Sabtu, Desember 28, 2024
31.3 C
Jakarta

Bacaan dan Renungan Injil Jumat 15 April 2022; Hari Jumat Agung – Memperingati Sengsara dan Wafat Yesus.

Bacaan I: Yesaya 52:13-53:12

BEGINILAH firman Tuhan, “Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil! Ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan! Seperti banyak orang tertegun melihat dia – rupanya begitu buruk, tidak seperti manusia lagi, dan tampaknya tidak seperti anak manusia lagi, demikianlah ia membuat tercengang banyak bangsa, dan raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia!

Sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.

Maka mereka berkata: Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, kepada siapakah tangan kekuasaan Tuhan dinyatakan? Sebagai taruk Hamba Yahwe tumbuh di hadapan Tuhan, dan sebagai tunas ia muncul dari tanah kering.

Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan, dan biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia, dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan.

Ia tidak tampan, dan semarak pun tidak ada padanya, sehingga kita tidak tertarik untuk memandang dia; dan rupanya pun tidak menarik, sehingga kita tidak terangsang untuk menginginkannya.

Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kitalah yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah.

Sesungguhnya dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; derita yang mendatangkan keselamatan bagi kita, ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing mengambil jalan sendiri! Tetapi Tuhan telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.

Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas, dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.

Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dank arena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah.

Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan waktu mati ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan, dan tipu tidak ada di dalam mulutnya.

Tetapi Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan, dan apabila ia menyerahkan dirinya sebagai kurban silih, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak Tuhan akan terlaksana karena dia.

Sesudah kesusahan jiwanya, ia akan melihat terang dan menjadi puas. Sebab Tuhan berfirman, Hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul.

Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan.

Ini semua sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dank arena ia terhitung di antara para pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang, dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.

Mazmur Tanggapan: Mzm 31: 2.6.12-13.15-16.17.25

Ref. Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu, Kupercayakan jiwaku.

  • Pada-Mu ya Tuhan, aku berlindung, jangan sekali-kali aku mendapat malu. Luputkanlah aku oleh karena keadilan-Mu, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku; sudilah membebaskan daku, Ya Tuhan Allah yang setia.
  • Di hadapan semua lawanku aku bercela, tetangga-tetanggaku merasa jijik. Para kenalanku merasa nyeri; mereka yang melihat aku cepat-cepat menyingkir, Aku telah hilang dari ingatan seperti orang mati. Telah menjadi seperti barang yang pecah.
  • Tetapi aku, kepada-Mu, ya Tuhan, aku percaya, Aku berkata, “Engkaulah Allahku!”. Masa hidupku ada dalam tangan-Mu, lepaskanlah aku dari musuh-musuhku dan bebaskan dari orang-orang yang mengejarku!
  • Buatlah wajah-Mu bercahaya atas hamba-hamba-Mu, selamatkanlah aku oleh kasih setia-Mu! Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, hai semua orang yang berharap hatimu.

Bacaan II: Ibrani 4:14-16;5:7-9

Saudara-saudara, kita sekarang mempunyai Imam Agung, yang telah melintasi semua langit, yaitu Yesus, Anak Allah. Maka baiklah kita teguh berpegang pada pengakuan iman kita.

Sebab Imam Agung yang kita punya, bukanlah imam agung yang tidak dapat turut merasakan kelemahan kita! Sebaliknya Ia sama dengan kita! Ia telah dicobai, hanya saja tidak berbuat dosa.

Sebab itu marilah kita menghampiri takhta kerahiman Allah dengan penuh keberanian, supaya kita menerima rahmat dan menemukan kasih karunia untuk mendapat pertolongan pada waktunya.

Dalam hidupnya sebagai manusia, Yesus telah mempersembahkan doa dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, yang sanggup menyelamatkan-Nya dari maut; dan karena kesalehan-Nya, Ia telah didengarkan.

Akan tetapi sekalipun Anak, Ia telah belajar menjadi taat; ini ternyata dari apa yang telah diderita-Nya! Dan sesudah mencapai kesempurnaan, Ia menjadi pokok keselamatan abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya.

