29.7 C
Jakarta
Monday, May 6, 2024

Bacaan Injil Hari Minggu 27 Maret 2022; MINGGU PEKAN PRAPASKAH IV

BERITA LAIN

More

    Bacaan I: Samuel 16:1b.6-7.10-13a

    SETELAH Raja Saul ditolak, berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Isilah tabung tandukmu dengan minyak, dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku.”

    Ketika anak-anak Isai itu masuk, dan ketika melihat Eliab, Samuel berpikir, “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya.” Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel, “Janganlah berpancang pada paras atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya.

    Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.” Demikianlah Isai menyuruh ketujuh anaknya lewat di depan Samuel, tetapi Samuel berkata kepada Isai, “Semuanya ini tidak dipilih Tuhan.”

    Lalu Samuel berkata kepada Isai, “Inikah semua anakmu?” Jawab Isai, “Masih tinggal yang bungsu, tetapi ia sedang menggembalakan kambing domba.” Kata Samuel kepada Isai, “Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia datang ke mari.” Kemudian disuruhnyalah menjemput dia.

    Kulitnya kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu Tuhan berfirman, “Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.” Samuel mengambil tabung tanduknya yang berisi minyak itu, dan mengurapi Daud di tengah saudara-saudaranya.

    Mazmur Tanggapan: Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6

    Ref. Tuhanlah gembalaku, takkan kekurangan aku.

    • Tuhan adalah gembalaku, aku tidak kekurangan: ‘ku dibaringkan-Nya di rumput yang hijau, di dekat air yang tenang. ‘Ku dituntun-Nya di jalan yang lurus demi nama-Nya yang kudus.
    • Sekalipun aku harus berjalan berjalan di lembah yang kelam, aku tidak takut akan bahaya, sebab Engkau besertaku; sungguh tongkat penggembalaan-Mu, itulah yang menghibur aku.
    • Kau siapkan hidangan bagiku dihadapan lawanku, Kauurapi kepalaku dengan minyak, dan pialaku melimpah.
    • Kerelaan yang dari Tuhan dan kemurahan ilahi, mengiringi langkahku selalu, sepanjang umur hidupku, aku akan diam di rumah Tuhan, sekarang dan senantiasa.

    Bacaan II: Efesus 5:8-14

    SAUDARA-saudara, memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang. Karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran. Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan.

    Janganlah turut mengambil bagian dalam perbuatan kegelapan yang tidak berbuahkan apa-apa, tetapi sebaliknya, telanjangilah perbuatan-perbuatan itu. Sebab menyebut saja apa yang mereka buat di tempat-tempat yang tersembunyi sudah memalukan.

    Tetapi segala sesuatu yang sudah ditelanjangi oleh terang itu menjadi nampak, sebab semua yang nampak adalah terang. Itulah sebabnya dikatakan, “Bangunlah, hai kamu yang tidur, dan bangkitlah dari antara orang mati, maka Kristus akan bercahaya atas kamu.”

    Bacaan Injil: Yohanes 9:1-41

    SEKALI peristiwa, ketika Yesus sedang berjalan lewat, Ia melihat seorang yang buta sejak lahir. Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orangtuanya, sehingga ia dilahirkan buta?”

    Jawab Yesus, “Bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia. Kita harus mengerjakan pekerjaan Dia yang mengutus Aku, selama masih siang.

    Akan datang malam, di mana tak seorang pun dapat bekerja. Selama Aku di dalam dunia, Akulah terang dunia.” Sesudah mengatakan semua itu, Yesus meludah ke tanah, dan mengaduk ludahnya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi dan berkata kepadanya, “Pergilah, basuhlah dirimu di kolam Siloam.” Siloam artinya “Yang Diutus”.

    Maka pergilah orang itu. Ia membasuh dirinya, lalu kembali dengan matanya sudah melek. Maka tetangga-tetangganya, dan mereka yang dahulu mengenalnya sebagai pengemis, berkata, “Bukankah dia ini yang selalu mengemis?” Ada yang berkata, “Benar, dialah ini!” Ada pula yang berkata, “Bukan, tetapi ia serupa dengan dia.”

