Sabtu, Juli 27, 2024
26.1 C
Jakarta

Seorang Awam dan Dua Martir Nazi akan Segera Diangkat Menjadi Kudus

Patung Beato Artemide Zatti. IST

VATIKAN, Penakatolik – Paus Fransiskus mengesahkan dekrit yang mengakui mukjizat yang dikaitkan dengan seorang awam Italia serta kemartiran dua imam Italia yang meninggal selama Perang Dunia Kedua. Ia juga menyetujui kebajikan heroik tujuh Venerables baru, termasuk dua uskup misionaris dan tiga wanita awam.

Paus Fransiskus pada hari Sabtu menerima audiensi Kardinal Marcello Semeraro, Prefek Kongregasi Penggelaran Kudus. Ia menyetujui beberapa dekrit pengangkatan orang kudus. Dekrit adalah untuk menghormati Beato Artemide Zatti, seorang awam Italia, berasal dari Boretto di Lembah Po tempat ia dilahirkan pada tahun 1880.

Keluarga tersebut beremigrasi ke Argentina ketika Artemide berusia 17 tahun dan menetap di Bahia Blanca. Di sana, pemuda itu bertemu dengan para Salesian dan masuk ke dalam Kongregasi sebagai anggota, tetapi dia menderita TBC. Ketika sembuh, dia memilih untuk tidak menjadi imam tetapi mengabdikan dirinya bagi orang saki. Ia memenuhi nazar yang dia buat kepada Maria Penolong Umat Kristiani. Dia menawarkan layanan ini selama sisa hidupnya di Rumah Sakit Viedma sebagai wakil direktur, administrator, dan perawat, dan dihargai dan dihormati oleh pasiennya dan keluarga mereka, sampai dia meninggal karena kanker pada tahun 1951.

Paus St. Yohanes Paulus II membeatifikasi Beato Zatti pada tahun 2002. Selanjutnya sebuah keajaiban dikaitkan dengannya, di mana pada tahun 2016, seorang pria Filipina dari Tanauan Batangas, yang menderita stroke iskemik parah yang hampir fatal, diperburuk oleh pendarahan hebat, sembuh dari penyakit itu, saat ia pada 24 Agustus 2016, tiba-tiba melepas selang nasogastrik yang memberinya nutrisi dan oksigen, meminta sesuatu untuk dimakan, dan pada hari-hari berikutnya, melanjutkan kehidupan normalnya. Ia adalah saudara seorang imam Salesian di Roma, yang pada hari dia dirawat di rumah sakit, imam itu mulai berdoa kepada Beato Artemide Zatti.

Kemartiran dua imam

Paus Fransiskus juga menyetujui dekrit beatifikasi utuk Beato Giuseppe Bernardi dan Beato Mario Ghibaudo. Keduanya adalah imam yang mengorbankan nyawa mereka, dalam menghadapi kebencian brutal.

Setelah gencatan senjata tahun 1943, Kota Boves, Cuneo Italia, berada di persimpangan antara pasukan Jerman dan perjuangan para pejuang Italia. Pada tanggal 19 September, setelah bentrokan di mana satu orang tewas di masing-masing pihak dan dua tentara ditawan, seorang mayor Jerman mengancam akan menghancurkan kota jika dua orangnya yang ditangkap tidak dibebaskan.

Fr. Giuseppe Bernardi dan orang lain berhasil menengahi situasi, dan memperoleh apa yang diminta dari para pengepung, tetapi mereka tidak menepati janji. Mayor Jerman itu kemudian memberi perintah untuk menyerang dan membawa imam itu dan seorang lain, Antonio Vassallo, ke dalam mobil lapis baja.

Pada saat inilah sekitar pukul 16.30 vikaris paroki, Pastor Mario Ghibaudo, meninggal. Setelah menyelamatkan beberapa anak gadis yang tinggal di panti asuhan dan lainnya. Ia mengunjungi seseorang yang telah terkena tembakan senapan mesin Jerman untuk memberinya Sakramen Minyak Suci, tetapi dia ditembak jatuh. Sekitar jam 6 sore, Pastor Bernardi dibakar.

7 Venerabilis

Selanjutnya, Paus Fransiskus jga menyetujui dekrit yang mengakui kebajikan heroik dari tujuh Hamba Tuhan, yang dianugerahi Venerabilis oleh Gereja.

Uskup Spanyol. Mgr. Martino Fulgenzio Elorza Legaristi, lahir pada tahun 1899, seorang anggota Kongregasi Sengsara Yesus Kristus, bekerja di wilayah Peru. Ia sering mengunjungi paroki-paroki setempat, berjalan kaki, menunggang kuda atau naik kano. Dia memulai pembangunan katedral dan gereja-gereja baru di desa-desa. Ia juga mengambil bagian dalam Sesi pertama Konsili Vatikan Kedua. Dia meninggal di Lima pada tahun 1966.

Mgr. Francesco Costantino Mazzieri, seorang anggota Biara Kecil, berasal dari Abbadia di Osimo (1889), juga seorang misionaris. Pada tahun 1930, ia merasakan panggilan untuk bermisi di Afrika. Ia diutus bersama enam imam lain ke tempat yang sekarang disebut Zambia, di distrik Ndola (saat itu Rhodesia Utara), sebuah koloni Inggris pada saat itu. Selama 36 tahun, ia memberikan kesaksian tentang evangelisasi yang membantu Gereja tumbuh meskipun dalam kondisi yang sulit.

Dia memilih untuk tinggal di daerah pedesaan Santa Teresa (Ibenga-Zambia). Kerendahan hatinya, dan bersama dengan kepekaan amal yang besar, dia bekerja merawat penderita kusta. Dia meninggal pada tahun 1983, selalu dikenang karena kesucian pribadinya.

Lucia Noiret (lahir tahun 1832 di Prancis) mendirikan Kongregasi Para Pelayan Hati Kudus Yesus di bawah perlindungan St. Joseph. Setelah menjalani masa novisiatnya dalam kongregasi Suster-Suster Cinta Kasih, dia dipindahkan ke Kota Imola, Italia sebagai guru di sebuah fasilitas untuk gadis-gadis miskin dan yatim piatu. Ketika Superior Jenderal memutuskan untuk memanggil para susternya, Suster Lucia, atas saran Uskup Imola, Mgr. Luigi Tesorieri, tetap melayani di sana. Di masa kemudian, ia mendirikan kongregasinya di mana beberapa wanita muda bergabung dengannya. Dia meninggal di Imola pada tahun 1899.

Casimira GruszczyÅ„ska lahir pada tahun 1848 di Kozienice (Polandia modern), di mana ia menghabiskan seluruh hidupnya sampai kematiannya pada tahun 1927. Ia mengucapkan kaul kesucian pribadi pada usia 10, yang diperbarui pada usia 21 dengan izin pastor paroki selama Misa di gereja paroki. Tahun berikutnya, ibunya meninggal. Pada tahun 1875, ia memasuki Kongregasi Suster-Suster Hati Yesus, tetapi ketika rezim Tsar memutuskan pembubaran lembaga-lembaga keagamaan di wilayah Kerajaan Polandia, para anggota Kongregasi bersembunyi, terus bekerja diam. Pada tahun 1882, ia mendirikan Kongregasi Suster-suster Penderita. Ia mendidedikasikan kongregasi ini untuk merawat orang sakit dan menderita, tunduk pada Peraturan Ordo Ketiga Fransiskan, yang ia pimpin selama 45 tahun. Pada tahun 1922, Paus Pius XI menganugerahinya medali “Pro Ecclesia et Pontifice.”

Aurora Calvo Hernández-Agero dari Spanyol, lahir pada tahun 1901, tinggal di Béjar sepanjang hidupnya. Dari keluarga yang sangat Kristen, saudara laki-lakinya adalah seorang imam dan dia ingin menjadi seorang Karmelit, tetapi kebutuhan untuk merawat ibunya yang sudah lanjut usia mencegahnya memasuki kehidupan kontemplatif. Dia bekerja sebagai katekis dan berusaha dengan segala cara untuk memperdalam kehidupan batinnya. Dia meninggal karena pneumonia pada tahun 1933.

Rosalia Celak lahir pada tahun 1901 di Jachówka, Polandia. Pada usia 17 dia mengambil sumpah kesucian pribadi, dan pada usia 23, dia pergi ke Krakow di mana dia tinggal selama satu tahun dengan seorang wanita tua dengan membantunya untuk membereskan pekerjaan rumah. Saat masih di Krakow, pada tahun berikutnya dia mulai bekerja sebagai perawat orang sakit di departemen bedah Rumah Sakit St. Lazarus. Setelah sekitar dua bulan, dia dipindahkan ke departemen penyakit kulit dan kelamin. Pada tahun 1927, ia memasuki Biara Claris di Krakow, tetapi kesehatannya yang lemah tidak memungkinkannya untuk tinggal di sana. Pada tahun berikutnya ia kembali bekerja di rumah sakit St. Lazarus, mendapatkan kepercayaan dan rasa hormat dari semua orang. Pada periode terakhir hidupnya, imannya tumbuh kuat dalam kesatuan mistik dengan Yesus. Dia meninggal pada usia 43 di Krakow pada tahun 1944.

Maria Aristea Ceccarelli lahir di Ancona, Italia, pada tahun 1883, dalam keluarga yang tidak menghargainya. Ibunya, buta huruf, memiliki karakter yang tertutup dan sangat keras, sementara ayahnya juga kasar, penjudi dan pecandu alkohol. Gadis itu tumbuh dalam dunia kesepian, kemiskinan psikologis dan materi. Dia menderita kelaparan dan kedinginan, dan mulai bekerja pada usia muda sebagai penjahit pada usia 6 tahun sampai dia berusia 11 tahun, ketika dia mulai bekerja di sebuah restoran.

Orang tuanya memaksanya untuk menikah dengan Igino Bernacchia, dan keduanya setuju untuk tinggal bersama mertuanya, di mana Aristea melakukan pekerjaan rumah tangga dan juga bekerja di toko roti, toko daging, dan toko kelontong keluarga. Ayah mertua dan suaminya juga kasar dan, sayangnya, pada tahun 1902, dia menderita penyakit serius yang menyebabkan mata kanannya harus dicabut. Aristea menemukan penghiburan dalam doa yang terus-menerus, dan ketika pekerjaan suaminya membuat mereka harus pindah ke Roma, dia mempercayakan dirinya pada bimbingan spiritual dua orang anggota Ordo Kamilian, menjalani misinya di rumah sakit, khususnya di Sanatorium Umberto I, di antara mereka yang menderita TBC, terutama anak-anak, dan mengunjungi orang sakit di rumah mereka, menghibur mereka dan membantu mereka secara materi. Dia meninggal di Roma pada Malam Natal 1971.

Komentar

Tinggalkan Pesan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Terhubung ke Media Sosial Kami

45,030FansSuka
0PengikutMengikuti
75PengikutMengikuti
0PelangganBerlangganan

Terkini