Bacaan Injil: Yohanes 18:1-19:42

Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Yohanes

Seusai perjamuan Paskah, keluarlah Yesus dari ruang perjamuan bersama-sama dengan murid-murid-Nya, dan mereka pergi ke seberang sungai Kidron.

Di situ ada suatu taman. Yesus masuk ke taman itu bersama-sama dengan murid-murid-Nya. Yudas yang mengkhianati Yesus tahu juga tempat itu, karena Yesus sering berkumpul di situ dengan murid-murid-Nya.

Maka datanglah juga Yudas ke situ bersama sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi.

Mereka datang lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. Yesus tahu semua yang akan menimpa diri-Nya. Maka Ia maju ke depan dan berkata kepada mereka, “Siapakah yang kamu cari?”

Jawab mereka, “Yesus dari Nazaret!” Kata Yesus kepada mereka, “Akulah Dia.” Yudas yang mengkhianati Yesus berdiri juga di situ bersama-sama mereka.

Ketika Yesus berkata kepada mereka ‘Akulah Dia’, mundurlah mereka, dan jatuh ke tanah. Maka Yesus bertanya pula, “Siapakah yang kamu cari?”

Jawab mereka, “Yesus dari Nazaret!” Jawab Yesus, “Telah Kukatakan kepadamu, Akulah Dia. Jika Aku yang kamu cari, biarkanlah mereka ini pergi.”

Demikian terjadi supaya genaplah firman yang telah dikatakan-Nya: Dari mereka yang Engkau serahkan kepada-Ku, tidak seorang pun yang Kubiarkan hilang.

Lalu Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, dan menetakkannya kepada hamba Imam Agung dan memutuskan telinga kanannya.

Nama hamba itu Malkhus. Kata Yesus kepada Petrus, “Sarungkanlah pedangmu itu! Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?”

Maka para prajurit serta perwiranya, dan penjaga-penjaga yang disuruh orang Yahudi itu menangkap Yesus dan membelenggu Dia.

Lalu mereka membawa Yesus mula-mula kepada Hanas, karena Hanas adalah mertua Kayafas, yang pada tahun itu menjadi Imam Agung; dan Kayafaslah yang telah menasihatkan kepada orang-orang Yahudi: Adalah lebih berguna jika satu orang mati untuk seluruh bangsa.

Simon Petrus dan seorang murid lain mengikuti Yesus. Murid itu mengenal Imam Agung, dan ia masuk ke halaman istana Imam Agung itu.

Tetapi Petrus tinggal di luar dekat pintu. Maka murid lain tadi, yang mengenal Imam Agung, kembali ke luar, bercakap-cakap dengan perempuan penjaga pintu, lalu membawa Petrus masuk.

Maka kata perempuan penjaga pintu kepada Petrus, “Bukankah engkau juga murid orang itu?” Jawab Petrus, “Bukan!”

Sementara itu hamba-hamba dan penjaga-penjaga Bait Allah telah memasang api arang, sebab hawa dingin waktu itu, dan mereka berdiri berdiang di situ.

Petrus pun berdiri berdiang bersama-sama dengan mereka. Maka mulailah Imam Agung menanyai Yesus tentang para murid dan tentang ajaran-Nya.

Jawab Yesus kepadanya, “Aku berbicara terus terang kepada dunia! Aku selalu mengajar di rumah-rumah ibadat dan di Bait Allah tempat semua orang Yahudi berkumpul, Aku tidak pernah berbicara sembunyi-sembunyi. Mengapakah engkau menanyai Aku?

Tanyailah mereka, yang telah mendengar apa yang Kukatakan kepada mereka; sungguh, mereka tahu apa yang telah Kukatakan.”

Ketika Yesus berkata demikian, seorang penjaga yang berdiri di situ menampar muka Yesus sambil berkata, “Begitukah jawab-Mu kepada Imam Agung?”

Jawab Yesus kepadanya, “Jikalau kata-Ku itu salah, tunjukkanlah salahnya, tetapi jikalau benar, mengapakah engkau menampar Aku?”

Lalu Hanas mengirim Yesus terbelenggu kepada Kayafas, Imam Agung. Simon Petrus masih berdiri berdiang.

Kata orang-orang di situ kepadanya, “Bukankah engkau juga seorang murid Yesus?” Petrus menyangkalnya, katanya, “Bukan!”

Salah seorang hamba Imam Agung, keluarga dari hamba yang telinganya dipotong Petrus, berkata kepadanya, “Bukankah engkau kulihat di taman itu bersama-sama dengan Yesus?” Maka Petrus menyangkal lagi dan ketika itu berkokoklah ayam.

Keesokan harinya mereka membawa Yesus dari istana Kayafas ke gedung pengadilan. Ketika itu hari masih pagi.

Mereka sendiri tidak masuk ke gedung pengadilan itu, supaya jangan menajiskan diri, sebab mereka hendak makan Paskah.

Sebab itu Pilatus keluar mendapatkan mereka dan berkata, “Apakah tuduhan kamu terhadap orang ini?” Jawab mereka kepadanya, “Jikalau Ia bukan penjahat, kami tidak menyerahkan-Nya kepadamu!”

Kata Pilatus kepada mereka, “Ambillah Dia, dan hakimilah Dia menurut hukum Tauratmu!” Kata orang-orang Yahudi itu, “Kami tidak diperbolehkan membunuh seseorang.”

Demikian terjadi supaya genaplah firman Yesus yang dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Ia akan mati.

Maka kembalilah Pilatus ke dalam gedung pengadilan, lalu memanggil Yesus dan bertanya kepada-Nya, “Engkau inikah raja orang Yahudi?”

Jawab Yesus, “Dari hatimu sendirikah engkau katakan hal itu? atau adakah orang lain yang mengatakannya kepadamu tentang Aku?” Kata Pilatus, “Orang Yahudikah aku?

Bangsamu sendiri dan imam-imam kepala telah menyerahkan Engkau kepadaku, apakah yang telah Engkau perbuat?” Jawab Yesus, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini!

Jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku sudah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi. Akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini!” Maka kata Pilatus kepada-Nya,

“Jadi Engkau adalah raja.” Jawab Yesus, “Seperti yang kaukatakan, Aku adalah raja! Untuk itulah Aku lahir, dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, akni untuk memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku.” Kata Pilatus kepada-Nya, “Apakah kebenaran itu?”

Sesudah mengatakan demikian, Pilatus keluar lagi mendapatkan orang-orang Yahudi, dan berkata kepada mereka,

“Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.

Tetapi padamu ada kebiasaan, bahwa pada hari raya Paskah aku membebaskan seorang bagimu. Maukah kamu, supaya aku membebaskan raja orang Yahudi ini bagimu?”

Mereka pun berteriak, “Jangan Dia, melainkan Barabas!” Barabas adalah seorang penyamun.

Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia. Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri, dan menaruhnya di atas kepala Yesus.

Mereka mengenakan jubah ungu pada-Nya, dan sambil maju ke depan mereka berkata, “Salam, hai raja orang Yahudi!” Lalu mereka menampar wajah Yesus.

Pilatus keluar lagi dan berkata kepada Orang-orang Yahudi, “Lihatlah aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu bahwa aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.”

Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka, “Lihatlah Manusia ini!”

Ketika para imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Yesus, berteriaklah mereka, “Salibkan Dia, salibkan Dia!” Kata Pilatus kepada mereka, “Ambil saja sendiri dan salibkanlah Dia! Sebab aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.”

Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya, “Kami mempunyai hukum, dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah.”

Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia. lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan, dan berkata kepada Yesus, “Dari manakah asal-Mu?”

Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya. Maka kata Pilatus, “Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?”

Yesus menjawab, “Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan dari atas. Sebab itu, dia yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.”

Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Yesus, tetapi orang-orang Yahudi berteriak, “Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap diri raja, melawan Kaisar.”

Ketika mendengar perkataan itu, Pillatus menyuruh Yesus ke luar. Lalu ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani: Gabata.

Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu, “Inilah rajamu!” Maka berteriaklah mereka, “Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!”

Kata Pilatus kepada mereka, “Haruskah aku menyalibkan rajamu?” Jawab imam-imam kepala, “Kami tidak mempunyai raja selain Kaisar!”

Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. Dan mereka menerima Yesus.

Sambil memikul salib-Nya, Yesus dibawa ke luar kota, ke tempat yang bernama Tengkorak, dalam bahasa Ibrani: Golgota.

Di situ Yesus disalibkan, dan bersama dengan Dia disalibkan juga dua orang lain, sebelah-menyebelah, Yesus di tengah-tengah.

Pilatus menyuruh memasang juga tulisan di atas kayu salib itu, bunyinya: Yesus, orang Nazaret, Raja orang Yahudi.

Banyak orang Yahudi membaca tulisan itu, sebab tempat Yesus disalibkan itu letaknya dekat kota, dan kata-kata itu tertulis dalam bahasa Ibrani, Latin dan bahasa Yunani.

Maka kata imam-imam kepala kepada Pilatus, “Jangan engkau menulis: Raja orang Yahudi, tetapi: Ia mengatakan: Aku adalah Raja orang Yahudi.” Jawab Pilatus, “Apa yang kutulis, tetap tertulis!”

Sesudah prajurit-prajurit itu menyalibkan Yesus, mereka mengambil pakaian Yesus,lalu membaginya menjadi empat bagian, masing-masing prajurit satu bagian.

Jubah Yesus pun mereka ambil. Tetapi jubah itu tidak berjahit, dari atas ke bawah merupakan satu tenunan utuh.

Karena itu mereka berkata seorang kepada yang lain, “Janganlah kita membagi jubah ini menjadi beberapa potong, tetapi baiklah kita membuang undi untuk menentukan siapa yang akan mendapatnya.”

Demikianlah terjadi supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci: Mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka, dan membuang undi atas jubah-Ku. Hal itu telah dilakukan oleh prajurit-prajurit itu.

Di dekat salib Yesus berdirilah ibu Yesus dan saudara ibu-Nya, Maria, isteri Klopas dan Maria Magdalena.

Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang Ia kasihi di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu!” dan kemudian kata-Nya kepada murid itu, “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima Maria di dalam rumahnya.

Sesudah itu, karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia — supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci, — “Aku haus!”

Di situ ada suatu buli-buli penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang pada sebatang hisop, mencelupkannya dalam anggur asam itu, lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus.

Sesudah meminum anggur asam itu, berkatalah Yesus, “Sudahlah selesai!” Lalu Yesus menundukkan kepala dan menyerahkan nyawa-Nya.

(semua hening sejenak menerungkan wafat Tuhan)

Karena hari itu adalah hari persiapan Paskah, dan supaya pada hari Sabat mayat-mayat itu tidak tinggal tergantung pada kayu salib sebab Sabat itu adalah hari yang besar maka datanglah orang-orang Yahudi kepada Pilatus dan meminta kepadanya supaya kaki orang-orang itu dipatahkan, dan mayat-mayatnya diturunkan.

Maka datanglah prajurit-prajurit, lalu mematahkan kaki orang yang pertama dan kaki orang yang lain yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus.

Tetapi ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa Ia telah mati, mereka tidak mematahkan kaki-Nya.

Tetapi seorang dari antara prajurit itu menikam lambung Yesus dengan tombak, dan segera mengalirlah darah serta air ke luar.

Dan orang yang melihat sendiri hal itu yang memberi kesaksian ini, dan benarlah kesaksiannya. Dan ia tahu bahwa ia mengatakan kebenaran, supaya kamu juga percaya.

Sebab hal itu terjadi, supaya genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci: Tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan; dan nas lain yang mengatakan: Mereka akan memandang Dia yang telah mereka tikam.

Sesudah itu Yusuf dari Arimatea, (Yusuf ini adalah seorang murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi) meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan jenazah Yesus. Pilatus meluluskan permintaan Yusuf.

Maka datanglah Yusuf dan menurunkan jenazah Yesus Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang dulu datang malam-malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya.

Mereka mengambil jenazah Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat pemakaman orang Yahudi.

Di dekat tempat Yesus disalibkan itu ada suatu taman, dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang.

Karena hari itu hari persiapan orang Yahudi, sedang kubur itu tidak jauh letaknya, maka mereka meletakkan jenazah Yesus di situ.

Demikianlah Injil Tuhan

Anugerah Tak Terperi: Buah Sengsara dan Wafat Yesus

Setelah perayaan Perjamuan Malam Terakhir pada hari Kamis Putih, pada Jumat Agung tidak ada perayaan Ekaristi. Ibadat hari ini khusus untuk mengenang sengsara dan wafat Tuhan. Melalui Bacaan Suci, kita diajak merenungkan siapa Yesus itu dan apa yang sebenarnya Ia lakukan.

Nabi Yesaya menulis madah tentang Hamba Yahwe, orang yang tidak melakukan kesalahan, tetapi dihina, dianiaya, ditikam, diremukkan karena kesalahan kita. Dengan sengsaranya ia ”mendatangkan keselamatan” bagi kita. “Oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh” (Yes. 53:5). Gambaran Hamba Yahwe ini sepenuhnya terlaksana dalam diri Yesus. Ia yang tidak melakukan kesalahan apapun menanggung hukuman amat berat untuk menyelamatkan manusia dari hukuman akibat dosa.

Surat kepada Umat Ibrani menjelaskan: Yesus adalah “Imam Agung yang melintasi semua langit” (Ibr. 4:14) sehingga terbukalah sekat antara surga dan bumi. Ketika Yesus wafat, tirai Bait Suci terbelah dua (lih. Mat. 27:51). Ruang kudus, tempat Allah bersemayam, terbuka sehingga Allah keluar dan hadir di dunia. Dengan wafat-Nya, Yesus membuka sekat dosa yang memisahkan kita dari Allah.

St. Yohanes (saksi mata) memaparkan Kisah Sengsara sebagai puncak hidup Yesus. Jumat Agung adalah saat Yesus mengalami glorifikasi, “dimuliakan” (lih. Yoh. 13:31). Di Getsemani, orang-orang rebah ke tanah ketika Yesus bersabda: “Akulah Dia.” Kata aslinya, ”Ego eimi”, adalah Nama Allah yang mewahyukan Diri kepada Musa di Gunung Horeb, dan Musa pun merunduk ke tanah, (Lih. Kel. 3:14).  Kita diingatkan: Yesus yang akan mereka tangkap itu tidak lain adalah Allah.

 Mulai dari Taman Getsemani, berlanjut ke interogasi oleh Mahkamah Agama dan oleh Pilatus, sampai ketika Ia dipaku di salib, Yesus terlihat mengendalikan seluruh situasi di sekitar-Nya. Yesus wafat bukan karena kalah. Memang Ia rela menderita karena kasih-Nya kepada manusia, agar dosa kita diampuni dan hubungan kita dengan Allah dipulihkan.

 Yesus mendatangkan anugerah itu dengan menumpahkan darah-Nya. Ia disesah, dimakhotai duri, dipaku di salib, ditombak. Penderitaan Yesus sungguh tak terperi. Namun, tak terperi jugalah kasih-Nya yang mendorong Dia untuk melakukan semua itu. Dalam tradisi Yahudi, imam menumpahkan darah hewan kurban agar doa mereka diterima oleh Allah. Dalam diri Yesus, Allah menumpahkan darah-Nya sendiri agar uluran kasih-Nya diterima oleh manusia. Gambaran Allah yang marah, sehingga harus ditenangkan dengan darah kurban, diubah oleh Yesus dengan Allah yang penuh kasih tak terbatas.

Pada pesta perkawinan di Kana, Maria-lah yang melapor kepada Yesus: “mereka kehabisan anggur” (“Israel sudah kehabisan dayanya”). Maria menjadi perantara yang meminta agar Putranya melakukan suatu tindakan. Jawab Yesus waktu itu, “Mau apakah engkau dari pada-Ku, Ibu? Saat-Ku belum tiba.” Yesus pun menciptakan anggur baru, untuk melambangkan apa yang akan Ia ciptakan pada hari Jumat Agung. Kini, saat Yesus itu pun tiba. Bagi umat Israel Baru, Ia menciptakan cara baru untuk berhubungan dengan Allah: yaitu lewat Diri-Nya. Inilah saat Yesus menciptakan Perjanjian Baru dalam darah-Nya.

    Yesus telah menyerahkan Diri secara total bagi manusia. Tinggal satu yang tersisa, yaitu ibu-Nya. Kini bunda-Nya pun Ia serahkan kepada murid (Yohanes) yang mewakili kita: ”Ibu, inilah, anakmu! … Inilah ibumu.” (Yoh. 19:26-27). Seperti di Kana, kini Maria diresmikan sebagai ibu (penerima pertama) sekaligus perantara agar kita memperoleh anggur keselamatan Perjanjian Baru. “Sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya.” — Maukah kita menerima Bunda Maria di rumah? Jika bersedia, alangkah damai hidup kita.

“Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai,” (ayat 28). Yesus tetap menguasai seluruh peristiwa ini. Ia berkata ”Aku haus”: agar digenapi Mzm. 69, tentang Mesias yang menderita tetapi diselamatkan oleh Allah. Lalu Ia diberi minum dengan batang hisop. Inilah batang yang digunakan orang Israel untuk memercikkan darah domba Paskah pada jenang pintu agar mereka diselamatkan. Yesuslah Anak Domba yang darah-Nya menyelamatkan Israel Baru.

“Sudah selesai”: Yesus menyatakan sendiri saat kematian-Nya. “Ia menundukkan kepala-Nya dan mengembuskan Roh-Nya.” (Ay. 30, terjemahan harfiah). Dengan wajah mengarah ke bumi Yesus mengembuskan Roh Kudus kepada dunia.

 “Seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air,” (ay. 34). Darah adalah lambang Ekaristi; air lambang Baptis. Roh Kudus, Ekaristi dan Baptis merupakan dasar hidup Gereja. Gereja lahir dari lambung Kristus yang ditombak di salib.

Yesus dimakamkan di sebuah taman: kita ingat akan Taman Eden, tempat kejatuhan manusia pertama. Yesus adalah Adam Baru yang akan bangkit di taman itu. Pengikut Kristus adalah keturunan Adam Baru, yang tidak terbujuk oleh “si Ular”.

Mari kita satukan setiap penderitaan kita dengan salib Yesus, agar bersama Dia kita pun bangkit menjadi manusia baru, yang mampu mengalahkan godaan dosa dan tahan menghadapi setiap penderitaan. 

Buah sengsara dan wafat Yesus adalah pengampunan dosa dan pulihnya relasi kita dengan Allah. Semoga kita dengan murah hati berbagi pengampunan itu dengan mengampuni kesalahan sesama, sehingga relasi antar-kita pun dipulihkan.

Yesus adalah Tuhan yang pernah mengalami sendiri segala penderitaan manusia, sehingga Ia sepenuhnya memahami keadaan kita. Kita dapat bercurah hati kepada-Nya tanpa menutup-nutupi sesuatu. Yesus haus untuk mendengarkan segala kesusahan kita.

Doa

Ya Yesus Tuhan, aku bersyukur kepada-Mu, Engkau telah rela wafat di salib demi membebaskan aku dari kematian kekal. Semoga dengan kekuatan Roh Suci-Mu aku terus mengusahakan kesucian hidup, dan rela berkorban untuk menolong saudaraku yang menderita. Amin.

RS/PK/hr

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini