Di suatu senja, seorang rahib mengajak muridnya untuk berjalan menyusuri tepian sungai. Tiba-tiba, tampak oleh mereka seekor kepiting yang sedang berusaha keras untuk naik ke tepian sungai. Melihat hal itu, si murid segera saja mengulurkan tangannya ke arah kepiting untuk membantunya. Dan kepiting itu langsung mencapit jarinya.
Meskipun jarinya terluka karena jepitan capit kepiting, tetapi hati pertapa muda puas karena bisa menyelamatkan si kepiting. Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya kembali. Tak jauh dari tempat itu, ternyata terlihat juga seekor kepiting lain juga sedang berjuang agar bisa meraih tepian sungai.
Tanpa ragu, si murid kembali mengulurkan tangannya, namun sebelum kepiting itu mencapit tangannya, sang rabib segera menarik tangannya sehingga si murid pun merasa heran. Lalu sang rabib berkata: “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hatimu yang baik. Tetapi, ada cara yang lebih baik untuk menolong.”
Sang rahib kemudian memungut sebuah ranting. Ia lantas mengulurkan ranting ke arah kepiting yang masih berjuang untuk naik ke tepian sungai. Si kepiting langsung menangkap ranting dengan capitnya, lalu dengan perlahan sang rahib mengarahkan kepiting itu ke daratan.
“Mencapit memang merupakan sifat dari kepiting, namun bukan berarti kita harus membiarkan diri kita terluka atau membuat kita berhenti berbuat baik. Tuhan telah memberikan kita akal, sehingga kita dapat tetap menolong dan berbuat baik dengan bijaksana.” kata sang rahib yang dibalas dengan anggukan oleh muridnya.
Sahabat terkasih, di dalam bacaan Injil hari Jumat pertama dalam bulan April ini (Yohanes 7: 1-2, 10, 25-30) mengisahkan tentang Tuhan Yesus yang juga mengalami tantangan dan kesulitan ketika melakukan misi-Nya di dunia ini, seperti dikatakan bahwa Yesus tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha membunuh-Nya.
Sehingga Ia tidak dapat bergerak secara terang-terangan, tetapi diam-diam. Sekalipun membenci dan menolak Yesus menjadi sifat dari orang-orang Yahudi yang tidak mau percaya kepada-Nya, tetapi Yesus tidak berhenti untuk melakukan misi-Nya untuk menolong dan menyelamatkan manusia.
Dengan berbagai cara, Yesus tetap mengajar dan mewartakan Kerajaan Allah. Hal ini dilakukan-Nya, karena Yesus adalah sumber kebaikan dan kebijaksaan itu sendiri. Tak ada yang dapat menghentikan-Nya, sekalipun manusia berbalik ‘mencapit’ (menyakiti dan menyakiti hati-Nya). Sebab, Ia datang dari Allah dan untuk melakukan perintah Allah.
Itulah sebabnya, Yesus pun bersabda: “Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.”
Semoga, semua ini dapat menginspirasi agar kita semua mau semakin percaya dan mengenal Tuhan Allah kita, baik melalui Ekaristi dan Kitab Suci. Harapannya, kita pun dapat senantiasa melakukan perintah Allah, yaitu yang selalu mengandung kebaikan dan pada waktu yang sama juga mengajak kita untuk menjadi pribadi yang bijaksana. Sungguh, janganlah kita jemu berbuat baik, sebab selalu ada pertolongan Tuhan bagi kita yang berjalan di jalan-Nya. Selamat hari Jumat pertama dalam bulan April… Tuhan Yesus beserta kita 🙏🏻😇
Frater Agustinus Hermawan, OP