    Orang itu sendiri berkata, “Benar, akulah dia.” Kata mereka kepadanya, “Bagaimana matamu menjadi melek?” Jawabnya, “Orang yang disebut Kristus itu mengaduk tanah, mengoleskannya pada mataku, dan berkata kepadaku: Pergilah ke Siloam dan basuhlah dirimu.

    Lalu aku pergi, dan setelah membasuh diri, aku dapat melihat.” Lalu mereka berkata kepadanya, “Di manakah Dia?” Jawabnya, “Aku tidak tahu.” Lalu mereka membawa orang yang tadinya buta itu kepada orang-orang Farisi. Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu adalah hari Sabat.

    Karena itu orang-orang Farisi pun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya, “Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.”

    Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu, “Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.” Sebagian pula berkata, “Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mukjizat yang demikian?”

    Maka timbullah pertentangan di antara mereka. Lalu kata mereka pula kepada orang yang tadinya buta itu, “Dan engkau, karena Ia telah memelekkan matamu, apakah katamu tentang Dia?” Jawabnya, “Ia seorang nabi!” Tetapi orang-orang Yahudi itu tidak percaya, bahwa tadinya ia buta dan baru sekarang dapat melihat.

    Maka mereka memanggil orangtuanya dan bertanya kepada mereka, “Inikah anakmu yang kamu katakan lahir buta? Kalau begitu bagaimanakah ia sekarang dapat melihat?” Jawab orang tua itu, “Yang kami tahu, dia ini anak kami, dan ia memang lahir buta.

    Tetapi bagaimana ia sekarang dapat melihat, kami tidak tahu; dan siapa yang memelekkan matanya, kami juga tidak tahu. Tanyakanlah kepadanya sendiri,sebab ia sudah dewasa; ia dapat berkata-kata untuk dirinya sendiri.” Orang tuanya berkata demikian, karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi, sebab orang-orang yahudi itu telah sepakat bahwa setiap orang yang mengakui Yesus sebagai Mesias akan dikucilkan.

    Itulah sebabnya maka orang tua itu berkata, “Ia telah dewasa, tanyakanlah kepadanya sendiri.” Lalu mereka memanggil sekali lagi orang yang tadinya buta itu, dan berkata kepadanya, “Katakanlah kebenaran di hadapan Allah: Kami tahu bahwa orang itu orang berdosa.”

    Jawabnya, “Apakah Dia itu orang berdosa, aku tidak tahu! Tetapi satu hal yang aku tahu, yaitu: Aku tadinya buta, dan sekarang dapat melihat.” Kata mereka kepadanya, “Apakah yang diperbuat-Nya kepadamu? Bagaimana Ia dapat memelekkan matamu?” Jawabnya, “Telah kukatakan kepadamu, dan kamu tidak mendengarkannya.

    Mengapa kamu hendak mendengarkannya lagi? Barangkali kamu mau menjadi murid-Nya juga?” Sambil mengejek, orang-orang Farisi berkata kepadanya, “Engkau saja murid orang itu, tetapi kami murid-murid Musa. Kami tahu bahwa Allah telah berfirman kepada Musa, tetapi tentang Dia itu, kami tidak tahu dari mana Ia datang.”

    Jawab orang itu kepada mereka, “Aneh juga bahwa kamu tidak tahu dari mana Ia datang, padahal Ia telah memelekkan mataku. Kita tahu bahwa Allah tidak mendengarkan orang-orang berdosa, melainkan orang-orang yang saleh dan yang melakukan kehendak-Nya.

    Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa.” Jawab mereka, “Engkau ini lahir sama sekali dalam dosa, dan engkau hendak mengajar kami?” Lalu mereka mengusir dia ke luar.

    Yesus mendengar bahwa orang itu telah diusir oleh orang-orang Farisi. Maka ketika bertemu dengan dia, Yesus berkata, “Pecayakah engkau kepada Anak Manusia?” Jawabnya, “Siapakah Dia, Tuhan, supaya aku percaya kepada-Nya.” Kata Yesus kepadanya, “Engkau bukan saja melihat Dia!

    Dia yang sedang berbicara dengan engkau, Dialah itu!” Kata orang itu, “Aku percaya, Tuhan!” lalu ia sujud menyembah Yesus. Kata Yesus, “Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa tidak melihat dapat melihat, dan supaya yang dapat melihat menjadi buta.”

    Kata-kata itu didengar oleh beberapa orang Farisi yang berada di situ, dan mereka berkata kepada Yesus, “Apakah itu berarti bahwa kami juga buta?” jawab Yesus kepada mereka, “Sekiranya kamu buta, kamu tidak berdosa. Tetapi karena kamu berkata, ‘Kami melihat’, maka tetaplah dosamu.”

    Demikianlah Injil Tuhan

    Misteri Pengampunan

    HARI Minggu Prapaskah IV ini disebut oleh Gereja sebagai Minggu Laetare, yang berarti Minggu Sukacita. Suasana sukacita ditampilkan dalam Perayaaan Ekaristi. Sekalipun Gereja masih dalam suasana prihatin dan penyesalan karena dosa-dosa yang telah membuat kelam hidup kita, namun Gereja tetap menanamkan rasa syukur dan kegembiraan akan pengampunan ALLAH yang tidak ada batasnya terhadap manusia. Hal ini jangan diartikan bahwa manusia boleh seenaknya sendiri bertindak, karena ALLAH Maharahim, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

    Bukan demikian! Kita tetap harus mempunyai kewajiban untuk selalu bertobat dan menyesal atas segala dosa dan kesalahan yang selalu mencemari kehidupan kita. Dalam penyesalan dan pertobatan itu terkandung juga optimisme dan harapan akan Kerahiman dan pengampunan ALLAH. Itulah mengapa masa Prapaskah ini kita jalankan bukan dengan muka murung atau wajah kecut, sehingga orang merasa iba kepada kita. Pantang, puasa dan matiraga kita jalani dengan semangat penyesalan dan pertobatan, namun tidak menghilangkan semangat sukacita Kristiani karena kita telah ditebus segala dosa kita. Puji TUHAN!

    Karena itulah dalam Antifon Pembuka diserukan: “Bersukacitalah bersama-sama Yerusalem, dan bersorak-soraklah karenanya, hai semua orang yang mencintainya! Bergiranglah bersama-sama dia segirang-girangnya, hai semua orang yang berkabung karenanya!” (Yes. 66: 10).

    Semangat sukacita dalam KRISTUS tercermin dalam Bacaan-bacaan Suci hari ini. Sebaliknya, lain halnya dengan orang-orang Farisi dan para ahli ahli Taurat. Mereka selalu bersungut-sungut dan protes melulu bila melihat para pemungut cukai dan orang-orang berdosa datang kepada TUHAN YESUS dan bahkan DIA makan bersama mereka itu (lihat Luk. 15: 1-2). Mengapa sikap protes dan ketidak-senangan ini senantiasa diperlihatkan secara eksplisit kepada YESUS? Sebab, mereka selalu risau dengan “kemurnian ritual” yang harus dijaga dan dipertahankan. Mereka itu menganggap diri sebagai “penjaga ritual” dan “benteng adat-istiadat Yahudi”; mereka menganggap yang menguasai semua tafsir Hukum Taurat.

    Dalam perspektif itu – yang ada dalam Perjanjian Lama – maka pihak yang “najis” akan mencemarkan pihak yang “tahir.” Karena itu, para “pendosa” tidak pernah berpikir untuk memurnikan diri, dari berbagai macam pencemaran dalam kehidupan sehari-hari; maka TUHAN YESUS dapat dipandang sebagai seorang Guru “yang siap tercemar setiap saat.” Rasul Paulus dalam Bacaan Kedua, menegaskan: “Sebab ALLAH mendamaikan dunia dengan Diri-NYA oleh KRISTUS dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka.” (2Kor 5: 19).

    Itulah sebabnya, mengapa TUHAN YESUS memberikan perumpamaan tentang anak bungsu yang hilang dalam Bacaan Injil hari ini. Sebenarnya judul perikop Injil hari ini “Perumpamaan anak yang hilang” dipandang kurang tepat. Sebab, fokus dan titik berat kisah ini adalah tentang peran seorang Bapa yang sangat penuh kasih dan pengampun pada anaknya yang jelas sudah terjerumus ke dalam dosa yang paling nista. Namun, dengan kesadaran bertobat, ia berbalik kembali kepada Bapanya. Dan sang Bapa dengan tangan terbuka dan penuh sukacita mau mengampuninya. Saat si bungsu sedang asyik bergelimang dalam dosa,  sang Bapa sangat prihatin dan selalu risau mengapa anak bungsunya belum pulang kembali? Kapan ia pulang? Dengan sabar sang Bapa menunggu dan menunggu terus dari hari ke hari.

    Karena timbul kesadaran untuk bangkit dan kembali kepada Bapanya, maka si bungsu berniat dengan jujur mau mengakui segala kesalahannya. Dan ia rela jadi buruh di rumahnya sendiri, karena bekerja di rumah Bapanya jauh lebih enak dari pada menjaga babi-babi dan makan bersama hewan najis itu. Tetapi Bapanya dengan penuh cinta kasih yang ke-bapak-an dan diselimuti sukacita menyambut kedatangan anak kesayangannya itu. Meskipun ia berbaju compang-camping dan berbau dekil serta berwajah kotor, tetapi Sang Bapa tetap menerimanya dengan ikhlas dan dengan mesra memeluknya serta mendekapnya erat-erat dengan penuh kasih sayang. Bapa itu sudah melupakan segala kesalahan dan kebodohan yang dibuat si Bungsu. Ia segera disambut dengan pesta dan diberikan pakaian yang indah.  Anak yang pendosa dan sudah bertobat itu diangkat dan dipulihkan kembali derajat dan martabatnya sebagai “anak Bapa yang sejati”. Mengapa demikian? “Sebab, anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Luk. 15: 24).

    Dari kisah perumpamaan itu TUHAN YESUS mau menegaskan kepada kita bahwa BAPA di Sorga yang Maha rahim, akan bergembira, bersukacita dan berpesta bilamana melihat salah seorang anak-anak-NYA yang berdosa mempunyai kesadaran untuk bertobat, bangkit dan berbalik kembali kepada-NYA, apa pun dan seberapa pun berat serta besarnya dosa yang telah dilakukan! Di sinilah letak misteri pengampunan yang hanya dimiliki oleh ALLAH; dan tentunya anak-anak-NYA yang diciptakan menurut “citra” atau “gambaran” NYA, dapat juga memberikan maaf atau pengampunan kepada sesamanya.

    Sanggup dan mampukah kita? Itulah juga yang disabdakan ALLAH kepada Yosua ketika di padang Yerikho ketika umat ALLAH memasuki Tanah Terjanji dan segera merayakan Paskah: “Hari ini telah KU-hapuskan cela Mesir itu dari pada-MU.” (Yos. 5: 9).(lihat Bacaan Pertama).

    Oleh karena itu, marilah kita rayakan Minggu Laetare ini dengan penuh syukur dan sukacita karena Kerahiman dan Kebaikan serta Pengampunan ALLAH yang tiada batas terhadap kita umat manusia yang bergelimang dalam dosa. Karena itu, kita tetap harus menyesali dan bertobat serta bangkit pulang kepada BAPA! Dan hal ini dimungkinkan karena kita semua sudah ditebus oleh Kematian TUHAN YESUS di Salib dan oleh Kebangkitan-NYA.

    Doa

    ALLAH BAPA di Surga, dengan penuh syukur aku ingin menghadap-MU dan dengan penuh rasa sesal aku ingin bertobat dan kembali ke pangkuan-MU. Ampunilah segala dosa dan kesalahanku yang telah aku lakukan selama ini. Kuatkanlah imanku agar aku tidak mudah goyah karena rayuan dan godaan dosa.

    Amin.

    PK/hr.

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI