahuan.

Bukannya tidak bisa memilah dan menganalisa berbagai fenomena, justru karena terlalu banyak informasi itulah maka pikiran pun bisa tergradasi dan termanipulasi karena informasi itu. Akibat banyak asupan informasi yang masuk ke dalam kepala yang tidak sebanding dengan apa yang harus dianalisis jadinya kepala pun mumet. Setidaknya itulah fakta lapangan yang disampaikan Frater Martinus P (27) Keuskupan Agung Pontianak pada Jumat malam 25 Maret 2022.

Frater Martinus yang mendampingi sejumlah kelompok mahasiswa UNTAN (GAMASKA dan CAFATIFA), kemudian ada juga dari Universitas Panca Bhakti, Kampus AKBID St Benedicta dan AKPER Dharma Insan Pontianak belum lama ini mengadakan kegiatan pendampingan untuk mahasiswa.

Kegiatan rekoleksi bersama 45 mahasiswa yang sebagai perwakilan dari pengurus kelompok masiswa di kampus masing-masing berlangsung sukses.  Acara itu diramaikan dengan kehadiran OMK di Wilayah Desa Sambora, Kecamatan Toho, Kabupaten Mempawah persis di hari Jumat-Minggu (25-27 Maret 2022).

Bongkar belenggu pikiran

Dalam obrolan dengan Frater Martinus menuju Desa Sambora, Frater Martinus mengungkapkan tujuan diadakannya kegiatan rekoleksi tersebut. Poin penting dari kegiatan adalah menyatukan mahasiswa dan membawa mahasiswa untuk masuk serta menyelami aktivitias batin.

Dalam hal ini Frater Martinus mau mengajak para pemimpin kelompok di kampus itu untuk membongkar belenggu-belenggu tradisional dan kebebalan sebagai mahasiswa. Tujuannya jelas yakni menjadi manusia dibebaskan dari ketidaktahuan dan kebodohannya.

Refleksi itu diadakan persis ditengah Sawah milik Pinus (51) – diapit dua kolam dan dua bukit. Lokasi yang sengaja dipilih oleh Frater Martinus sebagai tempat rekoleksi dan refleksi.

Menjelang kegiatan rekoleksi, Yoviana (22) semester 8 UNTAN sekaligus menjadi ketua panitia sebelumnya melakukan peninjauaan lokasi. Bersama Fendi (21), Advendri Noraldo (21), dan Theodorus Asul (21) mereka membulatkan untuk melaksanakan kegiatan di Desa Sambora.

Sebagai pembimbing rohani, Frater Martinus menyambut baik niat mereka untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Sebab kegiatan rekoleksi Katolik berciri khas untuk membebaskan mahasiswa dari cara pemahaman yang dangkal terlebih sebagai umat Katolik.

Kesempatan rekoleksi itulah yang dimanfaatkan mereka untuk mengumpulkan orang muda dengan jalan teologi untuk membimbing mahasiswa agar berpikir secara luas (komprehensif) dan mendalam.

Menurut Frater Martinus, kegiatan rekoleksi adalah salah satu jalan yang akan membebaskan mahasiswa dari cara berpikir yang tidak teratur dan tidak jernih dalam organisasi.

Acara rekoleksi yang dilaksanakan di Sambora bukan semata-mata hanya rekoleksi saja. Ternyata misinya lainnya yakni mengadakan pameran hasil karya kerajinan tangan orang-orang Sambora, mulai dari lukisan, pahatan, rajutan, foto-foto dan pameran lainnya.

Bincang-bincang tentang Sinode 2021-2023

Selain kegiatan rekoleksi, pada malam minggu 26 Maret 2022, Frater Martinus juga menyampaikan dan sedikit menjelaskan surat Gembala Menyambut Sinode 2021-2023 Keuskupan Agung Pontianak.

Sedikit informasi, berdasarkan asal katanya, “sinode” berasal dari 2 kata Yunani syn (=bersama) dan hodos (=berjalan). Maka Sinode berarti “berjalan bersama”. Sedangkan menurut kanon 342 Kitab Hukum Kanonik, “Sinode para Uskup ialah himpunan para Uskup yang dipilih dari pelbagai kawasan dunia yang pada waktu-waktu yang ditetapkan berkumpul untuk membina hubungan erat antara Paus dan para Uskup, dan untuk membantu Paus dengan nasihat-nasihat guna memelihara keutuhan dan perkembangan iman serta moral, guna menjaga dan meneguhkan disiplin gerejawi, dan juga mempertimbangkan masalah-masalah yang menyangkut karya Gereja di dunia”.

Sinode menjadi undangan untuk berjalan bersama dengan saling mendengarkan, berdialog, melakukan disermen atau maneges bersama, dll. Dengan cara berjalan bersama ini Gereja akan dapat setia melaksanakan misi yang dipercayakan kepadanya. Maka persekutuan umat beriman diundang untuk berpartisipasi menjalankan misi atau perutusan.

Semua anggota Gereja, baik klerus (tertahbis), anggota hidup bakti (religius dan sekular) maupun awam, yang tersebar dalam berbagai kelompok (lingkungan, wilayah, paroki, kevikepan, kelompok persaudaraan dan paguyuban, komunitas hidup bhakti, dll) diundang untuk saling berbagi dan mendengarkan kisah pengalaman iman agar dapat mendengar bisikan Roh Kudus, hingga dapat bersama-sama melaksanakan misi atau perutusan di dunia ini dengan lebih baik.

Berkat penutup

Kesempatan yang baik itu, ditutup dalam serangkaian misa penutup di Gereja Stasi Sambora oleh RD Ambrosius Dhai Mosa sebagai dosen Teologi imamat, metodologi, liturgi, Rekonsiliasi di Sekolah Tinggi Teologi Pastor Bonus Pontianak, (Minggu pagi 27 Maret 2022).

Dalam homilinya RD. Ambros berpesan kepada para mahasiswa untuk tidak menyerah menggapai impian dan menyelesaikan study tepat waktu. Usai berkat penutup, acara selanjutnya yaitu kegiatan pameran karya anak desa Sambora. 

Acara pameran dihadiri langsung oleh Camat dari Kecamatan Toho Ferdinanda. Dalam sambutannya, melihat pameran kebudayaan yang kaya itu, Ferdinanda berkomitmen mendukung dengan caranya dalam sektor pemerintahan agar desa tersebut untuk konsisten dan produktif memproduksi kerajinan kebudayaan di Desa Sambora.

Samuel – Pena Katolik

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini