26.1 C
Jakarta
Sunday, April 28, 2024

Bacaan Injil Hari Jumat 18 Maret 2022; PEKAN PRAPASKAH II

BERITA LAIN

More

    Bacaan I: Kej. 37:3-4.12.13a.17b-28

    Israel lebih mengasihi Yusuf daripada semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itu anak yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. Setelah dilihat oleh saudara-saudaranya bahwa ayah mereka lebih mengasihi Yusuf daripada semua saudaranya, maka bencilah mereka itu kepada Yusuf, dan tidak mau menyapanya dengan ramah.

    Pada suatu hari pergilah saudara-saudara Yusuf menggembalakan kambing domba ayahnya dekat Sikhem. Lalu Israel berkata kepada Yusuf, “Bukankah saudara-saudaramu menggembalakan kambing domba dekat Sikhem? Marilah engkau kusuruh kepada mereka.”

    Maka Yusuf menyusul saudara-saudaranya itu, dan didapatinyalah mereka di Dotan. Dari jauh Yusuf telah kelihatan kepada mereka. Tetapi sebelum ia dekat pada mereka, mereka telah bermufakat mencari daya upaya untuk membunuhnya. Kata mereka seorang kepada yang lain, “Lihat, tukang mimpi kita itu datang!

    Sekarang,marilah kita bunuh dia, dan kita lemparkan ke dalam salah satu sumur ini, lalu kita katakan: seekor binatang buas telah menerkamnya. Dan kita akan lihat nanti, bagaimana jadinya dengan mimpinya itu!” Ketika Ruben mendengar hal ini, ia ingin melepaskan Yusuf dari tangan mereka.

    Sebab itu kata Ruben: “Janganlah kita bunuh dia!” Lagi kata Ruben kepada mereka, “Janganlah tumpahkan darah! Lemparkan saja dia ke dalam sumur yang ada di padang gurun ini, tetapi janganlah apa-apakan dia.” Maksud Ruben: ia hendak melepaskan Yusuf dari tangan mereka dan membawanya kembali kepada ayahnya.

    Baru saja Yusuf sampai pada saudara-saudaranya, mereka pun menanggalkan jubah Yusuf, jubah maha indah yang dipakainya itu. Lalu mereka membawa dia dan melemparkannya ke dalam sumur. Sumur itu kosong, tidak berair. Kemudian duduklah mereka untuk makan.

    Ketika mereka mengangkat muka, kelihatanlah kepada mereka suatu kafilah orang Ismael yang datang dari Gilead dengan untanya yang membawa damar, balsam dan damar ladam. Mereka sedang dalam perjalanan mengangkut barang-barang itu ke Mesir. Lalu kata Yehuda kepada saudara-saudaranya itu, “Apakah untungnya kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya?

    Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita.” Dan saudara-saudaranya pun mendengarkan perkataan itu. Ketika saudagar-saudagar Midian itu lewat, Yusuf diangkat ke atas dari dalam sumur itu, kemudian dijual kepada orang Ismael itu dengan harga dua puluh syikal perak. Lalu Yusuf dibawa mereka ke Mesir.

    Mazmur Tanggapan: Mzm 105:16-17.18-19.20-21

    Ref. Ingatlah perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukan Tuhan.

    • Ketika Tuhan mendatangkan kelaparan ke atas tanah Kanaan, dan menghancurkan seluruh persediaan makanan, diutus-Nyalah seorang mendahului mereka, yakni Yusuf yang dijual menjadi budak.
    • Kakinya diborgol dengan belenggu, lehernya dirantai dengan besi, sampai terpenuhilah nubuatnya, dan firman Tuhan membenarkan dia.
    • Raja menyuruh melepaskan dia, penguasa para bangsa membebaskannya. Dijadikannya dia tuan atas istananya, dan pengelola segala harta kepunyaannya.

    Bacaan Injil: Mat. 21:33-43.45-46

    “Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia.”

    SEKALI peristiwa Yesus berkata kepada imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi, “Dengarkanlah perumpamaan ini, seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya.

    Ia menggali lubang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap, lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya.

    Tetapi para penggarap menangkap hamba-hamba itu: yang seorang mereka pukul, yang lain mereka bunuh, dan yang lain lagi mereka lempari dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hamba-hamba yang lain, lebih banyak daripada yang semula. Tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka.

    Akhirnya tuan itu menyuruh anaknya kepada mereka, pikirnya, ‘Anakku pasti mereka segani.’ Tetapi ketika para penggarap melihat anak itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris! Mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita. Maka mereka menangkap dia, dan melemparkannya ke luar kebun anggur itu, lalu membunuhnya.

    Maka apabila tuan kebun anggur itu datang, apakah yang akan dilakukannya dengan penggarap-penggarap itu?” Kata imam-imam kepala dan tua-tua itu kepada Yesus, “Ia akan membinasakan orang-orang jahat itu, dan kebun anggurnya akan disewakannya kepada penggarap-penggarap lain yang akan menyerahkan hasil kepadanya pada waktunya.”

    Kata Yesus kepada mereka, “Belum pernahkah kamu baca dalam Kitab Suci: Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru? Hal itu terjadi dari pihak Tuhan, suatu perbuatan ajaib di mata kita.

    Sebab itu Aku berkata kepadamu, Kerajaan Allah akan diambil dari padamu, dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu.” Mendengar perumpamaan Yesus itu, imam-imam kepala dan orang-orang Farisi mengerti bahwa merekalah yang dimaksudkan-Nya.

    Maka mereka berusaha menangkap Dia, tetapi mereka takut kepada orang banyak, karena orang banyak itu menganggap Yesus nabi.

    Demikianlah Injil Tuhan

    Buah Kebaikan Yang Diharapkan dari Hidup Kita

    SETIAP orang memiliki potensi untuk membuahkan sesuatu yang baik dalam hidupnya. Kemampuan pribadi serta segala yang ada pada kita merupakan karunia yang disediakan Tuhan untuk melakukan itu. Perumpamaan tentang para penggarap kebun anggur dalam Bacaan Injil hari ini mengajarkan, untuk apa kita harus menghasilkan buah dari karunia itu.

        Tuhan Yesus mengajarkan perumpamaan itu di depan para pendengar-Nya. Ia mengatakan: Seorang tuan tanah mendirikan kebun anggur yang sangat bagus dan menyewakannya kepada para penggarap, lalu ia pergi ke negeri lain. Ketika datang musim panen, tuan itu mengutus para hambanya untuk menerima hasil bagiannya. Tetapi para penggarap menyiksa para utusan dan membunuh mereka. Para utusan yang dikirim berikutnya pun ditolak dengan cara yang sama. Akhirnya tuan itu menyuruh anaknya sendiri. “Anakku akan mereka segani,” pikirnya. Tetapi, karena ingin merebut hak warisan atas kebun itu, para penggarap menangkap anaknya itu dan melemparkannya ke luar kebun anggur, lalu membunuhnya. (Lih. Mat. 21:33-37).

        Pemilik kebun anggur itu adalah Allah. Kebun anggur adalah keluarga Israel. Yesus mengarahkan perumpamaan ini kepada para imam kepala serta orang-orang Farisi yang ikut mendengarkan Dia. Merekalah para pekerja kebun anggur yang diserahi tanggung jawab atas umat-Nya. Mereka tidak memberikan hasil yang diharapkan, tetapi malahan memanfaatkan kedudukan mereka untuk kepentingan mereka sendiri. Hamba yang dikirim itu adalah para nabi utusan Allah. “Anak tuan tanah” itu adalah Yesus, yang mereka tolak dan mereka salibkan di luar tembok kota Yerusalem.

        Namun untuk kita sekarang, sabda Tuhan itu juga memberikan suatu pelajaran. Kita masing-masing diserahi ”kebun anggur” oleh Allah untuk kita pelihara. Kehidupan pribadi kita, keluarga, masyarakat kita, pekerjaan, komunitas, Paroki dan Gereja kita, semua itu merupakan bagian dari kebun anggur yang diserahkan Tuhan kepada kita. Kita masing-masing diharapkan untuk mengembangkan, memberdayakan dan menggunakan kebun anggur itu sehingga menghasilkan buah kebaikan. Banyak orang menjauhkan diri dan mengelak dari tugas memelihara kebun anggur ini. – Bagaimana dengan aku? Mari kita refleksikan ini dalam masa Prapaskah.

        Dalam konteks seluruh dunia, Sri Paus Fansiskus dalam Suratnya Laudato Si mengajarkan bahwa dunia ini bukan milik kita melainkan milik Allah, yang dengan murah hati telah menyerahkan kebun anggur dunia ini untuk kita pelihara. Tetapi sebagai penggarap, kita telah menguasai kebun anggur itu: kita hanya mementingkan keuntungan kita sendiri dan memperlakukan kebun anggur Tuhan seakan milik kita sendiri; dan hanya melakukan apa yang kita sukai. Akibatnya, terjadilah ketimpangan luar biasa antara orang yang super-kaya dan satu milyaran orang miskin, dengan anak-anak yang lapar, sakit dan tidak mendapatkan pendidikan. Selain itu, terjadi kerusakan lingkungan hidup yang mengancam kehidupan manusia. – Kita bertanya: lalu apa tindakan Tuhan?

        Allah Bapa, pemilik kebun anggur itu, mengutus Putra-Nya dengan harapan: “Anakkku akan mereka segani.” Tuhan Yesus datang ke dunia untuk memberi teladan, bagaimana kita harus menghasilkan buah dari “kebun anggur” yang kita garap itu. Teladan yang Ia berikan ialah kasih yang disertai pengorbanan, bahkan sampai wafat di salib. Semoga kita menyegani Yesus yang kini hadir di antara kita; jangan sampai kita membuang Dia keluar dari kebun anggur kehidupan kita. Mari kita terus mengikuti jalan-Nya.

        Dalam masa Prapaskah di tengah pandemi ini, mari kita meneladan kasih dan pengorbanan Yesus dengan mengasihi dan berkorban bagi sesama yang menderita. Lewat perumpamaan tadi kita diajak untuk memberdayakan dan menggunakan potensi yang disediakan Tuhan bagiku untuk menolong khususnya orang yang berkekurangan. Selain untuk memperbaiki lingkungan hidup, kita juga diajak untuk memperjuangkan pemerataan sosial-ekonomi sesuai dengan situasi dan potensi kita masing-masing, misalnya dengan memberdayakan para penganggur, dengan berbelanja kebutuhan pada para pedagang kecil atau menyediakan bantuan usaha bagi mereka.

    Kisah Yusuf dalam Bacaan Pertama menyerupai kisah “Anak” dalam perumpamaan tadi. Yusuf disingkirkan oleh para saudaranya karena mereka iri hati. Mereka menjualnya kepada saudagar untuk dibawa ke Mesir. (Lih. Kej. 37:19-28). Tetapi karena perlindungan Allah, akhirnya Yusuf menjadi penyelamat keluarganya, dari kematian akibat bencana kelaparan. Dengan demikian, para bapa-bangsa Israel itu dapat melanjutkan perwujudan janji Allah kepada Abraham bahwa keturunannya akan tak terbilang banyaknya, seperti bintang-bintang di langit, seperti pasir di tepi laut.

    Begitu pula Yesus dalam sejarah keselamatan. “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru.” (dari Mzm 118:22). Lewat perumpamaan tadi Yesus menunjukkan bahwa Ia akan dibuang oleh bangsa-Nya sendiri dan dijatuhi hukuman mati. Tetapi Ia bangkit dari mati dan memberikan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Kehadiran Kristus kini menjadi fondasi (batu penjuru) yang menopang Umat Kristiani.

    Yesus adalah penopang kehidupan yang menjamin ketangguhan para murid dan Gereja-Nya terhadap berbagai guncangan. Ia juga menguatkan kita dalam berkorban demi saudara kita yang memerlukan pertolongan.

    Doa

    Ya Bapa, buatlah aku berani dan rela menggunakan karunia yang Kausediakan bagiku bukan hanya demi kepentinganku sendiri. Jadikan aku pelayan yang setia dalam kebun anggur-Mu untuk memberikan kebaikan nyata bagi orang-orang di sekitarku. Amin.

    RS/PK/hr

    RELASI BERITA

    Tinggalkan Pesan

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    - Advertisement -spot_img

    BERITA TERKINI